42
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 perusahaan real estate. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan seperti diatas maka diperoleh sampel
sebanyak 11 perusahaan real estate. Penelitan yang dilakukan menggunakan data selama tiga tahun yaitu dari
2012 sampai 2014 maka jumlah data keseluruhan menjadi 33 data. Tabel daftar populasi dan sampel dalam penelitian ini akan disajikan dalam lembar lampiran.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data diperoleh tidak langsung dari objeknya, tetapi dari sumber lain melalui tulisan berupa jurnal-
jurnal penelitian terdahulu. Kemudian mengunduh laporan keuangan tahunan perusahaan real estate tersebut di situs Bursa Efek Indonesia maupun situs
perusahaan masing-masing. Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data yang
diperlukan lebih mudah untuk dicari serta menghemat waktu serta biaya. Sumber data yang digunakan berasal dari situs resmi Bursa Efek Indonesia dan juga dari
situs resmi perusahaan real estate tersebut.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder dengan metode dokumen. Sugiyono 2008, menjelaskan bahwa dokumen adalah catatan dari peristiwa
yang sudah berlalu. Data ini diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya tetapi melalui media lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari situs
Universitas Sumatera Utara
43
resmi Bursa Efek Indonesia dan situs resmi perusahaan masing-masing. Data tersebut kemudian dibaca, diteliti, serta dipelajari dan hasilnya dijadikan bahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel berisi tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
3.7.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh keberadaan variabel independen atau variabel bebas
Sugiyono,2008. Besarnya perubahan variabel dependen ini bergantung pada besaran variabel independen. Variabel independen akan mengubah
besaran variabel dependen sebesar besaran perubahan variabel independen itu sendiri.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan sebuah perusahaan merupakan cerminan keberhasilan
perusahaan dalam mendapatkan laba dalam sebuah periode tertentu.
3.7.1.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan mencerminkan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan melihat laporan
Universitas Sumatera Utara
44
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan adalah ukuran prestasi yang dicapai dan menunjukkan keberhasilan manajer dalam menjalankan
perusahaan.
Tujuan manajemen meningkatkan kinerja perusahaan adalah untuk meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi pada
perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan akan diukur dengan menggunakan CFROA Cash Flow Return On Asset. Untuk
menilai kinerja perusahaan akan menggunakan laporan arus kas. CFROA dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Dimana : CFROA = Cash Flow Return On Assets
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak
Dep = Depresiasi
Assets = Total asset
3.7.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance.
Mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, dan ditambah dengan ukuran komite
Universitas Sumatera Utara
45
audit sebagai salah satu variabel yang pengawasan dari mekanisme
corporate governance.
3.7.2.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan
manajerial mencerminkan kekuasaan manajemen di dalam perusahaan Boediono, 2005.
Dimana : KM = Kepemilikan manajerial
SM = Jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen SB = Jumlah saham beredar
3.7.2.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional
adalah kepemilikan
saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan
hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya Boediono, 2005.
Universitas Sumatera Utara
46
Dimana : KI = Kepemilikan institusional
SI = Jumlah saham yang dimiliki institusional SB = Jumlah saham beredar
3.7.2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan semua hubungan bisnis
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap independen Ujiantho dan Pramuka, 2007.
Dimana : PDKI
= Proporsi dewan komisaris independen DK Luar = Jumlah dewan komisaris dari luar perusahaan
UDK = Ukuran dewan komisaris
3.7.2.4 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan baik yang berasal dari internal
maupun eksternal.
Universitas Sumatera Utara
47
3.7.2.5 Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit adalah jumlah anggota komite audit yang ada di perusahaan. Ukuran komite audit diatur dalam surat
edaran ketua Bapepam yang menyatakan bahwa ukuran komite audit adalah sekurang-kurangnya 3 orang.
3.7.3 Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel antara, yang memediasi hubungan kausal variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
analisis dari variabel intervening akan menggambarkan keberadaan suatu variabel untuk melihat apakah variabel tersebut memediasi hubungan kausal
antar variabel dependen dan variabel independen Yudiaatmaja, 2013. Variabel intervening pada penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan analisis jalur. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen memunculkan sebuah konflik dalam teori keagenan. Konflik keagenan ini akan membuat
agen atau manajemen akan melaporkan laba secara oportunis demi kepentingan pribadinya.
Perilaku manajemen ini akan membuat pengawasan didalam perusahaan melemah. Dengan adanya mekanisme corporate governance,
perusahaan dibantu untuk mengatur dan mengendalikan pengawasan perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
48
3.7.3.1 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk mendapatkan keuntungan pribadi Schipper dalam Gumanti, 2000. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer akan
menggunakan faktor fundamental perusahaan yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual.
Padahal sebenarnya fundamental perusahaan tersbut akan digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan di masa yang akan datang.
Manajemen laba yang dilakukan manajer akan mempengaruhi kinerja keuangan saham.
Selain dengan melihat nilai discretionary accruals, manajemen laba juga dilihat dari akun-akun dalam laporan
keuangan. Pertama adalah dengan melihat total akrual perusahaan dalam suatu periode. Total akrual adalah selisih antara laba bersih
dan arus kas operasi bersih. Jika nilai akrualnya negatif maka ada kemungkinan terjadinya manajemen laba dengan menurunkan laba.
Kedua adalah dengan melihat metode akuntansi dan penerapan metode akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan. Manajer
akan memilih metode akuntansi yang dapat mengubah nilai laporan keuangan yang akan menguntungkannya. Misalnya manajer akan
menggunakan metode garis lurus dalam mendepresiasi aktiva tetap agar bisa meratakan laba. Contoh lain yaitu dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
49
metode pengakuan harga pokok persediaan dengan metode average yang akan membuat harga pokok relatif sama dalam beberapa
periode. Menurut Gumanti 2000, model modified jones ini
mempunyai potensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menaikkan atau menurunkan laba, karena cara-cara tersebut kurang
mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak luar. Manajemen laba yang diproksikan dengan model Modified Jones
tersebut dituliskan sebagai berikut :
Nilai total accrual TA yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut :
Dengan koefisien diatas maka nilai non discretionary accruals NDA dapat dihitung dengan rumus :
2.
Maka discretionary accrual DA dapat dihitung sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
50
Dimana : DAit
: Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode t
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode t Ait-1
: Total aktiva perusahaan i pada periode t-1 ∆Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t
PPEt : Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode t e
: error
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel
Definisi Variabel Pengukuran
Skala
1 Kinerja
Keuangan pengukuran yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio
2 Manajemen
Laba tindakan yang dilakukan
manajemen dalam proses pelaporan
keuangan eksternal yang bertujuan untuk
menguntungkan pihak manajemen sendiri.
Rasio
Universitas Sumatera Utara
51
3 Kepemilikan
Manajerial persentase kekuasaan
atau kepemilikan manajemen dalam suatu
perusahaan. Rasio
4 Kepemilikan
Institusional kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi keuangan seperti
asuransi, bank, dana pensiun, dan investment
banking. Rasio
5 Proporsi
Dewan Komisaris
Independen anggota dewan
komisaris yang tidak bekerja sama atau
berafiliasi dengan pihak lain yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk
bersikap independen. Rasio
6 Ukuran
Dewan Komisaris
jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah
perusahaan. jumlah anggota
dewan komisaris dalam sebuah
perusahaan Nominal
7 Ukuran
Komite Audit
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap
pengelolaan perusahaan. jumlah anggota
komite audit yang ada di perusahaan
Nominal
Sumber : Hasil olahan peneliti 2016
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dan regresi sederhana dengan menganalisis hasil penelitian menggunakan data sekunder yang bersumber
dari situs Bank Indonesia. Hasil dari penelusuran data tersebut akan mendapatkan gambaran tentang hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Penulis menggunakan aplikasi pembantu untuk mengolah data yaitu SPSS.
Universitas Sumatera Utara
52
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat
kesimpulan secara umum Sugiyono, 2008 Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang
dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum. Pengujian dengan statistik deskriptif ini dilakukan untuk
mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan
representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, heterokedastisitas, dan multikolinearitas.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Uji normalitas dalam
Universitas Sumatera Utara
53
penelitian ini menggunakan kolmogorov-smirnov, grafik histogram, dan grafik normal probability plot.
3.8.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regrasi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedasitisitas.
Pengujian untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel
dependen ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila pada grafik scatterplot
titik menyebar di atas atau di bawah nilai nol pada sumbu Y maka model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
Jika terdapat pola tertentu yang teratur, seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka menunjukkan terjadinya
heterokedastisitas Ghozali, 2006.
3.8.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independennya. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
Universitas Sumatera Utara
54
independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel- variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol Ghozali, 2006.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai tolerance lebih dari 0,10
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95, Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
multikolinearitas Ghozali, 2006.
3.8.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun
sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2006.
Dalam penelitian ini digunakan uji autokorelasi dengan menggunakan run test. Apabila nilai persamaan pada tabel 0,05
maka persamaan regresi dikatakan terjadi autokorelasi. Tapi bila nilai persamaan tabelnya 0,05 persamaan tersebut terbebas dari
autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
55
3.8.3 Analisis Jalur
Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi berganda. Analisis jalur digunakan dalam penelitian yang tidak hanya
menggunakan variabel dependen dan variabel independen tapi juga variabel intervening yang menjadi mediator atau penghubung.
Analisis jalur digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antar variabel dengan tujuan mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung dari variabel dependen dan variabel independen. Hal yang membedakan regresi biasa dengan regresi dalam analisis
jalur adalah adanya persamaan regresi yang lebih dari satu kali. Maka sesuai dengan gambar kerangka konseptual yang telah dipaparkan sebelumnya
berikut adalah model persamaan regresi untuk persamaan analisis jalur dalam penelitian ini :
3.8.4 Uji Hipotesis 3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Bila R
2
semakin tinggi maka garis regresi sampel semakin baik juga. R
2
mengartikan apakah variabel dependen mampu menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
56
perubahan dari variabel independen. Jika R
2
mendekati satu maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan dari variabel
dependen, tapi jika R
2
mendekati 0, maka variabel independen tidak
mampu menjelaskan variabel dependen.
3.8.4.2 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara individu parsial terhadap
variabel dependen. Apabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka Ho diterima. Sedangkan apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka
Ho ditolak. Untuk menghitung t-hitung menggunakan rumus sebagai berikut, Supranto,2000 :
Dimana : t = t-hitung yang diperoleh
b = bobot regresi sb = standar deviasi dari variabel bebas
Bila : a. Ho = b1 - b2 - b3 - b4 = 0
Artinya tidak ada pengaruh secara parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Ho = b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0
Universitas Sumatera Utara
57
Artinya ada pengaruh secara parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Berdasarkan metode purposive sampling dan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang diterapkan pada perusahaan real estate yang terdaftar di BEI pada
tahun 2012 sampai 2014 telah terpilih 11 perusahaan sampel yang mewakili 50 perusahaan populasi. Kesebelah perusahaan sampel tersebut mewakili 3 tahun
berturut-turut sehingga data amatannya menjadi 33 data. Data tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis dan menguji
hipotesis. Identifikasi kinerja perusahaan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan nilai CFROA yang merupakan perbandingan antara EBIT ditambah
depresiasi dengan total aset.
4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi relevan yang terkandung dalam data hasil olahan dan kemudian hasil olahan tersebut
dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda dan analisis jalur. Sebelum dilakukannya
pengujian regresi untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap uji asumsi klasik. Hasil uji yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar uji asumsi
klasik yang mendasari model regresi. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji
Universitas Sumatera Utara
59
apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan atau tidak.
4.2.1 Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness kemencengan distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti Ghozali, 2006. Variabel-variabel
yang digunakan meliputi kinerja keuangan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, ukuran komite audit, dan manajemen laba. Dari hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel-variabel tersebut maka
diperolehlah hasil sesuai dengan tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Manjemen.Laba
33 -,0581
,5652 ,137042
,1370094 Kepemilikan.Manejerial
33 ,00
7,35 1,1814
1,86828 Kepemilikan.Institusional
33 37,64
88,89 62,1882
17,64350 Komisaris.Independen
33 ,00
7,00 1,9394
1,80172 Dewan.Komisaris
33 2,00
22,00 5,6364
5,40728 Komite.Audit
33 ,00
4,00 2,8485
,97215 Kinerja Keuangan
33 ,07
1,65 ,2573
,29278 Valid N listwise
33
Sumber : Data olahan peneliti 2016 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai manajemen laba adalah antara
-0,0581 sampai dengan 0,5652 dengan rata-rata sebesar 0,137042 dan
Universitas Sumatera Utara
60
standar deviasi sebesar 0,1370094. Nilai negatif berarti diduga perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba dan nilai positif
berarti perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba. Agar analisis tidak bias maka untuk mencari pengaruh terhadap manajemen
laba, maka nilai DA tersebut harus diabsolutkan. Nilai kepemilikan manajerial antara 0,00 sampai dengan 7,35 dengan rata-rata sebesar 1.1814
dan standar deviasi sebesar 1,86828. Sedangkan kepemilikan institusional berkisar antara 37,64 sampai dengan 88,89 dengan rata-rata sebesar 62,1882
dan standar deviasi sebesar 17,64350. Proporsi dewan komisaris independen adalah antara 0,00 sampai dengan 7,00 dengan rata-rata sebesar 1,9394 dan
standar deviasi sebesar 1,80172. Ukuran dewan komisaris berkisar antara 2,00 sampai dengan 22,00 dengan rata-rata jumlah dewan komisaris
sebanyak 5,6364 orang dengan standar deviasi sebesar 5,40728. Nilai jumlah komite audit adalah antara 0,00 sampai dengan 4,00 orang dengan rata-rata
sebanyak 2,8485 dan standar deviasi sebesar 0,97215. Kinerja keuangan mempunyai nilai antara 0,07 sampai dengan 1,65 dengan rata-rata sebesar
0,2573 dan standar deviasi sebesar 0,29278. Rata-rata perusahaan mempunyai kinerja keuangan sebesar 25,73.
