4.6.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengawasan
Dalam konsep partisipasi masyarakat, tidak hanya perencanaan dan pelaksanaan dalam pembangunan saja yang dilakukan oleh masyarakat, namun harus berlanjut ke proses
pengawasanmonitoringnya. Sehingga dalam pembangunan infrastruktur, hasil yang diperoleh akan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat. Kegiatan pada tahapan
monitoring ini penting sekali untuk memandu apakah proyek tersebut sudah sesuai dengan model blue print yang telah ditetapkan Soekartawi, 1990.
Jawaban dari responden berkaitan dengan keaktifan mereka dalam melakukan kegiatan pengawasan menunjukkan bahwa 85,4 responden aktif dan yang tidak aktif
sebanyak 14,6.
Tabel 4.19 Partisipasi Masyarakat PadaTahap Pengawasan
No Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
Jumlah Persen
1. Ikut berpartisipasi
82 85,4
2. Tidak ikut berpartisipasi
14 14,6
Jumlah 96
100
Sumber: Hasil Analisis, 2015 Berdasarkan tabel, terlihat bahwa responden yang aktif berpartisipasi sedikit
mengalami penurunan, yaitu dari 84 orang pada tahap pelaksanaan menjadi 82 orang pada tahap pengawasan. Penurunan ini disebabkan setelah pembangunan telah selesai
dilaksanakan, yang melakukan pengawasan hanya beberapa orang saja, dalam hal ini adalah pemimpin kelompok beserta perangkatnya dibantu beberapa masyarakat lainnya, contohnya
orang yang tanahnya digunakan sebagai tempat pembangunan sumur bor tersebut. Namun, angka tersebut masih dalam kategori tinggi. Proses pengawasan yang dilakukan masyarakat
ini dikarenakan adanya rasa kepemilikan masyarakat terhadap prasarana lingkungan yang dibangun di lingkungan tempat tinggal mereka.
Pada tabel terlihat bahwa yang tidak aktif dalam tahap pengawasn beralasan bahwa pengawasan sudah bukan tugas wajib lagi, melainkan merupakan tugas pihak-pihak terkait
yang biasanya dilakukan oleh tim proyek PNPM-MP itu sendiri. Sementara itu, bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan sanitasi air bersih dapat dilihat
dalam Tabel 4.20
Tabel 4.20 Bentuk Partisipasi Responden Pada Tahap Pengawasan
No Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
Jumlah Persen
1. Kesesuaian bentuk prasarana
dengan rencana 14
14,6 2.
Daya guna 25
26 3.
Hasil guna 43
44,8 4.
Tidak ikut berpartisipasi 14
14,6
Jumlah 96
100 Sumber: Hasil Analisis, 2015
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yaitu 14,6. Penentuan jenis atau bentuk prasarana dan lokasi didasarkan
pada kebutuhan masyarakat yang dihimpun dan ditetapkan melalui sistem perkumpulan yang ada pada masyarakat. Angka itu menunjukkan bahwa masih ada beberapa hal yang
menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa bentuk prasarana tidak telalu sesuai dengan yang diinginkan. Namun, hal ini sepenuhnya disadari oleh masyarakat, bahwa dari banyaknya
keinginan yang disampaikan masyarakat memang tidak semuanya dapat ditampung dan direalisasikan dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Conyers 1994, yang
menyatakan bahwa memang skala prioritas masyarakat mungkin saja sangat berbeda dari skala prioritas yang dimiliki oleh perencana itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pula bahwa 26 dan 44,8 responden telah merasakan daya guna dan hasil guna dari hasil pelaksanaan pembangunan sanitasi air bersih
di lingkungan masing-masing.
