Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

87 kontaminasi misalnya jarum tidak sengaja jatuh di lantai, buang selang infus tersebut dan ganti dengan yang baru. Isi pipa infus dengan menekan dan lepaskan tabung tetesan lalu lepaskan penutup pipa intavena dan longgarkan klem agar cairan dapat mengisi pipa lalu eratkan kembali, hal ini berguna untuk menjamin selang bersih dari udara sebelum penyambungan ke intravena, menciptakan efek penghisap yaitu cairan masuk ke ruang drip untuk mencegah udara yang masuk ke selang yang dapat menjadi gelembung udara emboli. Menurut Kusyati 2006, menggenggam dan melepaskan genggaman berfungsi untuk kontraksi otot dan meningkatkan jumlah darah pada ekstremitas. Membersihkan tempat pemasangan menggunakan larutan antiseptik dengan gerakan memutar ke arah luar dari tempat pemasangan. Larutan yang digunakan yaitu povidon iodin atau alkohol 70 dan biarkan mengering. Povidon iodin adalah antiseptik topikal yang mengurangi bakteri permukaan kulit, sentuhan akan mengakibatkan perpindahan bakteri dari tangan perawat ke tempat pungsi dan povidon iodin ini harus kering agar efektif. Langkah pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat dan bidan hanya melakukan 23 langkah pemasangan infussebanyak 15 orang 46,9, langkah tertinggi yang dilakukan oleh perawat dan bidan dalam pemasnagan infus yaitu 29 langkah oleh 1 orang 3,1, dapat diketahui tidak ada perawat dan bidan yang melakukan 40 langkah pemasangan infus oleh Koes Irianto dikarenakan banyaknya langkah-langkah yang tidak tersedia dan tidak dilakukan.

5.3 Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

Berdasarkan hasil penilaian faslitas sanitasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204MenkesSKX2004, fasilitas sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak X ini belum memenuhi syarat Rumah Sakit tipe C, Universitas Sumatera Utara 88 karena hanya mendapatkan skor penilaian 2670, sedangkan skor yang harus dicapai yaitu 2990. 1. Toilet dan Kamar Mandi Hasil pengamatan di Rumah Sakit mengenai toilet dan kamar mandi yaitu toilet dan kamar tersedia pada setiap unit atau ruang khusus unit rawat inap dan karyawan, letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya, lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar tetapi saluran pembuangan air limbah tidak dilengkapi dengan penahan bau water seal dan kamar mandi serta toilet untuk karyawan tidak terpisah. 2. Penyehatan Air Hasil pengamatan pada fasilitas sanitasi di Rumah Sakit yaitu air bersih bersumber dari PDAM dengan distribusi tidak bocor dan penampungan air yang tertutup. Kuantitas penyehatan air, tersedia air bersih 500 literhari sesuai dengan kebutuhan dan Air minum tersedia pada setiap tempat kegiatan. Berdasarkan kualitas fisik air bersih sudah memenuhi syarat tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, tetapi dari tahun 2013 sampai tahun 2015 ini belum pernah dilakukan lagi pemeriksaan kualitas bakteriologis dan pemeriksaan kimia pada air bersih. Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan penyakit. Menurut Mulia 2005, penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Beberapa penyakit menular yaitu cholera, typus abdominalis, hepatitis A dan dysentri amoeba. Selain penyakit menular, penggunaan air juga memicu terjadinya penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air telah Universitas Sumatera Utara 89 terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun. Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kualitas air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Untuk memenuhi hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas mutu air secara bakteriologis dan kimia berdasarkan parameter- parameter tertentu. Seperti pada tahun 2012 pernah dilakukan pemeriksaan air bersih di Rumah Sakit ini sesuai dengan Peraturan No. 416MENKESPERIX 90, tetapi setelah itu dan sampai sekarang tidak pernah dilakukan pemeriksaan air bersih kembali. Menurut Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, pemeriksaan kimia air minum atau air bersih sebaiknya dilakukan minimal dua kali dalam setahun sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan, tetapi di Rumah Sakit ini tidak dilakukan. 3. Pengelolaan Limbah a. Limbah Padat Menurut Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, Limbah padat Rumah Sakit adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi dan limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Universitas Sumatera Utara 90 Tempat limbah padat di Rumah Sakit ini kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup dan terdapat minimal satu buah tiap radius pada ruang tunggu terbuka tetapi, tetapi tempat sampah tidak dengan warna dan lambang sesuai pedoman Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004 Menurut Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya seperti pada tabel berikut : No Kategori Warna kontainer kantong palstik Lambang Keterangan 1. Radioaktif Merah -Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif 2. Sangat Infeksius Kuning -Kantong plastik kuta, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf 3. Limbah Infeksius Kuning -Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer 4. Sitotoksis Ungu -Kontaner plastik kuat dan anti bocor 5. Limbah Kimia dan Farmasi Coklat - -Kantong plastik atau kontainer Sumber : Permenkes RI No.1204MenkesSKX2004 Pemilahan tempat sampah dengan warna dan lambang yang sesuai untuk menghindari dari bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung, tenaga medis dan terutama petugas yang menangani limbah tersebut berupa infeksi silang di Rumah Sakit maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas.. Dalam manajemen pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit ini belum memenuhi syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis Universitas Sumatera Utara 91 dan non medis. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara tidak segera didesinfeksi setelah dikosongkan. Sampah diangkut ke TPS 2 kaliperhari dan limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA. Di Rumah Sakit ini tidak memiliki incenerator sehingga membuat kerja sama atau MOU dengan pihak lain dalam melakukan pemusnahan limbah medis. b. Limbah Cair Berdasarkan pengamatan dan wawancara Rumah Sakit ini memiliki instalasi pengolahan air limbah. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar. Kualitas effluent yang dibuang ke dalam lingkungan memenuhi baku mutu sesuai dengan persyaratan Kepmen LH No. 58 tahun 1995. 4. Tempat Pencucian Linen Berdasarkan hasil pengamatan, di tempat pencucian linen Rumah Sakit ini terdapat kran air bersih dengan kapasitas yang cukup, tetapi untuk kualitas belum memenuhi persyaratan yang sesuai, tidak terdapat kran air panas untuk desinfeksi. Tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius. Tersedia ruang pemisah anatara barang bersih dan kotor. Lokasi tempat pencucian yang mudah dijangkau oleh kegiatan yang memerlukan dan jauh dari passien serta tidak berada di jalan. Lantai terbuat dari betonplester yang kuat, rata, tidak licin, pencahayaan 200lux dikarena sinaran matahari yang dapat terpancar di tempat pencucian linen ini dan terdapat sarana pengering untuk alat-alat sehabis dicuci. Tetapi tempat pencucian linen di Rumah Sakit ini masih belum memenuhi persayaratan sesuai dengan Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, 5. Pengendalian Tikus, Serangga dan Binatang Pengganggu Lainnya Berdasarkan hasil pengamatan, konstruksi bangunan, tempat penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembangbiaknya Universitas Sumatera Utara 92 serangga dan tikus karena tidak terdapatnya binatang penganggu di tempat penampungan sampah dan pada bangunan Rumah Sakit, sertiap ruangan pasien di pasang kawat nyamuk untuk menghindari masuknya nyamuk. Pengendalian secara kimia di Rumah Sakit ini tidak pernah dilakukan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, sebaiknya pencegahan dan pemberantasan binatang pengganggu penyebab penyakit ini sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya perkembangbiakan di lingkungan Rumah Sakit. 6. Dekontaminasi Melalui Desinfeksi dan Sterilisasi Menurut Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004, desinfeksi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen dengan cara fisik maupun kimiawi. Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu pross dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup Darmasi, 2008. Di Rumah Sakit X ini proses sterilisasi sudah memenuhi syarat dengan menggunakan peralatan sterilisasi uap autoclave, alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan dan disimpan pada tempat khusus yang steril, alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan atau didesinfeksi terlebih dahulu dibersihkan dari darah, jaringan tubuh dan sisa bahan lain. Menurut Septiari 2012, proses sterilisasi di Rumah Sakit sangat penting sekali dalam rangka pengawasan pencegahan infeksi nosokomial. Keberhasilan usaha tersebut akan tercermin pada kualitas, dan kuantitas mikroorganisme yang terdapat pada bahan, alat serta lingkungan kerja Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara 93

5.5 Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap di Rumah Sakit St. Alisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 54 94

Karakteristik Penderita Carcinoma Nasopharynx Rawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007

0 34 94

Karakteristik Balita Penderita Bronkopneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

2 49 162

Karakteristik Penderita Kanker Hati Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009

3 39 97

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 14

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 6

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 47

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 40