Perundang-undangan Internet Jurnal Wawancara Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian

2003, Pokok-pokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa. Jakarta Suggono, Bambang, 2001, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta Suhardjono, dan Kuncoro, 2002, Manajemen Perbankan Teori dan Applikasi, Penerbit BPFE. Yogyakarta Sutarno, 2003, Aspek-aspek Hukum Perkreditan, Penerbit Alfabeta. Bandung Suyanto, Thomas, 1990, Dasar-dasar Perkreditan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 1993, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sjahdeini, Remy Sutan, 2009, Hukum Kepailitan Memakai Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, Penerbit Pustaka Utama Grafiti. Jakarta Tarmin, Nasrun, 2012, Kiat Menghindari Kredit Macet, Penerbit Dian Rakyat. Jakarta Untung, Budi, 2000, Kredit Perbankan, Penerbit Andi. Yogyakarta Usman, Rachmadi, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Utrecht, E, 1989, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

B. Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang Perbankan Nomor. 7 tahun 1992, yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor. 73DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang Penetapan Kualitas Kredit. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor. 2312BPPP tanggal 28 Februari 1991 tentang Pembentukan Cadangan Atas Aktiva yang diklasifikasikan, dan Upaya Penyelematan Kredit Peraturan Bank Indonesia Nomor. 72PBI2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK Bank Umum. Universitas Sumatera Utara Peraturan Bank Indonesia Nomor. 310PBI2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Peraturan Bank Indonesia Nomor. 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan.

C. Internet

www.mediabpr.comkamus-bisnis-bankcerukan.aspx

D. Jurnal

Soebagjo, Oentoeng Felix, Maret 2007, “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Dibidang Perbankan ”, Bahan Diskusi Terbatas Pelaksanaan Mediasi Perbankan Oleh Bank Indonesia dan Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan, Yogyakarta.

E. Wawancara

Wawancara dengan Ibu Farida Karyawan Bank SUMUT Cabang Medan Universitas Sumatera Utara BAB III PERJANJIAN KREDIT PADA BANK SUMUT

A. Aspek Hukum Perjanjian Kredit

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa kata kredit sudah sangat populer. Kegiatan perbankan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat penting dan utama sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan paling besar dibandingkan dengan pendapatan jasa-jasa di luar bunga kredit yang biasa disebut dengan fee base income. Berbeda dengan bank-bank di negara-negara yang sudah maju dimana laporan keuangannya menunjukan bahwa komponen pendapatan bunga dibandingkan dengan pendapatan jasa-jasa perbankan lainnya sudah cukup berimbang. 69

1. Pengertian dan Unsur-unsur Kredit

Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere yang mempunyai arti kepercayaan. Seseorang yang memperoleh kredit berarti memperoleh kepercayaan. 70 Dalam bahasa Belanda disebut juga dengan Vertrouwen. 71 Pihak yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima 69 Ruddy Tri Santoso, Op.Cit, hlm. 5 70 Edy Putra, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Liberty, 1989, hlm. 1 71 Ibid Universitas Sumatera Utara kredit debitur di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan baik meyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra prestasinya. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran. Maksudnya pengembalian atas penerimaan uang atau suatu barang tidak dilakukan bersamaan pada saat menerimanya, akan tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa tertentu yang akan datang. 72 Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan pengertian kredit, adapun pendapat para sarjana mengenai pengertian kredit adalah sebagai berikut: 72 Ibid, hlm. 2 Universitas Sumatera Utara Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain sebagai berikut: 73 a. Sebagai dasar dari setiap perikatan verbintenis dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. b. Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu. J. A. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut: 74 “Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.” M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah: 75 “Suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal terten tu”. Menurut OP. Simorangkir berpendapat: 76 “Kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, atau barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang ”. 73 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 21-22 74 Ibid 75 Ibid, hlm. 22 76 OP. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1988, hlm. 91 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu pada waktu yang akan datang, disertai dengan kontra prestasi berupa bunga, imbalan atau hasil keuntungan. Dari uraian diatas, terdapat adanya beberapa unsur dalam kredit, maka unsur-unsur dalam kredit adalah: 77 a. Kepercayaan: Yaitu suatu keyakinan dari pihak kreditur bahwa prestasi yang diberikannya berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali yaitu dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. b. Jangka waktu: Yaitu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. c. Degree of risk: Yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu. Pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar pula resikonya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi: Atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa.

2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuan kredit di dasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena pemberian 77 Thomas Suyanto, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia, 1990, hlm. 12-13 Universitas Sumatera Utara kredit dimasudkan untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit jika kreditur benar-benar yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang diterimanya. Dengan demikian maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah sebagai berikut: 78 a. Mencari keuntungan: Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. b. Membantu usaha nasabah: Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, investasi maupun dana untuk modal kerja untuk dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah: Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik. Semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. Berikutnya akan dibahas mengenai fungsi suatu kredit, fungsi kredit itu antara lain adalah sebagai berikut: 79 a. Untuk meningkatkan daya guna uang: Seperti yang diketahui bahwa simpanan uang para nasabah pada suatu bank dapat berupa giro, deposito, atau tabungan. Uang tersebut pada presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank dalam usaha peningkatan produktifitas. Dalam hal ini memberikan arti bahwa para debitur yang 78 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 96 79 Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 16 Universitas Sumatera Utara menikmati kredit dari bank, mempergunakan kredit tersebut untuk memperluas atau memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan rehabilitasi, ataupun untuk memenuhi usaha baru. Dengan demikian dana yang ada di bank tersebut tidak mengendap atau diam, tetapi disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang: Kredit yang disalurkan oleh bank akan menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, giro bilyet, wesel, dan sebagainya. Melalui kredit peredaran uang charteal maupun uang giral akan lebih berkembang oleh karena kredit menciptakan kegairahan berusaha, sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kwalitatif maupun secara kwantitatif. c. Untuk meningkatkan daya guna barang: Dengan adanya bantuan kredit dari bank, akan dapat membantu produsen untuk memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi, sehingga daya guna dari bahan tersebut meningkat. Misalnya dengan peningkatan daya guna kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa atau minyak goreng, peningkatan daya guna benang tekstil dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara d. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional: Para debitur yang memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usahanya berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini dikembalikan lagi, dalam arti dikembalikan ke dalam struktur modal, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat, berarti adanya peningkatan pembayaran pajak oleh pihak debitur. Di lain pihak, kredit yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan meghasilkan pertambahan devisa bagi negara. Apabila setiap pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal, dan buruh atau karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah, dan penggunaan devisa untuk komsumsi berkurang, dengan demikian secara langsung atau tidak, melalui pemberian kredit akan menambah pendapatan nasional. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi: Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara. Universitas Sumatera Utara f. Untuk menigkatkan gairah usaha: Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi oleh peningkatan kemampuan. Karena itu pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank, dengan perjanjian kredit, kemudian dipergunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktifitasnya. g. Sebagai alat penghubung ekonomi internasional: Bank sebagai lembaga pemberi kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. seperti yang diketahui bahwa negara-negara maju demi persahabatan antara negara- negara banyak memberikan bantuan kepada negara yang sedang berkembang. Bantuan-bantuan tersebut tercemin dalam bunga relatif kecil atau murah, dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan kredit antara negara inilah maka hubungan antar negara pemberi kredit dan negara penerima kredit akan bertambah erat terutama yang mengenai hubungan perekonomian dan perdagangan. 80 80 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi, 2000, hlm. 4 Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi Perjanjian Kredit Bagi Para Pihak.

Sutan Remy Sjahdeini mengartikan perjanjian kredit sebagai berikut: “Perjanjian bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah atau debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan ”. 81 Menurut Mariam Darus Badrulzaman, beliau berpendapat bahwa perjanjian kredit bank adalah: 82 “Perjanjian pendahuluan voorovereenkomst dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensuil pacta de contrahendo obligator yang dikuasi oleh Undang-undang pokok Perbankan 1967 dan bagian umum Kitab Undang-undang Hukum Perdata ”. Perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting dalam pemberian, pengelolahannya maupun pelaksanaan kredit itu sendiri. Menurut Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi yaitu antara lain: 83 a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal 81 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUPerdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 78 82 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian kredit Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 32 83 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi, 2000, hlm. 43 Universitas Sumatera Utara atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan. b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas- batas hak dan kewajiban kreditur dan debitur. c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring pemantauan kredit merupakan salah satu dari bagian manajemen perkreditan, misalnya pengaturan jadwal angsuran, hutang pokok dan pembayaran bunga yang harus selalu dimonitor. Dari uraian-uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjanjian kredit antara bank dan para nasabahnya yang lazim disebut perjanjian kredit bank, adalah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam atau pinjam mengganti sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. Dengan demikian pembuatan suatu perjanjian kredit dapat mendasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tetapi dapat pula berdasarkan kepada kesepakatan-kesepakatan antara pihak, artinya dalam hal-hal ketentuan yang memaksa dimana harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut, sedangkan dalam hal yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. 84

