Febris Puerperalis Phlebitis .1 Pengertian Phlebitis

37 bagian uretra sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik dengan memakai kapas atau cunam dengan potongan kain kasa dan lepaskan kateter secara hati-hati. Langkah 7: Untuk pria, tarik ke belakang kulup dan pegang kepala penis dan daerah dekat kateter sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik dengan menggunakan kapas atau cunam dengan potongan kain kasa. Langkah 8: Jika akan melepas kateter, ikuti langkah 15, 17, dan 18 pada prosedur pemasangan. Langkah 9: Jika akan mengganti kateter indwelling, ikuti langkah 5 sampai 18 pada prosedur pemasangan.

2.7.3 Febris Puerperalis

Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pasca persalinan pervaginam. Tidak semua persalinan pervaginam berjalan spontan. Diperkirakan 7-8 akan mengalami kesulitan atau distosia patologis yang terjadi karena tidak proporsionalnya perpaduan antara tenaga dorong atau his dari uterus power, janin yang harus terdorong keluar passenger, serta jalan lahir passage saat persalinan berjalan. Universitas Sumatera Utara 38 2.7.4 Phlebitis 2.7.4.1 Pengertian Phlebitis Vena menjadi sasaran phlebitis yaitu peradangan dinding vena yang dapat disebabkan oleh infeksi atau perlukaaan. Trombophlebitis yaitu peradangan dengan komplikasi penyumbatan oleh segumpal bekuan darah, dapat merupakan akibat dari phlebitis Pearce, 2009. Menurut Darmadi 2008, tanda-tanda phlebitis yaitu pada daerah kateter intravena terpasang, kulit tampak merah rubor, bengkak edema, panas color disertai nyeri dolor dan kadang ditemukan demam dengan penyebab: 1. Pemasangan kateter intravaskuler sering kali gagal dan harus diulang misalnya karena vena yang kecil dan dalam. 2. Kateter intravaskuler yang terpasang digunakan untuk beberapa hari. Kedua hal di atas memperbesar peluang masuknya mikroba patogen ke darah secara langsung. Menurut Irianto 2013, alat dan larutan terkontaminasi juga memberi jalan mikroorganisme memasuki pembuluh darah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan alat berikut meningkatkan risiko infeksi : 1. Sebelum pemasangan yaitu botol infus yang retak,lubang pada kontainer plastik, penghubung dan cairan infus yang terkontaminasi dan persiapan tidak steril pada cairan infus 2. Sewaktu pemakaian yaitu penggantian cairan intra vena dengan menggunakan set infus yang sama, suntikan multiple dan sistem irigasi dan alat pengukuran tekanan vena sentral Universitas Sumatera Utara 39 Kontak orang ke orang juga meningkatkan risiko infeksi yang berhubungan dengan alat intravaskuler. Hal ini meliputi : a. Kontaminasi silang dengan daerah terinfeksi dari tubuh pasien melalui pasien lain atau tangan petugas kesehatan b. Kontaminasi silang dari pasien terinfeksi melalui tangan petugas kesehatan c. Kontaminasi silang dari pasien pada petugas sewaktu kontak dengan pasien waktu pemasangan darah, perawatan waktu pemasangan atau pencabutan kateter. d. Teknik pemasangan atau mengganti balutan yang tidak baik. Menurut Irianto 2013, mengurangi risiko infeksi nosokomial pada semua jenis alat intravaskular yaitu : 1. Kebersihan Tangan dan Sarung Tangan a. Cuci tangan sebelum memegang set intra vena apabila tangan mungkin tidak bersih, dapat didesinfeksi dengan antiseptik yang terbuat dari etil atau isopropil alkohol 60-90 dan emolien, seperti gliserin. b. Sarung tangan bersih atau DTT dipakai sebelum menyentuh tempat pemasangan atau pangkal jarum atau kateter. c. Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptik tanpa air berdasar alkohol sesudah melepas sarung tangan. 2. Perawatan tempat pemasangan dan ganti balutan Universitas Sumatera Utara 40 a. Jika tempat pemasangan kateter tampak kotor, cuci dulu dengan sabun dan air dan keringkan sebelum diberi antiseptik kulit. b. Jika memakai povidon-iodin sebagai antiseptik, biarkan kering dulu atau tunggu 2 menit sebelum pemasangan. c. Pemberian salep antimikrobial sekitar tempat pemasangan tidak mengurangi risiko infeksi. d. Penutupan luka yang langsung dan tembus pandang, memungkinkan melihat jarum atau kateter, lebih menyenangkan, tetapi mahal dan tidak ada bukti klinis dapat mengurangi resiko infeksi dibandingkan denagn penutupan dengan kasa steril atau bersih dan plester bedah. e. Penutupan luka dapat dipertahankan 72 jam asal tetap kering jika basah, lembab atau lepas segera diganti. f. Kasa dan plester penutup luka perlu diganti bila diperlukan. g. Daerah tertanamnya kateter atau jarum harus diperiksa tiap hari apakah ada rasa nyeri. h. Tempat insersi perlu diperiksa jika pasien mengeluh nyeri atau demam tanpa diketahui penyebabnya. Universitas Sumatera Utara 41

2.7.4.2 Prosedur Pemasangan, Pemeliharaan dan Pengangkatan Infus

1. Prosedur Insersi Untuk Pemasangan Infus Irianto, 2013. a. Yakinkan semua perlengkapan tersedia 1. Cairan infus 2. Jarum lurus atau butterfly atau kateter plastik jarum yang terbuat dari logam ditutup oleh penutup plastik yang akan ditinggalkan di tempat sesudah jarum dicabut 3. Set infus bayi dan anak memerlukan alat pengontrol tetesan dan alat pengontrol isi. 4. Larutan antiseptik misalnya klorheksidin 2, alkohol 60-90, PVI 10 dan kasa steril atau bersih ukuran 2x2 atau kapas. 5. Plester atau dressing transparan. 6. Torniket bersih 7. Penyangga tangan baru atau yang bersih. 8. Handuk untuk ditaruh di bawah lengan atau tangan 9. IV pole. 10. Sarung tangan pemeriksaan bersih apabila sarung tangan pemeriksaan tidak tersedia, dapat menggunakan sarung tangan yang telah di DTT. 11. Ember berisi air hangat, sabun, kain lap dan handuk kering. 12. Kantong plastik atau kantong anti bocor, kontainer tertutup untuk tempat pembuangan sampah yang terkontaminasi. b. Jelaskan prosedur kepada pasien Universitas Sumatera Utara 42 c. Identifikasi vena mana yang paling baik untuk pemasangan jarum intra vena atau plastik kateter. d. Jika tempat insersi tampak kotor, pertama-tama bersihkan dengan sabun dan air, keringkan dengan handuk atau kain bersih. e. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, keringkan dengan handuk atau keringkan di udara alternatif lain yaitu lakukan apabila tanganterlihat kotor, usap tangan dengan 5ml larutan atau 1 sendok teh antiseptik penggosok tangan pada kedua tangan dan usap seluruh tangan dan sela-sela jari, biarkan kering. f. Cek larutan intra vena botol atau kantong plastik, yakinkan cairannya betul dan aditif yang tepat seperti potasium sudah ditambahkan. g. Buka set infus dan pasang bagian-bagiannya dengan teknik aseptik jangan pegang ujung tube. h. Pasang set infus pada botolkantong larutan 1. Lepas tutup botol atau kantong larutan tanpa menyentuh bukaannya. 2. Lepaskan tutup pelindung yang menutupi jarum jangan sampai tersentuh, pegang gagang jarum dan masukkan jarum pada penutup botol atau kantong larutan intra vena atau buka kantong cairan infus. 3. Isi pipa infus a. Tekan dan lepaskan tabung tetesan Universitas Sumatera Utara 43 b. Lepaskan penutup pipa intra vena dan longgarkan klem agar cairan dapat mengisi pipa, lalu eratkan klem kembali dan ganti tutup pelindung. i. Dengan lengan atas dan tangan tergantung, tempatkan torniket 10-12 cm di atas tempat pemasangan. Minta pasien mengepal dan membuka tangan untuk memudahkan mendapat vena. j. Dengan torniket di tempat dan vena terisi, taruh tangan dan lengan di atas kain bersih di atas tempat tidur atau penyangga tangan. k. Pakai sarung tangan pemeriksan pada kedua tangan. l. Bersihkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik dengan gerakan memutar ke arah luar dari tempat pemasangan. Jika menggunakan povidon iodin, biarkan kering dahulu, kira-kira 2 menit, karena ia hanya mengeluarkan iodin bebas, agar antiseptik aktif perlahan-lahan. m. Pasang jarum lurus atau jarung butterfly atau kateter plastik pada semprit untuk mengecek dengan mengambil darah. Jika tidak, jarum langsung hubungkan dengan ujung pipa intra vena steril. n. Fiksasi vena dengan ibu jari dan gerakan berlawanan dengan ibu jari dan raba kembali tempat pemasangan apakah sudah terpasang dengan baik. o. Pasang jarum atau kateter dengan tangan yang dominan. Perhatikan apakah ada darah yang kembali ke dalam pipa, lalu dorong kembali jarum atau butterfly pada tempat pemasangan sampai pusat atau Universitas Sumatera Utara 44 pangkal jarum. Setelah kateter telah terisi darah tekan jarum lalu pasang plester penahan pada pangkal jarum. p. Sambil melakukan stabilisasi jarum atau butterfly lepaskan torniket dan longgarkan klem agar pipa intra vena terbuka dengan cukup dapat mengalirkan cairan. q. Pasang plester kecil di bawah gagang dengan bagian lengket di atas, lalu silangkan plester di atas gagang. Kemudian taruh plester kecil kedua langsung di atas plester silang sebelahnya jarum atau kateter. r. Taruh kasa steril 2x2cm di atas tempat fungsi vena dan dengan 2 plester. Dapat juga dipakai penutup luka transparan di atas tempat pemasangan. s. Sebelum melepas sarung tangan buang semua sampah terkontaminasi darah kapas atau kasa dalam kantong. t. Cuci kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5, lepaskan sarung tangan taruh dalam kantong plastik atau dalam kontainer anti bocor. u. Cuci tangan atau gunakan larutan antispetik penggosok tangan. v. Fiksasi lengan atau sanggah lengan memakai papan penyangga yang difiksasi dengan plester tidak langsung tapi harus menyilang. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, bila mengganti penyangga tangan dan akan menggunakan plester pada daerah tangan atau lengan, pasang plester terbalik sehingga perekat akan bertemu perekat baru dililitkan pada papan penyangga. w. Sesuaikan kecepatan tetesan permenit. Universitas Sumatera Utara 45 Perhatian : pakailah vena yang paling distal lebih dahulu, dan hindari pemasangan infus pada tangan yang dominan, torniket sebaiknya dicuci dengan air sabun lalu dikeringkan atau disapu dengan larutan klorin 0,5 atau alkohol 60-90, catat tanggal dan jam pemasangan infus dan ukuran jarum pada dressing plastik atau kontainer anti bocor. 2. Pemeliharan Infus Irianto, 2013. a. Observasi pasien setiap 1 jam, nilai responnya terhadap terapi cairan, dan periksa: 1. Infus terbuka atau lepas apabila jarum lurus atau butterfly masih terpasang, periksa adanya infiltrasi. 2. Periksa jumlah cairan yang diberikan sesuai dan kecepatan tetesan berapa tetes permenit dipertahankan. b. Cek setiap 8 jam apakah ada tanda-tanda phlebitis atau infeksi. c. Pindahkan pemasangan infus setiap 72-96 jam untuk mengurangi phlebitis atau infeksi lokal. d. Set infus perlu diganti setiap 72 jam atau jika ada kerusakan. e. Jika pipa tidak terhubung, bersihkan penghubung jarum atau plastik kateter dengan alkohol 60-90 dan hubungkan dengan set infus baru. 3. Mengganti Larutan Intra Vena Irianto, 2015. a. Siapkan pengganti larutan botol atau kantong cairan sewaktu sisa cairan tinggal sekitar 50ml. b. Cek atau yakinkan pipa pengatur terisi separuhnya. c. Cuci tangan atau gunakan antiseptik penggosok tangan. Universitas Sumatera Utara 46 d. Siapkan cairan baru. Bila menggunakan cairan dalam kantong plastik lepaskan tutup tempat menusukkanjarum. Bila dalam botol, buka penutup logam, pelapis logam atau plastik. Jangan sentuh bagian tempat tusukan pada botol atau kantong cairan infus. e. Pantau klem untuk menghentikan aliran cairan. f. Lepaskan larutan lama dari alat infus. g. Cabut gagang jarum dari botol larutan atau dengan tidak menyentuhnya. h. Gantung kantong atau botol baru dan buang yang lama sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit. i. Cek apakah ada udara dalam pipa. j. Yakinkan pengatur cairan terisi seluruhnya. k. Atur tetesan sesuai kebutuhan. l. Observasi keadaan pasien setiap jam untuk menentukan respons terapi cairan dan cek bahwa alat intravena tidak lepas atau terbuka, cairan menetes dengan baik dan jumlah tetesan dapat dipertahankan. m. Cek setiap 8 jam untuk melihat adanya phlebitis atau tanda infeksi. 4. Mengganti Pipa Intra Vena Irianto, 2013. a. Tentukan bahwa set infus yang baru diperlukan : 1. Pada pipa infus terdapat lubang 2. Pipa terkontaminasi 3. Infus macet misal setelah pemberian darah, sel darah merah atau infus protein. Universitas Sumatera Utara 47 4. Catatan menyatakan telah dipasang lebih 48 jam pada pemberian darah, produk darah atau emulsa lemak atau 96 jam setelah pemberian cairan infus. b. Yakinkan semua tersedia : 1. Kantong plastik atau kantong tahan air, kontainer untuk sampah terkontaminasi 2. Set infus c. Jika penutupan luka baru diperlukan, tentukan : 1. Kasa bersih atau steril 2x2 cm dan plester bedah atau steril, bisa juga band aid 2. Larutan antiseptik klorheksidin glukonat 2, alkohol 60-90, atau PVI 10 3. Kapas alkohol 4. Sepasang sarung tangan pemeriksaan bersih bila sarung tangan pemeriksaan bersih bila sarung tangan tidak tersedia, sarung tangan DTT bisa digunakan d. Cuci tangan atau pakai antiseptik penggosok tangan seperti di atas. e. Buka set infus baru, jika perlu. f. Buka pak kasa steril, taruh di tempat tidur dekat tempat penusukan. g. Pindahkan klem ke posisi “off” pada pipa infus lama, pindahkan gagang pipa ke kantong atau botol cairan baru, gantung setelah pipa diganti pipa baru. h. Segera lepaskan tutup gagang infus set baru, tusukkan dalam botolkantong cairan infus yang baru. Universitas Sumatera Utara 48 i. Tekan dan isi pengatur tetesan setengah penuh. j. Buka klem pengatur tetesan, pindahkan tutup dari adapter, pipa isi penuh, pindahkan klem pada posisi “off” dan lepaskan tutup tanpa menyentuh ujung pipa. k. Pasang sarung tangan pemeriksaan pada kedua tangan. l. Jika jarum jam atau kateter tidak tampak, pelan-pelan angkat penutup luka buang di kantong plastik, kantong anti bocor atau kontainer sampah tertutup. m. Pertahankan jarum intravena atau kateter plastik, keluarkan dari pipa lama, lepaskan segera penutup adapter jarum dan pipa baru, masukkan pipa ke dalam gagang jarum atau kateter plastik. n. Buka klem pengatur pada pipa baru, hitung tetesan sesuai dengan kebutuhan. o. Buang set lama dalam kantong plastik, kantong anti bocor atau kontainer sampah tertutup. p. Jika perlu, pakai penutup baru dengan kasa 2x2 cm di tempat tusukan dan rekat dengan 2 potong plester di atas penutup tusukan alternatif, pakai penutup luka transparan pada luka tusukan. q. Ganti sarung tangan, lepaskan sarung tangan, taruh dalam kantong plastik atau kontainer sampah. r. Cuci tangan atau pakai larutan antiseptik penggosok tangan seperti di atas. 5. Prosedur Melepas Intra Vena Irianto, 2013. a. Yakinkan semua perlengkapan tersedia : Universitas Sumatera Utara 49 1. Sepasang sarung tangan pemeriksaan bersih bila sarung tangan pemeriksaan tidak tersedia, bisa juga memakai sarung tangan bedah yang didisenfeksi tingkat tinggi 2. Larutan antiseptik klorheksidin glukonat 2, alkohol 60-90 atau PVI 10 3. Kasa 2x2 cm dan plester bedah 4. Kontainer untuk benda-benda tajam bekas pemasangan di tangan seperti jarum lurus atau jarum butterfly yang telah digunakan 5. Kantong plastik atau kantong anti bocor, kontainer sampah terkontaminasi yang terutup. b. Cuci tangan atau pakai larutan antiseptik penggosok tangan seperti di atas. c. Stop infus dengan menutup klem pengatur. d. Pasang sarung tangan pemeriksaan pada kedua tangan. e. Lepaskan alat lengan serta penutup luka, buang dalam kantong plastik atau kontainer sampah. f. Periksa tangan pasien apakah ada tanda-tanda phlebitis atau tanda- tanda infeksi. g. Hati-hati mencabut jarum atau plastik kateter dengan satu tangan, tangan lain menutup tempat insersi dengan kasa steril ukuran 2x2 cm. h. Tekan sekitar satu menit atau pasang 2 plester kecil di atas kasa secara silang. i. Bisa juga setelah ditekan dengan kasa, dilepas lalu pasang band aid steril. Universitas Sumatera Utara 50 j. Sebelum melepas sarung tangan, buang jarum atau plastik kateter dalam kontainer benda-benda tajam dan pipa infus dan beberapa barang yang terkontaminasi darah kapas atau kasa buang ke dalam kantong plastik atau kantong anti bocor, kontainer sampah yang tertutup. k. Lepaskan sarung tangan taruh dalam kantong plastik atau kantong anti bocor, kontainer sampah yang tertutup. l. Cuci tangan pakai antiseptik penggosok tangan seperti biasa

2.7.5 Infeksi Saluran Cerna

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap di Rumah Sakit St. Alisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 54 94

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 34 94

Karakteristik Balita Penderita Bronkopneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

2 49 162

Karakteristik Penderita Kanker Hati Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

3 39 97

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 14

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 6

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 47

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 40