Pelayanan Rawat Inap Sanitasi Rumah Sakit

12 ini banyak Rumah Sakit kelas E yang telah ditemukan. Misalnya Rumah Sakit jiwa, Rumah Sakit kusta, Rumah Sakit paru, Rumah Sakit kanker, Rumah Sakit jantung, Rumah Sakit ibu dan anak serta sebagainya yang seperti ini.

2.3.2 Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap merupakan salah satu revenew centerRumah Sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan Nursalam, 2001. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan Rumah Sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang Muninjaya, 2004.

2.3.3 Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Santoso 2015, sanitasi Rumah Sakit dianggap hanyalah upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga seringkali kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan Rumah Sakit serta tidak memiliki sarana pemeliharaan fasilitas sanitasi. Universitas Sumatera Utara 13 Contohnya banyak Rumah Sakit besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar sampah incinerator serta fasilitas cuci tangan yang tidak memadai atau sistem pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan akan dapat membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang di Rumah Sakit maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas. Sanitasi Rumah Sakit merupakan upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimia, dan biologis di Rumah Sakit yang menimbulkan atau mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani dan kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung dan masyarakat sekitar Rumah Sakit Santoso, 2015.

2.3.3.1 Tujuan Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Santoso 2015, tujuan sanitasi Rumah Sakit memiliki tujuan umum dan tujuan khusus : a. Tujuan umum sanitasi Rumah Sakit yaitu terciptanya atau terwujudnya kondisi lingkungan Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan sanitasi dan menjamin dalam pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan penderita. b. Tujuan khusus sanitasi Rumah Sakit yaitu diperoleh tingkat sanitasi yang baik, diperoleh tingkat pemelihara aspek rumah tangga di Rumah Sakit secara optimal, perawatan berbagai aspek khusus sanitasi Rumah Sakit, terselenggara proses dekontaminasi, desintesis, sterilisasi, dan terawasi sanitasi bahan-bahan termasuk zat toksik. Universitas Sumatera Utara 14

2.3.3.2 Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Darmadi 2008, sebagian besar dari upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di ruanganbangsal perawatan, keberadaan fasilitas sanitasi penting sekali, terutama dalam mengelola ruanganbangsal perawatan. 1. Kamar mandi dan WC penderita. a. Jumlah ditentukan oleh jumlah tempat tidur dalam ruanganbangsal, yaitu setiap 15 tempat tidur diperlukan 1 kamar mandi atau WC. b. Kamar mandi dan WC harus terpisah. c. Lokasinya pada salah satu ujung ruangan atau bangsal. 2. Kamar mandi dan WC untuk petugaskeluarga penderita penunggu yaitu lokasinya terpisah dengan kamar mandi dan WC penderita. 3. Tempat cuci tangan atau wastafel di tempatkan pada lokasi yang tepat. 4. Gudang tempat menyimpan alat-alat sanitasi, lokasi dekat dengan tempat kegiatan administrasi. 5. Wadah atau kontainer sampah dan limbah, prosedur dan tindakan medis maupun keperawatan akan menghasilkan sampah dan limbah, yaitu: sampah domestik, sampah medis, dan klinis medis. Setiap jenis sampah dan limbah ini harus ditampung dalam kontainer yang berbeda-beda. 6. Air bersih, kebutuhan air bersih harus terpenuhi serta lancar dan ini dapat dibuktikan melalui air yang keluar dari kran-kran yang ada di wastafel, kamar mandi, atau WC. Universitas Sumatera Utara 15

2.3.3.3 Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1204MenkesSKX2004

1. Penyediaan Air Minum dan Air Bersih Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan, tersedia air bersih minimum 500 litertempat tidurhari, air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. Jumlah kebutuhan air bersih ditetapkan berdasarkan jumlah pasien, hal ini dipakai sebagai perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan yaitu harus tersedia air bersih sesuai kebutuhan dan memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416MenkesPERIX1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Jumlah atau kuantitas air bersih tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan yang ada di Rumah Sakit makin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin besar jumlah kebutuhan atau jumlah yang umum dipakai untuk kebutuhan di Rumah Sakit. 2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi Harus selalu terpelihara, dalam keadaan bersih, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet jamban, peturasan dan tempat cuci tangan tersendiri. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau water seal. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur dan ruang perawatan, harus terpisah toilet antara pria dan wanita, harus terpisah toilet antara pengunjung dan petugas. Universitas Sumatera Utara 16 3. Pengelolaan Limbah Padat Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi dan limbah radioaktif. Mengelola sampah secara aman, sehingga tidak membahayakan kesehatan petugas, pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya sampah medis harus dimusnahkan dalam incinerator dan sampah domestik harus diangkut oleh petugas Dinas kebersihan setiap hari. Pengelolaan sampah yang aman harus diselenggarakan dengan cara menyediakan wadah sebagai berikut : a. Wadah harus kuat dan tidak mudah rusak b. Tersedia lokasi atau tempat pengumpulan sampah sementara. c. Sampah harus dipisahkan sesuai dengan jenisnya kedalam kantong plastik dengan lambang dan warna yang telah ditetapkan. d. Tempat sampah harus tersedia 1 satu buah di setiap ruangan dan setiap radius 10 meter serta setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang terbuka. e. Lokasi atau tempat sampah sementara harus mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi yang mudah dijangkau kenderaan pengangkut sampah dan harus dikosongkan minimal satu kali 24 jam. Universitas Sumatera Utara 17 f. Sampah infeksius harus dimusnahkan dengan incinerator dalam suhu 10000°C. Sampah farmasi atau obat-obatan yang kadaluarsa atau rusak harus dikembalikan kepada distributor. g. Tempat sampah medis dan non medis harus mememenuhi syarat yaitu tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah dibersihkan dan mudah dikosongkan. h. Pengangkutan sampah dimulai dari mengambil sampah di tempat penampungan yang ada pada setiap ruangan kemudian dibawa dan dikumpulkan di TPS. Alat yang digunakan harus terpisah antara sampah medis dan non medis. i. Alat untuk mengangkut sampah dapat berupa gerobak atau trolly dengan syarat permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas Kebersihan dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara dengan ketentuan mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah, tidak menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang perawatan dan dapur serta bebas dari kemungkinan adanya banjir. 4. Pengelolaan Limbah Cair a. Pengolahan Pendahuluan Proses ini dilakukan dengan cara pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses selanjutnya. Kegiatan berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir. Tahap ini bertujuan menghilangkan zat padat yang kasar dengan jalan melewatkan Universitas Sumatera Utara 18 air limbah melalui saringan kasar sehingga benda-benda besar bisa diambil. b. Pengolahan Pertama Pengolahan ini bertujuan untuk memisahkan lemak dan minyak yang timbul dipermukaan kemudian dipisahkan untuk diambil. Kemudian air yang telah dipisahkan dari benda-benda yang terapung dan minyak seperti di atas dialirkan ke bak pengolahan kedua. c. Pengolahan Kedua Pengolahan ini dirancang untuk menguraikan bahan organik seperti yang terkandung dalam ekskreta, limbah dapur, sabun dan deterjen melalui mikroorganisme. Umumnya pengolahan ini bersifat aerob karena bakteri membutuhkan oksigen untuk dapat menguraikan limbah. d. Pengolahan Ketiga Pengolahan ini digunakan apabila pada pengolahan petama dan kedua masih banyak terdapat zat yang berbahaya untuk itu diperlukan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang ada di air limbah. e. Pembunuhan Bakteri Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau membunuh bakteri mikroorganisme patogen yang ada di air limbah contoh yang sering digunakan adalah klorin yang dapat mematikan bakteri dengan cara merusak atau menginaktifkan enzim utama sehingga terjadi kerusakan dinding sel mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara 19 f. Pengolahan Lanjut Dari tahap pengolahan yang sudah dilakukan di atas maka hasilnya adalah berupa lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. 5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen Laundry a. Suhu pencucian 700°C dalam waktu 25 menit atau 950°C dalam 10 menit. b. Ditempat laundry tersedia air bersih dengan air yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan desinfektan. c. Peralatan cuci diletakkan dekat dengan saluran pembuangan air limbah. d. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non infeksius. e. Dilengkapi saluran air limbah tertutup dilengkapi dengan pengolahan awal sebelum dialirkan ke IPAL. f. Tersedia ruang terpisah sesuai kegunaannya misalnya ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang pengering. g. Perlakuan yang ada yaitu pemilahan antara bahan infeksius dan non infeksius, menghitung dan mencatat linen di ruangan, menimbang berat linen sesuai kapasitas mesin cuci, deterjen dan desinfektan. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, muntahan dan merendam dengan desinfektan. Kemudian mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya. Dilanjutkan pengeringan, penyetrikaan dan penyimpanan sesuai jenisnya dan pintu lemari tertutup. Petugas harus memakai pakaian kerja khusus, Universitas Sumatera Utara 20 APD dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan immunisasi Hepatitis 6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengerat lainnya Pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M mengubur, menguras, menutup, pembuangan air limbah dalam saluran tertutup, pembersihan tanaman sekitar agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk, pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan. Menyimpan bahan makanan dan minuman secara tertutup, pengelolaan sampah yang baik, menutup lubang atau celah agar kecoa tidak masuk ke ruangan. Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang di dinding, plafon, pintu dan jendela agar tikus tidak masuk. Agar binatang pengganggu lain tidak masuk perlu melakukan pengelolaan makanan dan pengelolaan sampah dengan baik. 7. Dekontaminasi dengan disenfeksi dan sterilisasi Desinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi. Proses disnfeksi harus didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucian yang memadai dengan menghilangkan sebagian besar kuman yang terdapat pada permukaan benda. Sedangkan sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme pada bahan atau barang tersebut. Universitas Sumatera Utara 21

2.4 Perawat dan Bidan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap di Rumah Sakit St. Alisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 54 94

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 34 94

Karakteristik Balita Penderita Bronkopneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

2 49 162

Karakteristik Penderita Kanker Hati Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

3 39 97

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 14

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 6

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 47

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 40