4.7 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan di Kecamatan Rawang
Berdasarkan tabel-tabel di atas, diperoleh informasi bahwa, pendapat responden tentang tentang partisipasi masyarakat pada pembangunan sanitasi air bersih melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang, semua berada diatas 50. Tingginya keikursertaan responden dalam pembangunan ini dikarenakaan
bahwa infrastruktur yang dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi akan air bersih di desa mereka. Persentase partisipasi pada tahap perencanaan sebesar 83,3, pada
tahap pelaksanaan sebesar 87,5, dan pada tahap pengawasan sebesar 85,4. Merujuk kepada pendapat Sherry Arnstein 1969, pada makalahnya yang termuat di
Journal of the American Institute of Planners yang berjudul “A Ladder of Citizen Participation”, bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan
masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan. Untuk itu, penulis akan menganalisis bagaimana sebenarnya partisipasi masyarakat yang terjadi dan pada tingkatan yang mana
partisipasi masyarakat pada pembangunan sanitasi air bersih melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang ini berada.
Tabel 4.21 Pendapat Responden Tentang Pelaksanaan Program Oleh Pemerintah
No Pendapat Responden dalam
Pembangunan Sanitasi Air Bersih Responden
Frekuensi
1. Persetujuan Program
a. Ya b. Tidak
84 12
87,5 12,5
2. Perlakuan yang sama terhadap warga oleh pemerintah
pada saat rapat terkait program a. Ya
b. Tidak 80
16 83,3
16,7
3. Mendapatkan informasi, tanpa pemberian kesempatan
dari pemerintah untuk bertanya atau memberikan saran terkait program
a. Ya b. Tidak
81 15
84,4 15,6
4. Melakukan tanya jawab dengan pemerintah mengenai
program a. Ya
b. Tidak 78
18 81,3
18,7
5. Pemberian saran terkait program
a. Ya b. Tidak
82 14
85,4 14,6
6. Negosiasi tawar-menawar mengenai program
a. Ya b. Tidak
63 33
65,6 34,4
7. Pemberian limpahan kewenangan dari pemerintah
untuk membuat keputusan dominan a. Ya
b. Tidak 84
12 87,5
12,5
8. Pemberian kekuasaan penuh oleh pemerintah terkait
program a. Ya
b. Tidak 83
13 86,5
13,5
Sumber: M.Rafik 2013, diolah Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari delapan pertanyaan mengenai
pendapat responden tentang pelaksanaan program yang dilakukan oleh pemerintah, tujuh pertanyaan yang dijawab oleh responden menunjukkan tingkat persentasi di atas 80 persen,
dan hanya satu pertanyaan saja yang tingkat persentase nya lebih kecil, yaitu negosiasi tawar-menawar sebesar 65,6 persen. Angka ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat
sebenarnya sudah berada pada tingkat yang cukup tinggi. Partisipasi masyarakat pada pembangunan sanitasi air bersih ini telah masuk ke dalam tingkat partnership. Seperti hasil
yang terlihat pada tabel, pemerintah telah melakukan kerjasama yang baik dengan masyarakat. Pemerintah memperlakukan masyarakat selayaknya rekan kerja. Mereka
bermitra dalam merancang dan mengimplementasi kebijakan publik. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh pihak PNPM Mandiri Perdesaan itu sendiri, yang
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat Kecamatan Rawang dalam pembangunan sanitasi air bersih di lingkungan mereka sangat baik, terlihat dari keikutsertaan dan respon positif
mereka terhadap program pemerintah. Pihak masyarakat sangat koperatif untuk diajak bekerjasama. Oleh sebab itu, pembangunan dapat dilaksanakan secara transparan tanpa ada
tekanan atau manipulasi dari pihak yang mempunyai kekuasaan, dan peranan yang paling penting adalah adanya suatu bentuk kerjasama yang baik sehingga program ini dapat diterima
oleh seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.
4.8 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Bentuk Partisipasi Pada Tahapan Pembangunan Sanitasi Air Bersih
Sebelum melakukan uji statistik tentang hubungan sosial ekonomi, maka akan dijelaskan terlebih dahulu perbandingan antara kondisi sosial ekonomi dengan tahapan-
tahapan pembangunan sanitasi air bersih di Kecamatan Rawang.
4.8.1 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Perencanaan