93
5.5 Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak
X Medan Tahun 2015
Menurut Hasyimi 2010, cara transmisi infeksi nosokomial salah satunya melalui blood precaution yaitu infus set dan jarum suntik yang selalu diberikan
kepada pasien di Rumah Sakit. Menurut Hindley2004,terapi intravena IV adalah salahsatu teknologi
yang paling seringdigunakan dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 60 pasien yang masuk ke Rumah Sakit mendapat terapi melalui Intra Vena,
karena begitu banyaknyapasien yang dilakukan terapi Intra Vena, maka perawat dan bidan mempunyai tugas profesional untuk mengenali dan mencegah hal-hal
yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi phlebitis. Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X
Medan sekurang-kurangnya terjadi dalam waktu 3x24 jam. Phlebitis merupakan peradangan dinding vena yang dapat disebabkan oleh infeksi atau perlukaan
Pearce, 2009. Pungsi vena merupakan kontraindikasi di tempat yang menunjukkan
tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis. Infeksi nosokomial ditandai dengan salah satu atau lebih yaitu kemerahan, nyeri tekan, bengkak atau hangat di tempat
pemasangan Kusyati, 2006. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X
Medan, kejadian infeksi nosokomial phlebitis yaitu sebanyak 7orang 21,8dari jumlah 32 pasien rawat inap yang diamati dengan lama rawatan sekurang-
kurangnya 3x24jam.Dari 7 pasien yang mengalami phlebitis tersebut, langkah yang hanya dilakukan oleh perawat dan bidan yaitu hanya melakukan 24 langkah,
23 langkah, 25 langkah, 23 langkah, 23 langkah, 25 langkah dan 25 langkah. 5 orang pasien mengalami tanda-tanda bengkak dan nyeri, 1 orang bengkak dan
Universitas Sumatera Utara
94
merah, dan 1 orang mengalami bengkak saja. Perawat dan bidan tidak mencuci tangan, tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan torniket dan tidak
menyediakan handuk yang ditaruh di bawah lengan dalam melakukan tindakan pemasangan infus kepada 7 pasien ini.
Perawat atau bidan di Rumah Sakit ini melepaskan infuspadapasien yang mengalami phlebitis kemudian memasang infus intravena di sisi yang lain.
Menurut Potter dan Perry 2005, usaha pencegahan infeksi nosokomial phlebitis adalah tanggung jawab petugas kesehatan di Rumah Sakit terutama perawat dan
bidan, perawat dan bidan merupakan tenaga profesional yang selalu berhubungan dengan pasien selama 24 jam. Menurut Potter dan Perry 2010, saat phlebitis
terjadi, lepaskan jalur intarvena dan pasang jalur pada sisi vena yang lain. Kompres hangat lembab pada sisi phlebitis dapat memberikan rasa nyaman pada
pasien. Phlebitis dapat menjadi berbahaya karena bekuan darah trombophlebitis dapat terbentuk dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan emboli. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada vena dan meningkatkan waktu perawatan.
Menurut Irianto 2013, mengurangi risiko infeksi nosokomial phlebitis pada alat intravaskuler yaitu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan
sebelum memegang set infus steril, memperhatikan streilitas alat, menggunakan sarung tangan bersih atau DTT dipakai sebelum menyentuh tempat pemasangan
atau pangkal jarum kateter, mencuci tangan kembali sesudah melepas sarung tangan dan melakukan perawatan tempat pemasangan dan mengganti balutan
infus setiap 24. Tapi pada kenyataannya perawat dan bidan di Rumah Sakit X Medan ini tidak melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial yaitu tidak
selalu mencuci tangan dan sama sekali tidak menyukai dan bahkan tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
95
menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan pemasangan infus dengan alasan tidak merasa nyaman menggunakan sarung tangan saat melakukan
tindakan infus.
Universitas Sumatera Utara
96
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan