Observasi Lapangan Wawancara Teknik Pengumpulan Data

41 buku-buku, skripsi, tesis, jurnal penelitian, dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa tahapan, yaitu: 1. Mencari buku-buku mengenai sejarah bangunan Tiongkok, tipologi bangunan,simbolis bangunan Tiongkok, Arsitektur Tiongkok dan kebudayaan Tiongkok, membacanya dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian, baik buku berbahasa Indonesia maupun berbahasa Mandarin dan juga informasi dari internet. 2. Mengklarifikasikan dan mengkategorikan makna simbolis dan tipologi bangunan bergaya Tiongkok tersebut kedalam aspek kebudayaan.

3.2.3 Observasi Lapangan

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada objek penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan pengamatan secara langsung lebih memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena-fenomena atau momen yang tumbuh dan berkembang. Adapun lokasi observasi dilakukan pada bangunan rumah Tinggal Tjong A Fie, tepatnya di Jl. Jend. Ahmad Yani No.105 Kec. Medan Barat. Di kawasan inilah penulis melakukan penelitian terkait mengenai tipologi dan makna simbolis rumah Tjong A Fie di Kota Medan.

3.2.4 Wawancara

Selain menggunakan metode kepustakaan, penulis juga menggunakan metode wawancara Koentjaraningrat,2007. Dalam hal ini penulis membagi wawancara ke dalam dua hal golongan besaryaitu,wawancara berencana dan Universitas Sumatera Utara 42 wawancara tak berencana. Sementara itu dilihat dari sudut pandang bentuk pertanyannya, wawancara dapat dibedakan antara wawancara tertutup dan wawancara terbuka. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber informance. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data yang pada umumnya di lakukan pada penelitian kualitatif. Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. 1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. 2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara demi mendapatkan informasi dari beberapa narasumber terkait mengenai Makna Simbolis dan Tipologi Bangunan Bergaya Tiongkok yang berada di Jl. Jend. Ahmad Yani No.105 Kec. Medan Barat yaitu bangunan Rumah Tinggal Tjong A fie. Narasumber tersebut bernama Bapak Fon Prawira, beliau berumur 52 tahun. Beliau adalah salah seorang Executive Director Tjong A Fie Mansion. Beliau merupakan salah satu keturunan dari keluarga Tjong A Fie dan banyak mengetahui tentang Makna Simbolis dan Tipologi Bangunan Bergaya Tiongkok pada bangunan Rumah Tinggal Tjong A Fie tersebut, disamping itu beliau juga merupakan masyarakat yang sudah sejak lama menetap di Jl. Jend. Ahmad Yani No.105 Kec. Medan Barat. Beberapa informan juga menjadi pelengkap demi Universitas Sumatera Utara 43 terselesaikannya penelitian ini, beliau adalah Bapak Abdi, Bapak Halim Loe dan Bapak Umar.

3.3 Teknik Analisis Data