Conyers 1991 memberikan 3 alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:
a Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal.
b Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut.
c Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Korten 1983, menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, yakni faktor internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan berupa kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, dan faktor eksternal, yaitu peran
aparat dan lembaga formal yang ada. Menurut Plumer dalam Suryawan, 2004, beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah tingkah
laku individu yang berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti:
1. Jenis Kelamin
Masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan, sehingga partisipasi yang diberikan oleh
seorang pria dan wanita dalam pembangunan akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan
derajat ini akan menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban antar pria dan wanita. Di dalam
sistem pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria dianggap memiliki hak istimewa dibandingkan golongan wanita, sehingga kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.
2. Usia
Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda dalam hal-hal
tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Usia dianggap berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua
dianggap lebih berpengalaman dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam menetapkan keputusan.
3. Tingkat Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dalam masyarakat. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan
yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting, karena dengan pendidikan yang diperoleh, seseorang
lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap terhadap inovasi.
4. Tingkat Penghasilan
Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan
cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini
mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. 5.
Mata Pencaharian
Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek
tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan
antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. Tingkat pekerjaan ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang
seseorang.
6. Kepercayaan Terhadap Budaya Tertentu
Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep
yang ada. 2.3 Tahapan Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil redistribution of power antara penyedia kegiatan dan kelompok
penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat sesuai dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
Cohen dan Uphoff 1979, membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1
Tahap perencanaan pengambilan keputusan, diwujudkan dengan bentuk keikutsertaan dan keaktifan masyarakat dalam rapat. Partisipasi masyarakat pada tahap ini sangat mendasar
sekali, terutama karena yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan yang menyangkut kepentingan bersama. Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini dilihat
dari kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
2 Tahap pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari
pembangunan adalah pelaksanaannya. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff
menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan konstribusi yang berwujud tenaga, uang, barang, material,
maupun informasi. 3
Tahap evaluasipengawasan, partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap penting sebab merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek
selanjutnya. Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah
sesuai dengan yang ditetapkan atau ada penyimpangan. 4
Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Dengan melihat posisi masyarakat sebagai
subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga
segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya dan manfaat pribadi.
2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Prasarana Desa