4. Hak dan kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit.

Perjanjian kredit bank merupakan perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian uang ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima jaminan mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Bila dilihat dari sudut pandang hukum perikatan, maka syarat dan ketentuan dari perjanjian kredit termaksud ke dalam perjanjian sepihak. Dikatakan perjanjian 84 Ibid, hlm. 38 Universitas Sumatera Utara sepihak karena tidak terdapat tawar menawar antara pelaku usaha dan konsumen. Inilah yang kemudian disebut sebagai penjanjian standar atau perjanjian baku. Pejanjian baku biasanya berupa sebuah formulir yang berisi kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen. Formulir tersebut adalah formulir persetujuan membuka kredit yaitu suatu surat yang dikeluarkan oleh pihak bank kepada debitur atau calon debiturnya, sebagai penyampaian atau pemberitahuan bahwa bank tersebut setuju secara prinsip untuk memberikan kredit kepada debitur atau calon debitur yang bersangkutan. 85 Di dalam formulir tersebut pihak bank sudah mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, diantaranya adalah bank selaku kreditur memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang sudah disetujui kepada debitur dengan terlebih dahulu memperhatikan atau melakukan analisis kepada calon debitur tersebut. 86 Di pihak lain debitur sebagai penerima kredit berkewajiban untuk membayar angsuran tepat pada waktunya sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit tersebut, dan biaya-biaya lain yang harus dibayar oleh debitur seperti bunga kredit, appraisal fee, commitment fee, biaya administrasi, biaya akta notaris, dan lain-lain. Debitur tidak dapat menggunakan alasan apapun untuk menunda pembayaran atau membuat permohonan penjadwalan kembali pembayaran atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada debitur. Jangka waktu merupakan batas waktu bagi debitur untuk dapat mempergunakan dana atau tagihan yang disediakan oleh bank untuk debitur, dalam arti debitur harus 85 H. R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006 hlm. 120 86 “Formulir Persetujuan Membuka Kredit” PT. Bank SUMUT Universitas Sumatera Utara membayar lunas seluruh hutang-hutangnya pada saat kreditnya jatuh tempo. 87 Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran angsuran kredit yang dilakukan oleh pihak debitur maka pihak debitur wajib membayar denda keterlambatan tersebut kepada pihak kreditur, denda tersebut dapat ditagih secara seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran oleh pihak kreditur. 88 Untuk menjamin pembayaran kembali hutang debitur kepada bank maka pihak debitur berkewajiban memberi agunan kepada pihak bank berupa barang- barang bergerak dengan menyerahkan secara gadai atau fidusia dan barang-barang tidak bergerak. Debitur memberi kuasa kepada bank untuk menjual, memindahkan dan meyerahkan barang agunan tersebut diatas kepada siapa saja menurut syarat- syarat dan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh bank sendiri dan melaksanakan penjualan, pemindahan dan penyerahan itu menurut peraturan- peraturan pemerintah serta menerima uang penjualan dan memberikan tanda penerimaannya dari uang hasil penjualan agunan tersebut diperhitungkan atau dilunasi hutang debitur berdasarkan persetujuan membuka kredit. Jika ada kelebihan sisa uang dalam penjualan agunan tersebut maka bank berkewajiban menyerahkannya kepada debitur. 89 Bank setiap saat berhak untuk mengadakan pemeriksaan atas barang- barang yang diagunkan dengan atau tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak debitur, dan bank mempunyai hak mutlak yang tidak dapat dibantah untuk mengadakan penilaian kembali atas barang-barang yang diagunkan oleh 87 H. R. Daeng Naja, Op.Cit, hlm. 123 88 “Formulir Persetujuan Membuka Kredit” PT. Bank SUMUT 89 Ibid Universitas Sumatera Utara pihak debitur. Debitur wajib memelihara dan mengurus barang agunan tersebut dengan sebaik-baiknya dan melakukan segala pemeliharaan dan perbaikan. Apabila bank menganggap bahwa pemeliharaan yang dilakukan oleh debitur tidak diselenggarakan oleh debitur sebagaimana mestinya, maka bank berhak mengambil alih kewajiban untuk memelihara barang agunan tersebut, dan biaya- biaya yang timbul oleh karenanya menjadi tanggungan pihak debitur. Bank berhak mengasuransikan atas namanya sendiri segala harta yang telah diserahkan oleh debitur sebagai agunan terhadap bahaya kebakaran dan atau terhadap resiko- resiko lain apapun yang dianggap perlu oleh bank sampai jumlah yang besarnya ditetapkan oleh bank menurut syarat-syarat dan klausula-klausula serta untuk jangka waktu yang dianggap perlu oleh bank kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank. Semua biaya premi asuransi sepenuhnya menjadi tanggungan debitur. Penyerahan dan pengikatan barang-barang agunan dilakukan dengan salah satu bentuk, yaitu: 90 a. Kuasa Memasang Hipotik Akta Hipotik b. Akta Pengakuan Hutang c. Akta Surat Kuasa Menjual Persetujuan Jual Beli d. Akta Fidusia sekaligus dengan Akta Pengakuan Hutang atau Kuasa Menjual Persetujuan Jual Beli e. Akta Cessie f. Akta Borgtocht g. Hak Tanggungan HT h. Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan SKMHT Selama kredit belum lunas oleh debitur maka bank berhak memeriksa atau menyuruh periksa pembukuan dan tata usaha debitur dan segala biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan pihak debitur. Debitur tanpa persetujuan bank dilarang 90 Ibid Universitas Sumatera Utara untuk mengambil kredit dari pihak lain, merubah bentuk susunan organisasi atau reorganisasi perusahaan, dan mengalihkan usaha kepada pihak lain. Debitur dengan tegas menyatakan tunduk kepada peraturan-peraturan dan kebiasaan- kebiasaan bank yang berlaku, maupun yang ditetapkan oleh bank sekalipun tidak atau belum disebutkan dalam persetujuan membuka kredit. Debitur berjanji memberikan setiap keterangan yang diperlukan oleh bank dan tunduk kepada segala ketentuan yang telah ditetapkan atau yang akan ditetapkan kemudian oleh bank terutama kebijaksanaan pemberian kredit dan kewajiban debitur untuk menyampaikan laporan keuangan debitur kepada pihak kreditur atau pihak bank. 91 Surat Persetujuan Membuka Kredit tersebut merupakan dasar daripada dilakukannya perjanjian kredit, sehingga tanpa persetujuan dari debitur atau calon debitur maka perjanjian kredit tidak dapat dilakukan. Adanya kalimat permintaan persetujuan dalam surat persetujuan pemberian kredit tersebut menandakan bahwa perjanjian hutang piutang antara bank dengan pihak debiturnya dilakukan atas dasar kesepakatan dan itikad baik kedua belah pihak. 92 Dari ketentuan-ketentuan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam perjanjian kredit bank, bank memiliki kewajiban pokok yaitu menyediakan kredit sesuai dengan tujuan kredit dan jangka waktu perjanjian. Atas prestasinya tersebut pihak bank selaku kreditur berhak memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai kontraprestasi, sedangkan hak dan kewajiban dari 91 Ibid 92 H. R. Daeng Naja, Op.Cit, hlm. 126 Universitas Sumatera Utara pihak debitur yaitu mendapatkan kredit sebagai hak dan mengembalikannya kembali kepada bank.

B. Eksistensi Bank SUMUT Sebagai Lembaga Perbankan

Dewasa ini bank mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat yaitu sebagai penghimpun dan sebagai penyalur dana masyarakat. Adapun bank yang merupakan lembaga keuangan yang lebih menonjol daripada lembaga keuangan lainnya, seperti gadai, asuransi dan lain sebagainya. Karena bank tersebut dalam tugasnya berusaha agar dapat dipergunakan untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Usaha untuk peningkatan tersebut tetap dilakukan bank dari waktu ke waktu, sehingga pada keadaan tertentu, kemajuan perekonomian suatu negara sering dihubungkan dengan kemajuan kehidupan perbankannya. 93

1. Pengertian Bank

Adapun pengertian bank menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yaitu: 94 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian lain dari bank dapat dilihat dari beberapa definisi berikut ini: 93 Sry Kartika Ritonga, “Upaya Bank dalam Mencegah dan Menyelesaikan Terjadinya Kredit Macet” Skripsi Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm. 10 94 Pasal 1 angka 1, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Universitas Sumatera Utara Menurut Kuncoro definisi bank adalah: 95 “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa- jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.” M. Verrya Stuart mendefinisikan bank adalah: 96 “Bank adalah suatu badan usaha yang menjalankan proses kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar berupa uang giral”. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan monoter. Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari bank tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Setiap kegiatan bank harus berhasil-guna bagi kepentingan masyarakat. 97 95 Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE, 2002, hlm. 68 96 Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 11 97 Gatot Supramono, Op.Cit, hlm 2 Universitas Sumatera Utara

2. Dasar Hukum Pengaturan Bank

Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di Indonesia. Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Sumber hukum perbankan di Indonesia dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal maupun sumber hukum dalam arti materil. Sumber hukum dalam arti materil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri, sedangkan sumber hukum formal tidak hanya terbatas pada sumber hukum tertulis, dimungkinkan adanya sumber hukum yang tidak tertulis. 98 Sumber hukum formal di Indonesia akan selalu menempatkan Undang-undang Dasar 1945 sebagai sumber utama. Sumber hukum formal yang tertulis mengenai bidang perbankan antara lain sebagai berikut: 99 a. Undang-undang Dasar 1945 terutama Pasal 33 b. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan c. Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia d. Burgelijk Weboek Kitab Undang-undang Hukum Perdata e. Wetboek van Koophandel Kitab Undang-undang Hukum Dagang f. Undang-undang No.4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah. g. Peraturan Pemerintah yaitu peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Perbankan, seperti Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umun, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank. 98 E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989, hlm. 84 99 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm. 7 Universitas Sumatera Utara Sumber hukum formal yang tidak tertulis antara lain adalah yurisprudensi, konvensi atau kebiasaan, doktrin, dan perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam kegiatan perbankan. 100

3. Fungsi Bank Sebagai Lembaga Keuangan

Yang menjadi fungsi utama bank di Indonesia seperti yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, adalah “Sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Jadi dari yang di jelaskan diatas, bahwa bank itu bertugas untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkannya ”. Dalam perkembangan selanjutnya fungsi bank sebagai lembaga keuangan khususnya semakin bertambah yaitu bank berfungsi sebagai berikut: 101 a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana-dana masyarakat atau penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima dana-dana yang berupa simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan rekening giro. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun dana dari pihak ketiga. b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran uang. Hal ini diperlukan oleh nasabah tatkala ingin memperluas dan memerlukan bantuan kredit dari bank. Fungsi pemberi jaminan mempersyaratkan agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang dipercayakan 100 Ibid 101 Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, Bandung: CV Utomo, 2003 hlm. 26 Universitas Sumatera Utara kepadanya. Selain itu bank juga memiliki fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank mampu mengembalikan dana nasabahnya pada saat diperlukan. Sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, maka fungsi ataupun usaha-usaha yang dapat dilakukan bank adalah: 102 a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit. c. Menerbitkan surat pengakuan hutang. d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah. f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya. g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. i. Melakukan tempat untuk menyimpan kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. k. Kembali melalui pelelangan agunan semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat. m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 102 Pasal 6, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara n. Melakukan kegiatan yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Profil Bank SUMUT

