5.2 Saran
1. Untuk pemerintah, sosialisasi program yang ditekankan pada tujuan dan prinsip-prinsip
PNPM Mandiri harus terus dilakukan secara intensif dan menyentuh seluruh lapisan sehingga dapat diimplementasikan pada berbagai program-program dan kegiatan
pembangunan yang selanjutnya. Untuk lebih meningkatkan bentuk partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan dalam pelaksanaan pembangunan selanjutnya,
pemerintah setempat hendaknya memberikan pelatihan, penyuluhan atau peningkatan kemampuan masyarakat melalui sosialisasi sehingga masyarakat merasa benar-benar
terlibat dalam program pembangunan yang ada. 2.
Untuk masyarakat, sebaiknya lebih menyadari bahwa partisipasi itu sangat berpengaruh dalam suatu proses pembangunan. Masyarakat harus lebih koperatif terhadap program-
program pemerintah yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Dari hasil penelitian ini, masyarakat dapat melihat bahwa tingkat partisipasi mereka yang cukup tinggi telah
memberikan hasil yang baik pula bagi seluruh masyarakat.
3. Sedangkan rekomendasi atau saran untuk peneliti selanjutnya adalah perlu dikaji lebih
mendalam tentang faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat dari partisipasi masyarakat pada kegiatan pembangunan dalam program pemerintah
selanjutnya.
2.1 Definisi Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Mubyarto dalam Ndraha 1990, partisipasi adalah
kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Menurut Davis dan Newstrom 2004,
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok dan mendorong mereka untuk memberikan suatu kontribusi demi tujuan kelompok, dan juga
berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Adisasmita 2006, partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan, perencanaan dan pelaksanaan implementasi programproyek pembangunan yang dikerjakan oleh masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli di atas, bisa di tarik kesimpulan bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau keterlibatan anggota masyarakat
dengan cara memberikan dukungan tenaga, pikiran maupun materi dan tanggung jawabnya terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
bersama. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam implementasi
programproyek yang dilaksanakan. Arnstein 1969, lewat typologinya yang dikenal dengan tingkatan partisipasi
masyarakat the ladder of citizen participation, menjabarkan tingkat partisipasi masyarakat yang berdasarkan pada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Arnstein
juga menekankan bahwa terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk peran serta yang bersifat semu empty ritual dengan betuk peran serta yang mempunyai kekuatan nyata
real power yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari suatu proses.
Arnstein menggambarkan partisipasi masyarakat sebagai suatu pola bertingkat ladder patern yang terdiri dari 8 tingkat, dimana tingkatan paling bawah merupakan
tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, kemudian tingkat yang paling atas merupakan tingkat dimana partisipasi masyarakat sudah sangat besar dan kuat. Sebutan
untuk delapan anak tangganya mengurut dari bawah ke atas adalah Manipulation memanipulasi, Therapy memulihkan, Informing menginformasikan, Consultation
merundingkan, Placation mendiamkan, Partnership bekerjasama, Delegated Power pendelegasian wewenang dan Citizen Control publik mengontrol.
Arnstein mengelompokkan delapan anak tangga tersebut menjadi tiga bagian. Jika diurutkan dari tangga terbawah, bagian pertama merupakan Nonparticipation tidak ada
partisipasi berjenjang dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik.
Gambar 2.1 Tangga Partisipasi Masyarakat
Sumber : Arnstein, 1969, diolah
Di tingkat Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka para wakil
Consultation Consultation
Citizen Power Citizen Power
Citizen Control Delegated Power
Partnership Placation
Consultation Informing
Therapy Manipulation
Citizen Power
Tokenism
Non Participation
publik tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan publik tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada tingkat Therapy, mereka sedikit memberitahu kepada publik tentang beberapa
programnya yang sudah disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan saja. Bagian kedua, Tokenism delusif yang memiliki rentang dari Informing, Consultation
dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra, tidak lagi menghalangi partisipasi publik. Namun kenyataannya berbeda, benar partisipasi publik
dibiarkan, namun mereka mengabaikannya dan mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Ketika berada di tingkat Informing, mereka menginformasikan macam-macam
program yang akan dan sudah dilaksanakan namun hanya dikomunikasikan searah, dan
publik belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung.
Untuk tingkat Consultation, mereka berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan tetapi mereka yang mempunyai kuasa
memutuskan, apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada tingkat Placation, mereka berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik, namun mereka
diam-diam menjalankan rencananya semula. Partnership, Delegated Power dan Citizen Control merupakan jajaran tingkatan di bagian ketiga yaitu Citizen Power publik berdaya.
Saat partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar mendahulukan peran serta publik dalam berbagai hal.
Saat tiba di tingkat Partnership, mereka memperlakukan publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka kebijakan publik.
Naik ke tingkat Delegated Power, mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat
tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang lebih mendominasi ketimbang mereka, bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka. Partisipasi publik yang ideal tercipta di tingkat
ini.
Conyers 1991 memberikan 3 alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:
a Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal.
b Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut.
c Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat