M. Yahya Harahap mengatakan bahwa:
57
“Wanprestasi dapat dimaksudkan juga sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilaksanakan tidak selayaknya. Hal
ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka buat maka pihak yang telah
melanggar isi perjanjian tersebut telah melakukan perbuatan wanprestasi
”. Dari uraian tersebut dapat diketahui maksud dari wanprestasi yaitu
seseorang dapat dikatakan melakukan wanprestasi bilamana tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat memberikan prestasi, melakukan prestasi tetapi
tidak menurut ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian.
58
Dengan demikian bahwa dalam setiap perjanjian, prestasi merupakan sesuatu yang wajib dipenuhi
oleh debitur dalam setiap perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian tersebut makan dikatakan
wanprestasi.
59
2. Bentuk-bentuk Wanprestasi
Wanprestasi seorang debitur yang lalai terhadap janjinya dapat berupa:
60
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, sehubungan dengan
debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dapat dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
b. Debitur memenuhi prestasinya tetapi tidak tepat waktunya, apabila
prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
c. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru, debitur
yang memenuhi prestasi tetapi keliru apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak
memenuhi prestasi sama sekali.
57
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 60
58
Achmad Ichsan, Hukum Perdata-IB, Bandung: Pembimbing Masa, 1969, hlm. 38
59
Ibid
60
Wan Sadjaruddin Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Medan: USU Press, 1992, hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
Wanprestasi itu tidak terjadi dengan sendirinya, maka untuk menentukan seseorang itu wanprestasi tergantung kepada waktu yang diperjanjikan. Dalam
kenyataannya, untuk menentukan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian tidaklah mudah karena sering sekali terjadi di dalam perjanjian
tidak disebutkan kapan suatu hak dan kewajiban harus sudah dilaksanakan. Yang mudah untuk menentukan saat debitur wanprestasi yaitu pada saat seseorang itu
melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian tersebut dan debitur tidak memenuhi perikatan maka dapat dikatakan sebagai wanprestasi.
Jika dalam perjanjian tersebut tidak disebutkan atau ditentukan kapan suatu hak dan kewajiban harus dilaksanakan, maka untuk keadaan semacam ini,
menurut hukum perdata, penetuan wanprestasi didasarkan pada surat peringatan dari pihak kreditur kepada pihak debitur yang biasanya dalam bentuk somasi atau
teguran. Pada Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan
“Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa si berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
61
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah menerima surat somasi.
61
Pasal 1238, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
3. Akibat Terjadinya Wanprestasi