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara BPDSU, yang sekarang dikenal dengan nama Bank SUMUT merupakan bank devisa yang berkantor pusat di Jalan Imam Bonjol No.49 Medan. 103 Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara BPDSU yang didirikan tanggal 4 November 1961 dengan Akta Notaris Roesli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas PT. Pada tahun 1962, berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, BPDSU yang semula berbentuk Perseroan Terbatas PT diubah menjadi Bank Milik Pemerintah Daerah dengan Peraturan Daerah Perda Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Perda tersebut menetapkan Modal Dasar sebesar Rp 100.000.000,00., dimana sahamnya hanya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II di seluruh Sumatera Utara. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dengan Peraturan Modal Dasar Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara terus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yaitu: 103 “Tinjauan Umum Mengenai Perusahaan” Bab 2, PT. Bank SUMUT Universitas Sumatera Utara a. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1975 bahwa Modal Dasar BPDSU ditetapkan sebesar Rp 1.500.000.000,00. b. Dengan Keputusan DPRD Tingkat I Sumatera Utara Nomor 679 tanggal 16 Juli 1979 bahwa Modal Dasar BPDSU menjadi Rp 5.000.000.000,00. c. Dengan Keputusan DPRD Tingkat I Sumatera Utara Nomor 13K83 tanggal 10 Januari 1983 bahwa Modal Dasar BPDSU ditingkatkan menjadi Rp 15.000.000.000,00. d. Dengan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 1985 bahwa Modal Dasar BPDSU ditetapkan sebesar Rp 25.000.000.000,00. e. Dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1993 bahwa Modal Dasar BPDSU ditetapkan sebesar Rp 70.000.000.000,00. sesuai dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. f. Sesuai dengan SK Bersama Menteri Keuangan RI dan Gubernur Bank Indonesia Nomor 53KMK.0171999 dan 3112KEPGBI tentang Pelaksanaan Rekapitulasi Bank Umum dalam rangka menyehatkan perbankan Indonesia termasuk BPDSU maka Modal Dasar BPDSU di tambah menjadi Rp 400.000.000.000,00. Sejalan dengan Program Rekapitalisasi, bentuk hukum BPDSU tersebut harus dirubah dari PD Perusahaan Daerah menjadi PT Perseroan Terbatas. Tujuan perubahan bentuk hukum BPDSU tersebut agar saham Pemerintah Pusat Universitas Sumatera Utara dapat masuk untuk pengembangan di kemudian hari saham pihak letiga dimungkinkan dapat masuk atas persetujuan DPRD Tingkat I Sumatera Utara. 6 April 1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999, bentuk badan hukum perusahaan dirubah kembali menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Bank SUMUT. Perubahan tersebut dituangkan dalam Akta Pendirian Alina Hanum Nasution, S.H., dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia di bawah Nomor C – 8224 HT. 01. 01 TH 99, serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu ditetapkan sebesar Rp 400.000.000.000,00. Dan karena pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan bank, maka pada tanggal 15 Desember 1999 melalui Akta Nomor 31 bahwa modal dasar ditingkatkan menjadi Rp 500.000.000.000,00. PT Bank Sumut merupakan bank devisa yang berkantor pusat di Jalan Imam Bonjol Nomor 18 Medan yang memiliki jaringan pelayanan yang terus bertambah dan unit pelayanan dalam melayani masyarakat di seluruh Daerah Sumatera Utara dan Jakarta yang terdiri dari: a. 1 unit Kantor Pusat b. 1 unit Kantor Cabang Utama Medan c. 29 unit Kantor Cabang Konvensional d. 5 unit Kantor Cabang Syariah e. 101 unit Kantor Cabang Pembantu Konvensional f. Cabang Pembantu Syariah Universitas Sumatera Utara g. 9 unit Kantor Kas h. 36 unit Kantor Jaringan Kas diluar Kantor Payment Point i. 187 unit ATM j. 19 unit Kas Mobil k. 1 unit Sentra UMK Jaringan layanan Bank SUMUT juga mencakup seluruh wilayah Indonesia melalui kerjasama dengan seluruh Bank Pembangunan Daerah dengan layanan BPD Net Online dan untuk transaksi kiriman uang dari dan ke luar daerahnegeri dilakukan dengan layanan Western Union. Susunan komisaris pada PT Bank SUMUT dibentuk berdasarkan berita acara Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Luar Biasa Nomor 76 Tanggal 28 Juni 2001 dari Notaris Alina Hanum, S.H. Dan dalam RUPS Luar Biasa Nomor 28 Tanggal 24 Mei 2004 dari Notaris H. Marwansyah Nasution, S.H., serta SK RUPS Sirkuler tanggal 10 Juni 1004 dibentuklah susunan direksi pada PT Bank SUMUT. Adapun yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank SUMUT dari 1961 sampai dengan sekarang antara lain: a. Tahun 1961 – 1964: dijabat oleh Drs. Diapari Panusunan Siregar. b. Tahun 1964 – 1965: dijabat oleh James Warren Harahap. c. Tahun 1965 – 1966: dijabat oleh Drs. Baginda Pane. d. Tahun 1966 – 1967: dijabat oleh WMD Hutabarat. Universitas Sumatera Utara e. Tahun 1967 – 1984: dijab at oleh Drs. Ihutan Ritonga. f. Tahun 1984 – 1991: dijabat oleh Drs. Yahfin Siregar. g. Tahun 1991 – 1999: dijabat oleh Drs. Armin. h. Tahun 1999 – 2000: dijabat oleh Drs. Abdul Rahman. i. Tahun 2000 – 2012: dijabat oleh Gus Irawan. j. Tahun 2012 – sekarang: dijabat oleh Zenilhar dan M.Yahya. Universitas Sumatera Utara BAB IV TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG MENGAKIBATKAN KREDIT MACET DI BANK SUMUT. Pada dasarnya untuk menjaga kepentingan bank atas tiap-tiap pemberian kredit, bank harus berhati-hati dengan mendudukannya di dalam perikatan yang benar menurut hukum. Namun dalam kenyataannya banyak kredit yang diberikan bank kepada nasabah tidak berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya, yang disebabkan terjadinya cidera janji atau wanpretasi yaitu tidak dipenuhinya secara baik apa yang sudah disepakati bersama oleh pihak debitur dan pihak kreditur. Masalah wanprestasi sering kali sulit untuk dihindari namun bank harus tetap mengelolanya secara hati-hati dan sedapat mungkin diminimalkan resikonya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi pihak bank. 104 Oleh karenanya, setiap bank akan berusaha menyelesaikannya dengan menetapkan suatu sistem atau cara yang berbeda antara satu dengan bank yang lain. Begitupun halnya dengan sistem yang diterapkan oleh Bank SUMUT Cabang Medan dalam menangani masalah kredit macet ini. Mengingat bahwa pemberian kredit pada umumnya merupakan kegiatan utama pada Bank SUMUT, maka untuk mengatasi masalah tersebut Bank SUMUT telah berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkan kredit bermasalah tersebut dengan berbagai jalan. 104 Ruddy Tri Santoso, Op.Cit, hlm. 52 Universitas Sumatera Utara Perlu juga diketahui latar belakang atau faktor-faktor penyebab wanprestasi debitur sehingga terjadi kedit menjadi macet.

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian

Kredit di Bank SUMUT. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Farida pegawai Bank SUMUT bagian kredit, menjelaskan bahwa sepandai apapun pihak kreditur menganalisis setiap permohonan kredit, wanprestasi tetap saja dapat terjadi. Wanprestasi biasanya dilakukan oleh pihak debitur. Namun tidak selamanya wanprestasi terjadi karna kelalaian pihak debitur, wanprestasi bisa terjadi oleh pihak kreditur, faktor intern dan faktor ekstren. Berikut adalah faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh pihak debitur: 105 a. Kesalahan dari debitur itu sendiri, seorang debitur yang kurang mampu dalam mengelola usahanya. Hal ini akan menjurus kepada kerugian sehingga pembayaran uang angsuran kredit pun terlambat. b. Debitur atau salah satu anggota keluarga debitur tiba-tiba terserang penyakit yang berkepanjangan dan membutuhkan biaya pengobatan yang cukup besar sehingga debitur seketika akan lebih mengutamakan hal tersebut dibandingkan dengan melunasi pinjaman kreditnya. c. Debitur memiliki itikad yang tidak baik dalam melunasi pinjaman tepat pada waktunya. Ada sebagian debitur yang dengan sengaja sebelum pinjaman jatuh tempo akan berusaha menghindar dan melarikan diri dari tanggungjawabnya mengembalikan pinjaman kredit tersebut. d. Terjadinya penyimpangan penggunanaan fasilitas kredit. Hal ini merupakan kesalahan debitur tidak menggunakan sesuai dengan tujuan semula seperti yang tertuang dalam perjanjian kredit tersebut. Sedangkan faktor wanprestasi yang terjadi dari pihak kreditur biasanya terjadi dari kalangan petugas dalam pengambil keputusan pemberian kredit tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank sangat agresif 105 Wawancara dengan Farida, tanggal 13 Maret 2015 di Kantor Pusat Bank SUMUT Medan Universitas Sumatera Utara untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor resiko yang dapat muncul sewaktu-waktu. 106 Hal lain yang bisa terjadi juga karena adanya itikad tidak baik dari pejabat atau karyawan dalam bank itu sendiri, yang dengan sengaja melakukan hal-hal yang bisa merugikan bank seperti menerima suap, korupsi, kolusi dan lain-lain. Pemalsuan dokumen kredit yang tidak baik serta tidak dilakukannya pemantauan atas setiap kredit yang diberikan kepada debitur, juga bisa menyebabkan kredit menjadi bermasalah. 107 Dari uraian di atas, seharusnya setiap kredit yang diberikan haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, dan tetap dilakukan monitor atau pemantauan dalam penggunaannya. Pola kerjasama antara kreditur dan debitur dalam pengelolaan dana pinjaman hendaknya dibina sebaik mungkin guna memudahkan pihak bank dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kredit macet atau bermasalah. Selain hal di atas berikut ini dapat dilihat penyebab- penyebab kredit bermasalah dari sisi kreditur menurut Siswanto Sutojo, ada dua puluh faktor intern bank penyebab kredit bermasalah, yaitu: 108 a. Taksasi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya. b. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dokumentasi kredit diselesaikan. c. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit atau diusulkan oleh petugas bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan debitur. 106 Wawancara dengan Farida, tanggal 13 Maret 2015 di Kantor Pusat Bank SUMUT Medan 107 Wawancara dengan Farida, tanggal 13 Maret 2015 di Kantor Pusat Bank SUMUT Medan 108 Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus, Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2000 hlm. 19 Universitas Sumatera Utara d. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang belum berpengalaman. e. Penambahan kredit tanpa jaminan yang cukup. f. Berulangkali bank mengirimkan surat teguran tentang penunggakan pembayaran bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti. g. Bank jarang mengadakan analisis cash flows dan daya cicil debitur. h. Account officer tidak sering meneliti status kredit. i. Tidak ada usaha dari bank untuk mengaswasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakannya secara tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit tersebut. j. Komunikasi antara bank dengan debitur tidak berjalan dengan lancar. k. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit. l. Bank tidak dapat menerima neraca dan daftar labarugi debitur secara teratur. m. Tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan berbagai macam argumen yuridis. n. Bank gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka. o. Pimpinan puncak bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. p. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, 109 walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur. q. Bank tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur. r. Daftar keuangan dan dokumen pendukung yang diserahkan kepada bank, telah direkayasa sebelumnya, tidak diaudit atau diverifikasi. s. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada kurang menguntungkan debitur. t. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang ke arah kredit bermasalah. Kredit macet juga bisa berasal dari faktor luar debitur dan kreditur ekstren. Faktor eksternal ini misalnya karena terjadinya krisis moneter, kerusuhan masal, terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan kejadian-kejadian lainnya. Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya 109 Media BPR, “Kamus Bisnis dan Bank” melalui http:www.mediabpr.comkamus- bisnis-bankcerukan.aspx diakses pada tanggal 17 Mei 2015. Cerukan merupakan overdraft yaitu jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada rekening akun giro; rekening negatif yang disebabkan oleh nasabah yang menulis cek yang melebihi jumlah dana yang ada di rekeningya. Universitas Sumatera Utara harga minyak dunia yang berimbas kepada macetnya kegiatan usaha para pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen. 110 Kejadian-kejadian diatas secara langsung berpengaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. Suatu perusahaan industri misalnya akan menurun produksinya apabila permintaan atas hasil produksiya berkurang. Dengan penurunan omset berarti juga terjadi penurunan terhadap profit perusahaan. Akibatnya, kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran kewajibannya pada bank berkurang atau tidak mampu sama sekali dan kredit menjadi macet. 111 Dalam kegiatan perbankan, jarang sekali suatu kredit macet disebabkan oleh karena faktor dari pihak kreditur. Namun, jika hal ini terjadi, sebenarnya debitur dapat menuntut pihak bank yang melakukan wanprestasi. Yang lebih banyak terjadi adalah kredit menjadi macet disebabkan oleh faktor yang datangnya dari pihak debitur. Selain itu bisa juga terjadi karena faktor diluar para pihak. Namun dalam praktik jika hal ini terjadi, pihak bank tetap menuntut agar debitur memenuhi kewajibannya, apakah itu dengan cara pelunasan melalui pembayaran atau pelunasan dengan cara menjual agunan kredit. 110 Wawancara dengan Farida, tanggal 13 Maret 2015 di Kantor Pusat Bank SUMUT Medan 111 Wawancara dengan Farida, tanggal 13 Maret 2015 di Kantor Pusat Bank SUMUT Medan Universitas Sumatera Utara

B. Akibat Terjadinya Wanprestasi Debitur Terhadap Bank SUMUT dan