atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.
b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas-
batas hak dan kewajiban kreditur dan debitur. c.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring pemantauan kredit merupakan salah satu dari
bagian manajemen perkreditan, misalnya pengaturan jadwal angsuran, hutang pokok dan pembayaran bunga yang harus
selalu dimonitor.
Dari uraian-uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjanjian kredit antara bank dan para nasabahnya yang lazim disebut perjanjian
kredit bank, adalah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam atau pinjam mengganti sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. Dengan demikian pembuatan suatu perjanjian kredit dapat mendasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang terdapat
pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tetapi dapat pula berdasarkan kepada kesepakatan-kesepakatan antara pihak, artinya dalam hal-hal ketentuan yang
memaksa dimana harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut, sedangkan dalam hal yang tidak
memaksa diserahkan kepada para pihak.
84
4. Hak dan kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit.
Perjanjian kredit bank merupakan perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian uang ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan
penerima jaminan mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Bila dilihat dari sudut pandang hukum perikatan, maka syarat dan ketentuan dari
perjanjian kredit termaksud ke dalam perjanjian sepihak. Dikatakan perjanjian
84
Ibid, hlm. 38
Universitas Sumatera Utara
sepihak karena tidak terdapat tawar menawar antara pelaku usaha dan konsumen. Inilah yang kemudian disebut sebagai penjanjian standar atau perjanjian baku.
Pejanjian baku biasanya berupa sebuah formulir yang berisi kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen. Formulir tersebut adalah formulir persetujuan
membuka kredit yaitu suatu surat yang dikeluarkan oleh pihak bank kepada debitur atau calon debiturnya, sebagai penyampaian atau pemberitahuan bahwa
bank tersebut setuju secara prinsip untuk memberikan kredit kepada debitur atau calon debitur yang bersangkutan.
85
Di dalam formulir tersebut pihak bank sudah mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, diantaranya adalah
bank selaku kreditur memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang sudah disetujui kepada debitur dengan terlebih dahulu memperhatikan atau melakukan
analisis kepada calon debitur tersebut.
86
Di pihak lain debitur sebagai penerima kredit berkewajiban untuk membayar angsuran tepat pada waktunya sebagaimana yang telah ditentukan
dalam perjanjian kredit tersebut, dan biaya-biaya lain yang harus dibayar oleh debitur seperti bunga kredit, appraisal fee, commitment fee, biaya administrasi,
biaya akta notaris, dan lain-lain. Debitur tidak dapat menggunakan alasan apapun untuk menunda pembayaran atau membuat permohonan penjadwalan kembali
pembayaran atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada debitur. Jangka waktu merupakan batas waktu bagi debitur untuk dapat mempergunakan dana atau
tagihan yang disediakan oleh bank untuk debitur, dalam arti debitur harus
85
H. R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006 hlm. 120
86
“Formulir Persetujuan Membuka Kredit” PT. Bank SUMUT
Universitas Sumatera Utara
membayar lunas seluruh hutang-hutangnya pada saat kreditnya jatuh tempo.
87
Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran angsuran kredit yang dilakukan oleh pihak debitur maka pihak debitur wajib membayar denda keterlambatan tersebut
kepada pihak kreditur, denda tersebut dapat ditagih secara seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran oleh pihak kreditur.
88
Untuk menjamin pembayaran kembali hutang debitur kepada bank maka pihak debitur berkewajiban memberi agunan kepada pihak bank berupa barang-
barang bergerak dengan menyerahkan secara gadai atau fidusia dan barang-barang tidak bergerak. Debitur memberi kuasa kepada bank untuk menjual, memindahkan
dan meyerahkan barang agunan tersebut diatas kepada siapa saja menurut syarat- syarat dan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh bank sendiri dan
melaksanakan penjualan, pemindahan dan penyerahan itu menurut peraturan- peraturan pemerintah serta menerima uang penjualan dan memberikan tanda
penerimaannya dari uang hasil penjualan agunan tersebut diperhitungkan atau dilunasi hutang debitur berdasarkan persetujuan membuka kredit. Jika ada
kelebihan sisa uang dalam penjualan agunan tersebut maka bank berkewajiban menyerahkannya kepada debitur.
