Fungsi Perjanjian Kredit Bagi Para Pihak.

3. Fungsi Perjanjian Kredit Bagi Para Pihak.

Sutan Remy Sjahdeini mengartikan perjanjian kredit sebagai berikut: “Perjanjian bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah atau debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan ”. 81 Menurut Mariam Darus Badrulzaman, beliau berpendapat bahwa perjanjian kredit bank adalah: 82 “Perjanjian pendahuluan voorovereenkomst dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensuil pacta de contrahendo obligator yang dikuasi oleh Undang-undang pokok Perbankan 1967 dan bagian umum Kitab Undang-undang Hukum Perdata ”. Perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting dalam pemberian, pengelolahannya maupun pelaksanaan kredit itu sendiri. Menurut Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi yaitu antara lain: 83 a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal 81 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUPerdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 78 82 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian kredit Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 32 83 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi, 2000, hlm. 43 Universitas Sumatera Utara atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan. b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas- batas hak dan kewajiban kreditur dan debitur. c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring pemantauan kredit merupakan salah satu dari bagian manajemen perkreditan, misalnya pengaturan jadwal angsuran, hutang pokok dan pembayaran bunga yang harus selalu dimonitor. Dari uraian-uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjanjian kredit antara bank dan para nasabahnya yang lazim disebut perjanjian kredit bank, adalah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam atau pinjam mengganti sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. Dengan demikian pembuatan suatu perjanjian kredit dapat mendasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tetapi dapat pula berdasarkan kepada kesepakatan-kesepakatan antara pihak, artinya dalam hal-hal ketentuan yang memaksa dimana harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut, sedangkan dalam hal yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. 84

4. Hak dan kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit.