30
2. Objek penularan, penderita yang sedang dalam asuhan keperawatan, khususnya yang berada dalam kondisi rentan.
3. Cara perpindahan mikroba patogen, mekanisme transmisi mikroba patogen dari sumber penularan ke objek penularan.
Menurut Irianto 2013, sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif murah yaitu :
1. Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor,
diikuti dengan sterilisasi atau disenfeksi tingkat tinggi. 3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi
lainnya dimana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.
2.7 Contoh-Contoh Kasus Infeksi Nosokomial
2.7.1 Infeksi Luka Operasi
Tindakan pembedahan operasi dalam ilmu bedah, berdasarkan pada tingkat kontaminasirisiko infeksi dibagi menjadi empat klasifikasi secara
bertingkat, yaitu: a. Operasi bersih yaitu operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka
atau operasi yang melibatkan luka steril dan dilakukan dengan memerhatikan prosedur aseptik dan antiseptik. Sebagai catatan, saluran
pencernaan atau saluran pernafasan ataupun saluran perkemihan tidak
Universitas Sumatera Utara
31
dibuka. Contoh : hernia, tumor payudara, tumor kulit, tulang. Kemungkinan terjadinya infeksi : 2-4.
b. Operasi bersih terkontaminasi Operasi seperti keadaan diatas dengan daerah-daerah yang terlibat
pembedahan seperti saluran napas, saluran kemih atau pemasangan drain. Contoh : prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat,
kolesistektomi elektif. Kemungkinan terjadinya infeksi : 5-15. c. Operasi terkontaminasi
Operasi yang dikerjakan dengan daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing, tidak ada tanda-tanda infeksi
namun kontaminasi jelas karena saluran napas, cerna atau kemih dibuka. Contoh : operasi usus besar, operasi kulit luka kulit akibat
rudapaksa. Kemungkinan terjadinya infeksi : 16-25. d. Operasi kotor
Operasi kotor adalah operasi-operasi yang dikerjakan karena tindakan darurat, operasi ini melibatkan daerah dengan luka terbuka yang telah
terjadi lebih dari 10 jam, luka dengan tanda-tanda klinis infeksi dan luka perforasi organ visera. Contoh : luka rudapaksa yang lama,
perforasi usus. Kemungkinan terjadinya infeksi : 40-70.
Universitas Sumatera Utara
32
2.7.2 Infeksi Saluran Kemih ISK
2.7.2.1 Pengertian Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dilaporkan 80 terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh kateterisasi. Tindakan invasif lainnya seperti sitoskopi atau tindakan
operatif pada vagina Septiari, 2012. Menurut Darmadi 2008, bakteri masuk ke dalam kandung kemih melalui
batang kateter melalui meatus uretra eksternus, lumen kateter, persambungan kateter dengan pipa penyalur urine, refluks urine dari kantong penampung urine.
Kebanyakan kejadian bakteriuria karena penggunaan kateter dalam jangka pendek tidak menunjukkan gejala. Apabila gejala muncul, biasanya berupa
demam ringan, panas, ingin kencing terus dan nyeri. Gejala serupa mungkin terjadi pada pasien yang menggunakan kateter dalam jangka waktu lama, tetapi
pasien tersebut juga akan mengalami obstruksi, batu saluran kencing, gagal ginjal dan kanker kandung kemih. Pada ISK bagian atas yaitu nyeri panggul, demam,
darah dalam urine hematuria dan gejala-gejala khusus pada ISK kemungkinan timbul. Tetapi, pasien usia lanjut dan dan lemah, tanda-tanda dan gejala-gejala
khusus pada ISK kemungkinan tidak ada Irianto, 2013. Memerhatikan besarnya kemungkinan terjadi infeksi nosokomial setelah
tindakan kateterisasi, maka perlu adanya upaya pencegahan infeksi dengan memerhatikan hal-hal ini :
1. Pemasangan kateter dengan memerhatikan syarat dasar aseptik 2. Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya
digunakan atas dasar indikasi yang tegas 3. Aliran urine dalam kateter harus bersifat bebas hambatan dan turun
Universitas Sumatera Utara
33
4. Bila kateter harus terpasang lama, maka diupayakan penggantian kateter setiap 2-3 hari
5. Setiap akan melakukan tindakan kateterisasi, urine harus dibiakkan identifikasi terlebih dahulu
6. Berikan antibiotik sebelum kateter dicabut untuk kasus asimptomatik yang disertai bakteri dalam urine yang menunjukkan
kolonisasi.
2.7.2.2 Prosedur pemasangan Insersi, Pencabutan dan Penggantian Kateter Urine
1. Prosedur Pemasangan Irianto, 2013. Langkah 1 : Pastikan bahwa seluruh alat di bawah ini tersedia :
a. Kateter indwelling steril dengan sistem drainase kontiniu tertutup atau disifeksi tingkat tinggi atau kateter lurus steril dan tempat pengumpulan
urine yang bersih. b. Spuit yang telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan air matang
atau steril untuk mengisi balon pada kateter indiwelling c. Sepasang sarung tangan steril atau didesinfeksi tingkat tinggi.
d. Larutan antiseptik klorheksidin glukonat 2 atau povidon iodin 10 e. Cunam dengan potongan kain kasa 2x2 cm atau kapas besar
f. Paket minyak pelumas g. Mangkuk untuk air hangat bersih, sabun, handuk muka, dan handuk kering
bersih h. Kantong plastik tahan bocor dan tempat sampah tertutup untuk
pembuangan benda-benda terkontaminasi. Langkah 2 :
Universitas Sumatera Utara
34
a. Sebelum memulai prosedur anjurkan pasien membuka labianya dan bersihkan dengan hati-hati bagian uretra dalam labia.
