Kecamatan Medan Barat Sumber Daya Budaya

49

4.3 Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Barat adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Barat berbatasan dengan Medan Deli di sebelah barat, Medan Petisah di timur, Medan Timur di selatan, dan Medan Helvetia di utara. Pada tahun 2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 70.771jiwa. Luasnya adalah 6,82 km² dan kepadatan penduduknya adalah 10.376,98 jiwakm². Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan serta terdapat sebuah PT. Lonsum, Kantor BI, Bank Mandiri, Kantor Pos dan juga bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara PT. KAI-ESU. Perluasan kota Medan, khususnya Kecamatan Medan Barat telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75 dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman masyarakat Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan Gambar 4.2 Peta Kecamatan Medan Barat Sumber:https:id.wikipedia.org.wikiMedan_Barat Universitas Sumatera Utara 50 perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati. Kecamatan Medan Barat Peta lokasi Kecamatan Medan Barat Negara Indonesia Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Pemerintahan Camat - Luas 6,82 km² Jumlah penduduk 70.771 2010 Kepadatan 10.376,98 jiwakm² 2010 Desakelurahan 6 Tabel 1 Profil Kecamatan Medan Barat Sumber:https:wikipedia.org.wikiMedan_Barat Universitas Sumatera Utara 51

4.4 Sumber Daya Budaya

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke wilayah Medan pada tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernement yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikan nya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan ekspor-impor sejak masa lalu. Sedang dijadikanya wilayah Medan sebagai ibukota Deli juga telah medorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, wilayah Medan juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara. Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi- sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis. Universitas Sumatera Utara 52

4.5 Kehidupan Sosial