89
Bank setiap saat berhak untuk mengadakan pemeriksaan atas barang- barang yang diagunkan dengan atau tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepada pihak debitur, dan bank mempunyai hak mutlak yang tidak dapat dibantah untuk mengadakan penilaian kembali atas barang-barang yang diagunkan oleh
87
H. R. Daeng Naja, Op.Cit, hlm. 123
88
“Formulir Persetujuan Membuka Kredit” PT. Bank SUMUT
89
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pihak debitur. Debitur wajib memelihara dan mengurus barang agunan tersebut dengan sebaik-baiknya dan melakukan segala pemeliharaan dan perbaikan.
Apabila bank menganggap bahwa pemeliharaan yang dilakukan oleh debitur tidak diselenggarakan oleh debitur sebagaimana mestinya, maka bank berhak
mengambil alih kewajiban untuk memelihara barang agunan tersebut, dan biaya- biaya yang timbul oleh karenanya menjadi tanggungan pihak debitur. Bank berhak
mengasuransikan atas namanya sendiri segala harta yang telah diserahkan oleh debitur sebagai agunan terhadap bahaya kebakaran dan atau terhadap resiko-
resiko lain apapun yang dianggap perlu oleh bank sampai jumlah yang besarnya ditetapkan oleh bank menurut syarat-syarat dan klausula-klausula serta untuk
jangka waktu yang dianggap perlu oleh bank kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank. Semua biaya premi asuransi sepenuhnya menjadi tanggungan
debitur. Penyerahan dan pengikatan barang-barang agunan dilakukan dengan salah satu bentuk, yaitu:
90
a. Kuasa Memasang Hipotik Akta Hipotik
b. Akta Pengakuan Hutang
c. Akta Surat Kuasa Menjual Persetujuan Jual Beli
d. Akta Fidusia sekaligus dengan Akta Pengakuan Hutang atau Kuasa
Menjual Persetujuan Jual Beli e.
Akta Cessie f.
Akta Borgtocht g.
Hak Tanggungan HT h.
Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan SKMHT Selama kredit belum lunas oleh debitur maka bank berhak memeriksa atau
menyuruh periksa pembukuan dan tata usaha debitur dan segala biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan pihak debitur. Debitur tanpa persetujuan bank dilarang
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
untuk mengambil kredit dari pihak lain, merubah bentuk susunan organisasi atau reorganisasi perusahaan, dan mengalihkan usaha kepada pihak lain. Debitur
dengan tegas menyatakan tunduk kepada peraturan-peraturan dan kebiasaan- kebiasaan bank yang berlaku, maupun yang ditetapkan oleh bank sekalipun tidak
atau belum disebutkan dalam persetujuan membuka kredit. Debitur berjanji memberikan setiap keterangan yang diperlukan oleh bank dan tunduk kepada
segala ketentuan yang telah ditetapkan atau yang akan ditetapkan kemudian oleh bank terutama kebijaksanaan pemberian kredit dan kewajiban debitur untuk
menyampaikan laporan keuangan debitur kepada pihak kreditur atau pihak bank.
91
Surat Persetujuan Membuka Kredit tersebut merupakan dasar daripada dilakukannya perjanjian kredit, sehingga tanpa persetujuan dari debitur atau calon
debitur maka perjanjian kredit tidak dapat dilakukan. Adanya kalimat permintaan persetujuan dalam surat persetujuan pemberian kredit tersebut menandakan bahwa
perjanjian hutang piutang antara bank dengan pihak debiturnya dilakukan atas dasar kesepakatan dan itikad baik kedua belah pihak.
92
Dari ketentuan-ketentuan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam perjanjian kredit bank, bank memiliki kewajiban pokok yaitu menyediakan
kredit sesuai dengan tujuan kredit dan jangka waktu perjanjian. Atas prestasinya tersebut pihak bank selaku kreditur berhak memperoleh pelunasan kredit dan
bunga dari debitur sebagai kontraprestasi, sedangkan hak dan kewajiban dari
91
Ibid
92
H. R. Daeng Naja, Op.Cit, hlm. 126
Universitas Sumatera Utara
pihak debitur yaitu mendapatkan kredit sebagai hak dan mengembalikannya kembali kepada bank.
B. Eksistensi Bank SUMUT Sebagai Lembaga Perbankan