b. Anjurkan pasien laki-laki menarik kulupnya dan bersihkan dengan hati- hati kepala penis dan kulup. Apabila pasien tidak mampu membersihkan
dirinya sendiri, sarung tangan bersih akan diperlukan. Langkah 3: Bersihkan tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan
dengan handuk bersih. Langkah 4: Kenakan sarung tangan steril atau yang telah didisinfeksi
tingkat tinggi pada kedua tangan. Langkah 5: Gunakan kateter yang sesuai. Anak-anak no 8-10, perempuan
no 14-16 dan untuk laki-laki no 16 -18. Langkah 6: Untuk petugas kesehatan yang bertangan kanan tangan yang
dominan, berdiri di sebelah kanan pasien dan di sebelah kiri jika bertangan kidal.
Langkah 7: Untuk pasien perempuan, pisahkan dan pegang labia terpisah dengan tangan yang tidak dominan dan bersihkan uretra
sebanyak 2
kali dengan
larutan antiseptik
dengan menggunakan kapas atau cunam potongan kasa.
Langkah 8: Untuk pasien laki-laki, tarik ke belakang kulup dan pegangkepala penis dengan tangan yang tidak dominan,
kemudian bersihkan
kepala penis
dan saluran
uretra sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik menggunakan
kapas, atau cunam dari potongan kain kasa.
Universitas Sumatera Utara
35
Langkah 9: Apabila pemasangan kateter lurus, genggam kateter sekitar 5 cm dari ujung kateter dengan tangan yang dominan dan
taruh ujung lainnya pada tempat pengumpulan urine. Langkah 10: Untuk perempuan masukkan kateter dengan hati-hati kira-kira
5-8 cm
atau sampai
urine mengalir.
Pada anak-anak
masukkan hanya 3 cm. Langkah 11: Untuk laki-laki masukkan kateter dengan sangat hati-hati kira-
kira 18-22 cm atau sampai urine mengalir. Pada anak-anak hanya kira-kira 5-8 cm.
Langkah 12: Pada kateter indwelling, tekan lagi sekitar 5 cm setelah urine keluar dan hubungkan kateter ke tabung pengumpulan urine
jika tidak memakai sistem tertutup. Langkah 13: Pada kateter indwelling, pompa balon, tarik secara hati-hati
agar penolakan
terasa dan
lepaskan kateter
indwelling dengan tepat pada paha untuk perempuan atau bagian
bawah abdomen untuk laki-laki. Langkah 14: Untuk kateter lurus masuk dan keluar, biarkan urine keluar
dengan perlahan
ke dalam
kantong pengumpulan
dan kemudian cabut kateter.
Langkah 15: Taruh benda-benda kotor ke dalam kantong tahan bocor dan tutup kantong sampah.
Langkah 16: Sebagai alternatif jika kateter lurus akan digunakan kembali, taruh pada larutan klorin 0,5 dan rendam selama 10 menit
untuk didekontaminasi.
Universitas Sumatera Utara
36
Langkah 17: Lepaskan sarung tangan dengan cara dibalikkan dan taruh keduanya dalam plastik atau tempat sampah.
Langkah 18: Cuci tangan dengan sabun air,atau gunakan larutan antiseptik berbahan dasar alkohol tanpa air.
Perhatian : a. Dengan kateter indwelling, jangan melepas kateter dari tabung
pengeluaran. b. Jangan melepaskan kateter jika terjadi penolakan.
c. Jika kateter secara tidak sengaja masuk ke dalam vagina, jangan dicabut. Bersihkan daerah uretra dengan larutan aniseptik dan
masukkan kateter pada vagina. 2. Pencabutan atau Penggantian Kateterisasi Irianto, 2013.
Langkah 1: Pastikan semua benda tersedia seperti pada langkah 1 di atas jika mengganti kateter indwelling.
Langkah2: Anjurkan
pasien untuk
membersihkan daerah
uretra perempuan atau kepala penis pria atau bantu mereka
membersihkannya dengan menggunakan sarung tangan yang bersih.
Langkah 3: Bersihkan tangan atau gunakan cairan pembersih tangan.
Langkah 4: Gunakan sarung tangan yang bersih pada kedua tangan.
Langkah 5: Dengan menggunakan spuit kosong, keluarkan air dari
balonkateter. Langkah 6:
Untuk perempuan,
pisahkan dan
pegang labia
terpisah dengan tangan yang tidak dominan, kemudian bersihkan
Universitas Sumatera Utara
37
bagian uretra sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik dengan memakai kapas atau cunam dengan potongan kain
kasa dan lepaskan kateter secara hati-hati. Langkah 7:
Untuk pria, tarik ke belakang kulup dan pegang kepala penis dan daerah dekat kateter sebanyak dua kali dengan larutan
antiseptik dengan menggunakan kapas atau cunam dengan potongan kain kasa.
Langkah 8: Jika akan melepas kateter, ikuti langkah 15, 17, dan 18 pada prosedur pemasangan.
Langkah 9: Jika akan mengganti kateter indwelling, ikuti langkah 5 sampai 18 pada prosedur pemasangan.
2.7.3 Febris Puerperalis