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi terhadap variabel dependen dan variabel independen. Analisis regresi harus
menghasilkan nilai yang sesuai. Agar mendapat nilai tersebut maka terlebih
Universitas Sumatera Utara
61
dahulu data harus memenuhi keempat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut :
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
telah terdistribusi secara normal atau tidak Ghozali, 2006. Suatu model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Uji normalitas yang dipergunakan adalah dengan melihat
tabel kolmogorov-smirnov, histogram, dan normal probability plot. Tabel kolmogorov-smirnov harus memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 agar dapat dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan pada histogram, bentuk grafik histogram
harus berbentuk lonceng agar dapat dikatakan terdistribusi normal. Pada tabel p-p plot yang dibandingkan adalah distribusi kumulatif
dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya Ghozali, 2006. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
62
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 28
Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,23552088
Most Extreme Differences Absolute
,230 Positive
,230 Negative
-,139 Kolmogorov-Smirnov Z
1,218 Asymp. Sig. 2-tailed
,103 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. 2- tailed 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini tidak terkena problem normalitas.
Gambar 4.1 Histogram
Universitas Sumatera Utara
63
Pada gambar histogram sebelumnya dapat kita lihat bahwa histogram membentuk lonceng. Maka dari itu dipastikan bahwa data
pada penelitian ini terdistribusi secara normal.
Gambar 4.2 P-P Plot
Gambar menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 45 derajat dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada kedua model telah terdistribusi
secara normal.
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau
Universitas Sumatera Utara
64
tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heterokedastisitas. Adapun hasil
uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.3 Scatterplot
Tampak pada gambar bahwa model persamaan diatas tidak mempunyai gangguan heteroskedastisitas karena tidak ada pola
tertentu pada grafik. Titik-titik pada grafik relatif menyebar baik di atas sumbu nol maupun di bawah sumbu nol.
Universitas Sumatera Utara
65
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor
VIF. Model dinyatakan terbebas dari gangguan multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF di bawah 10 atau
tolerance di atas 0,1. Hail uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
kepemilikan.menejerial ,789
1,268 kepemilikan.institusional
,702 1,424
komisaris.independen ,125
7,993 dewan.komisaris
,118 8,456
komite.audit ,617
1,621 LN_DA
,556 1,799
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Tabel di atas memberikan semua nilai VIF di bawah 10 atau nilai Tolerance di atas 0,1 maka tidak terdapat gejala
multikolinearitas pada model penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
66
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi linear memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika korelasi terjadi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi Ghozali, 2006. Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan
dengan menggunakan metode run test untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Apabila nilai Asymp. Sig. 2-
tailed 0,05 maka persamaan regresi dikatakan terkena problem autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-,00704 Cases Test Value
14 Cases = Test Value
14 Total Cases
28 Number of Runs
19 Z
1,348 Asymp. Sig. 2-tailed
,178 a. Median
Sumber : Data olahan peneliti 2016 Pada tabel diatas ditunjukkkan nilai Asymp. Sig. 2-tailed
0,05 maka persamaan regresi dikatakan tidak terkena problem autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
67
4.2.3 Analisis Jalur
Analisis jalur digunakan dalam penelitian yang tidak hanya menggunakan variabel dependen dan variabel independen tapi juga variabel
intervening yang menjadi variabel mediator atau penghubung. Dalam penelitian ini analisis jalur digunakan untuk melihat apakah
terdapat pengaruh antara corporate governance terhadap manajemen laba dan apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Dengan demikian terdapat dua model persamaan dalam penelitian ini yaitu:
Model 1
ML = P
1
kepemilikan.manajerial + P
2
kepemilikan.institusional + P
3
komisaris.independen + P
4
dewan.komisaris+ P
5
komite audit +
Tabel 4.5 Analisis Jalur Model 1
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant -1,969
,943 -2,087
,049 kepemilikan.menejerial
,174 ,081
,371 2,147
,043 kepemilikan.institusional
,016 ,011
,305 1,429
,167 komisaris.independen
,763 ,532
1,598 1,435
,165 dewan.komisaris
-,208 ,168
-1,312 -1,239
,228 komite.audit
-,592 ,231
-,676 -2,557
,018 a. Dependent Variable: LN_DA
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Universitas Sumatera Utara
68
Model 2
Kinerja = P
6
kepemilikan.manajerial + P
7
kepemilikan.institusional + P
8
komisaris.independen + P
9
dewan.komisaris+ P
10
komite audit + P
11
manajemen.laba +
Tabel 4.6 Analisis Jalur Model 2
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Dari tabel diatas maka dapat dapat kita ketahui jumlah koefisien jalur atau koefisien path p1,p2,p3,p4,p5,p6,p7,p8,p9,p10,p11 pada model persamaan
dalam penelitian ini. Koefisien jalur tersebut dapat dilihat pada diagram analisis jalur berikut ini :
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant ,744
,339 2,197
,037 kepemilikan.menejerial
,015 ,027
,093 ,546
,590 kepemilikan.institusional
,000 ,003
-,021 -,120
,906 komisaris.independen
,058 ,211
,118 ,277
,784 dewan.komisaris
,089 ,215
,182 ,416
,681 komite.audit
-,511 ,163
-,602 -3,138
,004 LN_DA
,048 ,052
,188 ,928
,362 a. Dependent Variable: kinerja
Universitas Sumatera Utara
69
Gambar 4.4 Diagram Analisis Jalur
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis 4.2.4.1 Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi R
2
bertujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Hasil uji determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kepemilikan Manajerial
X
1
Kepemilikan Institusional
X
2
Ukuran Dewan Komisaris
X
4
Ukuran Komite Audit
X
5
Proporsi Dewan Komisaris
Independen X
3
Manajemen Laba
Y
1
Kinerja Keuangan
Y
2
0,188
-0,602 0,182
0,118
-0,021 0,093
0,371
0,305
1,598 -1,312
-0,676
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0
1 ,658
a
,433 ,303
,24449 1,808
a. Predictors: Constant, LN_DA, komisaris.independen, kepemilikan.menejerial, kepemilikan.institusional, komite.audit, dewan.komisaris
b. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data olahan peneliti 2016 Hasil
uji koefisien
determinasi pada
tabel diatas
menunjukkan nilai R sebesar 0,632 pada model 1 dan R Square sebesar 0,399. Tampak bahwa kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan varians variabel dependen adalah relatif rendah yaitu hanya sebesar 39,9 pada model 1. Masih terdapat 60,1
varians variabel dependen yang belum mampu dijelaskan oleh variabel independen dalam model 1. Sedangkan pada model 2 nilai R
adalah sebesar 0,658 dengan kemampuan variabel independen dan
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0
1 ,632
a
,399 ,262
,79450 1,693
a. Predictors: Constant, komite.audit, kepemilikan.menejerial, kepemilikan.institusional, dewan.komisaris, komisaris.independen
b. Dependent Variable: LN_DA
Universitas Sumatera Utara
71
variabel manajemen laba dalam menjelaskan kinerja keuangan adalah sebesar 43,3.
4.2.4.2 Uji t
Dari hasil pengujian asumsi klasik maka diperoleh hasil bahwa model regresi yang digunakan telah memenuhi asumsi
normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaan
regresi secara parsial terhadap masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi 5 atau 0,05. Apabila nilai probabilitas
0,05 maka koefisien regresi signifikan dan hipotesis tersebut diterima. Sedangkan apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka
koefisien regresi tidak signifikan dan hipotesis tersebut ditolak. Hasil pengujian model regresi secara parsial diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.9 Uji t Model 1
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1Constant -1,969
,943 -2,087
,049 kepemilikan.menejerial
,174 ,081
,371 2,147
,043 kepemilikan.institusional
,016 ,011
,305 1,429
,167 komisaris.independen
,763 ,532
1,598 1,435
,165 dewan.komisaris
-,208 ,168
-1,312 -1,239
,228 komite.audit
-,592 ,231
-,676 -2,557
,018 a. Dependent Variable: LN_DA
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Universitas Sumatera Utara
72
Dari tabel diatas kita dapat melihat uji t atau uji parsial yang dilakukan pada variabel mekanisme corporate governance yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan
terhadap variabel manajemen laba dengan penjelasan analisis sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,043 0,05 dengan t hitung sebesar 2,147. Dengan demikian H
1a
dapat diterima.
2. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi 0,167
0,05 dengan t hitung sebesar 1,429. Dengan demikian H
1b
dapat ditolak. 3. Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
Manajemen Laba. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai signifikansi 0,165 0,05 dengan t hitung sebesar 1,435.
Dengan demikian H
1c
dapat ditolak.
Universitas Sumatera Utara
73
4. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi
0,228 0,05 dengan t hitung sebesar -1,239. Dengan demikian maka H
1d
dapat ditolak. 5. Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa ukuran komite audit memiliki nilai signifikansi
0,018 0,05 dengan t hitung sebesar -2,557. Dengan demikian H
1e
dapat diterima. Berikut adalah uji hipotesis pada model 2 dalam penelitian ini:
Tabel 4.10 Uji t Model 2
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
,744 ,339
2,197 ,037
kepemilikan.menejerial ,015
,027 ,093
,546 ,590
kepemilikan.institusional ,000
,003 -,021
-,120 ,906
komisaris.independen ,058
,211 ,118
,277 ,784
dewan.komisaris ,089
,215 ,182
,416 ,681
komite.audit -,511
,163 -,602
-3,138 ,004
LN_DA ,048
,052 ,188
,928 ,362
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data olahan peneliti 2016
Universitas Sumatera Utara
74
Dari tabel diatas kita dapat melihat uji t atau uji parsial yang dilakukan pada variabel mekanisme corporate governance yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan dengan penjelasan analisis sebagai berikut :
1. Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa manajemen laba memiliki nilai signifikansi 0,362 0,05 dengan t hitung sebesar 0,928. Dengan demikian H
2
dapat ditolak.
2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi
0,590 0,05. Dengan demikian H
3a
dapat ditolak. 3. Kepemilikan
Institusional berpengaruh
terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa
kepemilikan institusional
memiliki nilai
signifikansi 0,906 0,05. Dengan demikian H
3b
dapat ditolak. 4. Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
Universitas Sumatera Utara
75
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki
nilai signifikansi 0,784 0,05. Dengan demikian H
3c
dapat ditolak.
5. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi
0,681 0,05. Dengan demikian H
3d
dapat ditolak. 6. Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas maka dapat
dilihat bahwa ukuran komite audit memiliki nilai signifikansi 0,004 0,05. Dengan demikian H
3e
dapat diterima.
4.3 Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung 4.3.1 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemilikan
Manajerial terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total : Pengaruh langsung Kepemilikan Manajerial ke Kinerja
Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
76
Manajerial terhadap Kinerja Keuangan yakni p6 sebesar 0,093.
Pengaruh tidak langsung Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur Manajemen
Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p1 × p11 = 0,371 × 0,188 = 0,070
Pengaruh total Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh tidak
langsung = 0,093 + 0,070 = 0,163 2. Hipotesis : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. 3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p1 × p11 p6 maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p1 × p11 p6 maka variabel Manajemen Laba
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya adalah langsung.
Universitas Sumatera Utara
77
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p1 × p11 p6 yakni 0,070 0,093, maka
Kepemilikan Manajerial berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening antara
Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan.
4.3.2 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen
Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total : Pengaruh langsung Kepemilikan Institusional ke Kinerja
Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan yakni p7 sebesar -
0,021. Pengaruh tidak langsung Kepemilikan Institusional ke
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari perkalian
antara nilai
koefisien jalur
Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba dengan koefisien
jalur Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p2 × p11 = 0,305 × 0,188 = 0,057
Pengaruh total Kepemilikan Institusional ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh
tidak langsung = -0,021 + 0.057 = 0,036
Universitas Sumatera Utara
78
2. Hipotesis : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
3. Kriteria penarikan kesimpulan : Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh
langsung p2 × p11 p7 maka variabel Manajemen Laba adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh
yang sebenarnya adalah tidak langsung. Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh
langsung p2 × p11 p7 maka variabel Manajemen Laba adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya
adalah langsung. 4. Kesimpulan : Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung
pengaruh langsung p2 × p11 p7 yakni 0,036 -0,021. Maka Kepemilikan Institusional berpengaruh tidak langsung terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. Manajemen Laba merupakan variabel intervening antara Kepemilikan Institusional
dan Kinerja Keuangan.
4.3.3 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan
melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total :
Universitas Sumatera Utara
79
Pengaruh langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur
Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan yakni p8 sebesar 0,118.
Pengaruh tidak langsung Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
dapat dilihat dari perkalian antara nilai koefisien jalur Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen
Laba dengan koefisien jalur Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p3 × p11 = 1,598 × 0,188 = 0.3
Pengaruh total Proporsi Dewan Komisaris Independen ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung +
pengaruh tidak langsung = 0,118 + 0,3 = 0,418 2. Hipotesis : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. 3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p3 × p11 p8 maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p3 × p11 p8 maka variabel Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
80
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p3 × p11 p8 yakni 0,3 0,118. Maka
Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh tidak langsung terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba.
Manajemen Laba merupakan variabel intervening antara Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja Keuangan.
4.3.4 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ukuran Dewan Komisaris
terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total : Pengaruh langsung Ukuran Dewan Komisaris ke Kinerja
Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan yakni p9
sebesar 0,182. Pengaruh tidak langsung Ukuran Dewan Komisaris ke
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari perkalian antara nilai koefisien jalur Ukuran Dewan
Komisaris terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p4 × p11
= -1.312 × 0,188 = -0,247
Universitas Sumatera Utara
81
Pengaruh total Ukuran Dewan Komisaris ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh
tidak langsung = 0,182 + -0,247 = -0,065 2. Hipotesis : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. 3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p4 × p11 p9 maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p4 × p11 p9 maka variabel Manajemen Laba
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p4 × p11 p9 yakni -0,247 0,182. Maka
Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening
antara Ukuran Dewan Komisaris dengan Kinerja Keuangan.
4.3.5 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen
Laba
1. Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan total :
Universitas Sumatera Utara
82
Pengaruh langsung Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan dapat dilihat dari nilai koefisien jalur Ukuran
Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan yakni p10 sebesar - 0,602.
Pengaruh tidak langsung Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba dapat dilihat dari
perkalian antara nilai koefisien jalur Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba dengan koefisien jalur Manajemen
Laba terhadap Kinerja Keuangan yakni p5 × p11 = -0,676 × 0,188 = -0,127
Pengaruh total Ukuran Komite Audit ke Kinerja Keuangan dilihat dari nilai pengaruh langsung + pengaruh tidak
langsung = -0,602 + -0,127 = -0,729 2. Hipotesis : Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan melalui Manajemen Laba. 3. Kriteria penarikan kesimpulan :
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p5 × p11 p10 maka variabel Manajemen Laba
adalah variabel intervening, atau dengan kata lain pengaruh yang sebenarnya adalah tidak langsung.
Jika nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p5 × p11 p10 maka variabel Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
83
adalah bukan variabel intervening, pengaruh yang sebenarnya adalah langsung.
4. Kesimpulan : Nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p5 × p11 p10 yakni -0,127 -0,602.
Maka Ukuran Komite Audit berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan. Manajemen Laba bukan variabel intervening
antara Ukuran Komite Audit dengan Kinerja Keuangan.
4.4 Pembahasan
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari kelima komponen corporate governance yang digunakan hanya dua variabel yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kedua variabel tersebut adalah kepemilikan manajerial dan ukuran komite audit.
Indikator corporate governance yang lain yaitu proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan institusional tidak
signifikan dalam mempengaruhi manajemen laba. Lebih lanjut, manajemen laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.
Dari hasil uji analisis jalur juga telah menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba. Berarti manajemen laba berhasil menjadi variabel intervening pada hubungan antara kedua variabel
tersebut terhadap kinerja keuangan. Kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit
hanya berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
84
manajemen laba tidak berhasil menjadi variabel intervening pada hubungan variabel tersebut.
4.4.1 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap variabel manajemen laba yang
dilihat dari tingkat signifikansi 0,043 0,05. Karena pengaruh tersebut berpengaruh positif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel kepemilikan
manajerial akan meningkatkan manajemen laba sebesar 0,174.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah 2014 yang menyimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Manajer yang memiliki saham mempunyai tujuan pribadi yaitu
menginginkan adanya return yang besar atas saham yang dimilikinya. Dengan demikian manajer cenderung akan melakukan manajemen laba demi
kepentingannya tersebut Gumanti, 2009.
4.4.2 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel
manajemen laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,167 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustia 2013 yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional
Universitas Sumatera Utara
85
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ujiantho dan Pramuka 2007 yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih fokus pada
current earnings. Maka akibatnya manajer cenderung akan melakukan
manajemen laba untuk memenuhi keinginan pemilik institusional tersebut. Cornett et al., 2006 juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional akan
membuat para manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba yang diinginkan para investor, sehingga mereka akan cenderung melakukan
manipulasi laba.
4.4.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel
manajemen laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,165 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustia 2013 yang menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penempatan atau penambahan dewan komisaris independen
kemungkinan hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan formal. Pemegang
Universitas Sumatera Utara
86
saham mayoritas akan memegang kendali penuh dalam mengambil keputusan sehingga peranan dewan komisaris independen tidak berjalan
dengan baik Gideon, 2005. Kondisi ini juga ditegaskan dalam hasil survey Asian Development
Bank yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan
pemilik saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh dewan komisaris
independen menjadi tidak efektif.
4.4.4 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel manajemen
laba yang dapat dilihat dari tingkat signifikansi 0,228 0,05.
Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustia 2013 yang menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ujiantho dan Pramuka 2007 juga menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris tidak
berpengaruh dalam keefektifan pengawasan dalam perusahaan. Keefektifan pengawasan sebenarnya tergantung pada komunikasi, koordinasi, dan
pembuatan keputusan Gideon, 2005.
Universitas Sumatera Utara
87
4.4.5 Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap variabel manajemen laba yang dilihat dari
tingkat signifikansi 0,018 0,05. Karena pengaruh tersebut berpengaruh negatif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel komite audit akan
menurunkan manajemen laba sebesar 0,592. Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri 2011 yang
menyimpulkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Keberadaan komite audit akan meningkatkan pengawasan terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit dapat
memperkecil kemungkinan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer Siallagan dan Machfoedz, 2006. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi ukuran komite audit maka akan semakin
rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba.
4.4.6 Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif terhadap variabel kinerja keuangan yang dilihat dari
tingkat signifikansi 0,031 0,05. Karena pengaruh tersebut berpengaruh positif maka setiap kenaikan 1 satuan variabel kepemilikan manajerial akan
meningkatkan manajemen laba sebesar 0,138.
Universitas Sumatera Utara
88
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gideon 2005. Laporan keuangan akan menunjukkan seberapa besar
kinerja keuangan perusahaan. Tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar sesuai dengan keinginan manajer. Dengan demikian,
semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan semakin terlihat baik, maka keinginan manajer akan terpenuhi.
4.4.7 Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p1
× p11 p6 yakni 0,070 0,093. Manajemen laba bukan variabel intervening antara kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja keuangan 0,590 0,05. Hasil ini tidak
mendukung hasil penelitian dari Putra 2013 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan.
4.4.8 Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Kepemilikan institusional berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan. Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh
Universitas Sumatera Utara
89
langsung p2 × p11 p7 yakni 0,036 -0,021. Maka manajemen laba merupakan variabel intervening antara kepemilikan institusional dan kinerja
keuangan. Kepemilikan
institusional cendurung
mementingkan current
earnings. Para manajer selalu dituntut untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Maka dari itu manajer cenderung akan melakukan manajemen laba untuk memenuhi keinginan para pemilik institusional tersebut Cornett et al.,
2006.
4.4.9 Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung
pengaruh langsung p3 × p11 p8 yakni 0,3 0,118. Maka manajemen laba merupakan variabel intervening antara proporsi dewan komisaris
independen dengan kinerja keuangan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Afnan
2014, yang menyebutkan bahwa manajemen laba tidak memediasi proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan.
4.4.10 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Ukuran dewan komisaris berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Nilai Koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p4
Universitas Sumatera Utara
90
× p11 p9 yakni -0,247 0,182. Maka manajemen laba bukan variabel intervening antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris tidak signifikan terhadap kinerja keuangan 0,681 0,05.
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Afnan 2014, yang menyebutkan bahwa pada uji mediasi manajemen laba, dapat
disimpulkan bahwa manajemen laba memediasi hubungan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan.
4.4.11 Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba
Ukuran komite audit berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung pengaruh langsung p5
× p11 p10 yakni -0,127 -0,602. Maka manajemen laba bukan variabel intervening antara ukuran komite audit dengan kinerja keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran komite audit signifikan terhadap kinerja keuangan 0,004 0,05.
Ukuran komite audit terkait dengan fungsi pengawasan terhadap manajemen. Penetapan jumlah komite audit menyiratkan bahwa ukuran
komite audit merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pengawasan perusahaan. Anderson et al. 2004 menyimpulkan bahwa ukuran komite
audit yang besar mampu mengawasi pelaporan keuangan dan sistem
Universitas Sumatera Utara
91
pengendalian internal. Dengan demikian semakin besar ukuran komite audit maka transparansi akuntansi diharapkan semakin besar.
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa komponen corporate governance
secara keseluruhan dari uji regresi belum dapat menjadi alat untuk mencapai atau memaksimalkan kesejahteraan para
prinsipal.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial signifikan dan berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba
2. Ukuran Komite Audit signifikan dan berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
3. Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
4. Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. 5. Kepemilikan Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba. 6. Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, dan Ukuran Komite
Audit berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan
5.2 Keterbatasan Penelitian