Toisme Kepercayaan-kepercayaan dalam Budaya Tionghoa sebagai Dasar Tipologi dan Makna Budaya

54

BAB V TIPOLOGI BANGUNAN BERGAYA TIONGKOK

5.1 Kepercayaan-kepercayaan dalam Budaya Tionghoa sebagai Dasar Tipologi dan Makna Budaya

Secara kebudayaan, tipologi bangunan bergaya Tiongkok didasari oleh kepercayaan-kepercayaan atau sistem religi yang yang mendasarinya. Di antara sistem religi yang mendasari tipologi dan makna simbolis bangunan bergaya Tiongkok ini adalah Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme. Latar belakang religi terhadap eksistensi bangunan ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

5.1.1 Toisme

Taoisme merupakan ajaran pertama bagi masyarakat Tionghoa yang dikemukakan Lao Tse. Ia dilahirkan di Provinsi Hunan pada tahun 604 SM. Dikisahkan, Lao Tze merasa amat kecewa akan kehidupan dunia, sehingga ia memutuskan untuk pergi mengasingkan diri dengan tidak mencampuri urusan keduniawian. Ia kemudian menulis kitab Tao Te Ching yang kelak menjadi dasar pandangan ajaran Taoisme. Tao berarti “jalan” dan dalam arti luas yaitu realitas absolut, yang tidak terselami, dasar penyebab, dan akal budi. Kitab Tao Te Ching memuat ajaran bahwa seharusnya manusia mengikuti geraknya hukum alam yaitu dengan menilik kesederhanaan hukum alam. Dengan Tao manusia dapat menghindarkan diri dari segala keadaan yang bertentangan dengan irama alam semesta. Taoisme diakui sebagai suatu pre-sistematik berpikir terbesar di dunia yang telah mempengaruhi cara berpikir masyarakat Tionghoa. Haryono, 1994, menyimpulkan bahwa pada dasarnya filsafat Taoisme dibangun dengan tiga kata, yaitu: 1. Tao Te, “tao” adalah kebenaran, hukum alam, sedangkan “te” adalah kebajikan. Jadi Tao Te berarti hukum alam yang merupakan irama dan kaidah yang mengatur bagaimana seharusnya manusia menata hidupnya. 2. Tzu-Yan artinya wajar. Manusia seharusnya hidup secara wajar, selaras dengan cara bekerja sama dengan alam. Universitas Sumatera Utara 55 3. Wu-Wei berati tidak campur tangan dengan alam. Manusia tidak boleh mengubah apa yang sudah diatur oleh alam. Pada zaman pertengahan dinasti Han muncul seorang yang bernama Zhang Dao-ling, yang juga menulis kitab Tao. Ia juga menyembuhkan orang sakit, membuat jimat sehingga banyak orang yang kemudian menjadi pengikutnya. Begitu besar pengaruhnya hingga pada akhirnya ajaran-ajarannya menjadi dasar dari agama Tao yang kemudian disebut Tao-Jiao. Di dalam penerapannya, aliran mereka berbeda dengan ajaran Tao yang dilontarkan oleh Laotze. Jika Laotze mengajarkan hidup selaras dengan alam, Tao-Jiao justru mengajarkan upaya untuk menentang kehendak alam. Usaha ini mereka lakukan dengan jalan melakukan tapa untuk hidup abadi, membuat jimat-jimat dan kias guna menolak pengaruh jahat, sakit, penyakit, dan sebagainya Setiawan, dkk, 1982: 156-157. Dalam prakteknya, perwujudan ajaran Tao-Jiao antara lain berupa atraksi-atraksi seperti berjalan di atas bara api, memotong lidah, dan perayaan-perayaan tertentu. Dalam konteks tipologi dan makna bangunan Tiongkok, maka Taoisme ini menitikberatkan kepada bersatunya bangunan dengan alam. Keduanya adalah pendukung utama alam makrokosmos maupun mikrokosmos di dalam sistem kepercayaan kepada semua manifestasi alam. Di dalam bangunan bergaya Tiongkok, termasuk rumah Tjong A Fie yang menjadi fokus kajian ini, konsep alam dalam rrumah di antaranya dimanifestasikan di dalam bentuk imitasi motif- motif tumbuhan, hewan, langit, air, api, dan lain-lainnya.

5.1.2 Konfusianisme