Jenis Penelitian Analisis Univariat .1 Faktor Lingkungan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis survai dengan desain cross sectional yaitu menganalisis pengaruh faktor lingkungan, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan APD terhadap gejala gangguan saluran pernafasan pada pekerjaan industri meubel di Kota Banda Aceh. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada industri meubel di Kota Banda Aceh, khususnya pada faktor lingkungan, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan alat pelindung diri yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dari persetujuan judul, telaah pustaka, konsultasi, kolokium, penelitian lapangan, analisis data, seminar hasil, dan komprehensif membutuhkan waktu sampai dengan Januari 2012. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pada 42 industri meubel kayu di Kota Banda Aceh, yang bekerja pada proses produksi yang berjumlah 285 orang. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Sampel

Sampel adalah pekerja yang bekerja di industri meubel yang telah bekerja lebih dari 5 lima tahun dan bekerja pada proses penggergajian, proses penyiapan bahan baku serta proses penyerutan dan pengamplasan dengan kriteria inklusi : a. Merupakan industri kecil dengan bahan baku kayu untuk meubel b. Merupakan industri yang memproduksi hasil olahan kayu c. Beroperasi ≥ 5 tahun, dan masih produktif d. Mempunyai pekerja 20 orang e. Terletak di Kota Banda Aceh Industri meubel yang diambil menjadi sampel adalah 3 industri yaitu Meudang perkasa dengan jumlah pekerja 27 orang, Joel Furniture dengan jumlah pekerja 24 orang dan Jaya Baru Perabot dengan jumlah pekerja 21 orang. Perhitungan sampel menggunakan rumus Notoatmodjo sebagai berikut: � = � 1+�� 2 � = 285 1 + 2850.01 2 � = 50 Keterangan: N : Besar populasi n : Besar sampel d : Tingkat kepercayaanketetapan yang diinginkan 0,01 Universitas Sumatera Utara 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dalam penelitian ini meliputi : 1. Keadaan lingkungan industri berupa ventilasi, suhu, kelembaban dan konsentrasi debu. 2. Riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan APD. 3. Gejala gangguan saluran pernafasan.

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pada pekerja industri meubel selain pekerja industri meubel yang terpilih sebagai sampel penelitian. Responden yang telah ikut dalam uji validitas dan reliabilitas, tidak termasuk lagi menjadi sampel. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis reliabiliti dengan melihat nilai correlation correted item. Tehnik korelasi yang dipakai adalah tehnik korelasi pearson product moment dengan jumlah sampel 30 orang, dengan ketentuan jika nilai r hitung r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya Sugiyono, 2010. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari suatu kali Universitas Sumatera Utara pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha t tabel, maka dinyatakan reliabel, Dengan menggunakan taraf signifikan 95 Arikunto, 2005. Jika dilihat dari tabel hasil pengujian validitas dan reliabilitas diperoleh nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel independen X yaitu faktor lingkungan ventilasi, suhu, kelembaban dan konsentrasi debu, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan APD untuk tiap butir pertanyaan dari nilai r tabel sebesar 0,361 dengan demikian dinyatakan valid sedangkan nilai Corrected Item-Total Correlation dari variabel dependen Y yaitu gejala gangguan saluran pernafasan untuk butir tiap butir pertanyaan lebih besar dari r tabel, dan juga dinyatakan valid. Nilai Cronbach`s alpha dari masing-masing variabel dari nilai r tabel 0,361, dengan demikian setiap butir pertanyaan dari masing-masing kuesioner adalah reliabel lampiran 3. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen 1. Lingkungan adalah keadaan lingkungan ruangan yang aman dan memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang dilihat dari: a. Ventilasi adalah keadaan saluran udara dilihat dari kesesuaian luas ventilasi menurut luas ruangan didasarkan pada yaitu 15 dari luas ruangan. b. Suhu udara ruangan pabrik, yaitu keadaan suhu ruangan pabrik yang diukur dengan menggunakan thermometer dalam derajat celcius C yaitu 18 C – 30 C. Universitas Sumatera Utara c. Kelembaban udara yaitu keadaan kelembaban udara dalam ruang industri meubel yang diukur dengan menggunakan hygrometer dalam persen yaitu 65 - 95 . d. Konsentrasi debu di lingkungan adalah keadaan lingkungan ruangan yang aman dan memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang dilihat dari tidak adanya debu yang beterbangan di udara. 2. Riwayat pekerjaan adalah riwayat yang berhubungan dengan jam bekerja dalam sehari dan lamanya kerja di perusahaan. 3. Kebiasaan merokok adalah perilaku pekerja yang berhubungan dengan merokok setiap harinya baik selama bekerja maupun tidak yang memengaruhi kesehatan pekerja. 4. Penggunaan APD adalah ada atau tidaknya pekerja menggunakan APD dalam bekerja berdasarkan hasil observasi.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gejala gangguan saluran pernafasan yaitu keluhan subjektif yang dirasakan oleh responden dan diketahui oleh peneliti berupa batuk pilek disertai dahaktidak. 3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Keadaan Lingkungan Kerja Industri Meubel

Metode pengukuran menggunakan instrumen kuesioner dengan menggunakan skala ordinal, digunakan sistem scoring dan pembobotan atau disebut skala Guttman. Universitas Sumatera Utara 1. Pengukuran ventilasi menggunakan meteran kemudian dibandingkan dengan luas ruangan pabrik dengan katagori variabel ventilasi : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika ventilasi 15 dari luas ruangan. b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika ventilasi 15 dari luas ruangan. 2. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang dinyatakan dalam celcius, dengan katagori : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika suhu udara 18 C dan 30 b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika suhu udara 18 – 30 C. 3. Pengukuran kelembaban udara menggunakan alat hygrometer yang dinyatakan dalam persen dengan katagori : C. a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika kelembaban 65 dan lebih dari 95 . b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika kelembaban 65 - 95 . 4. Pengukuran kadar debu, dilakukan dengan menggunakan Dust Monitor, kemudian dikatagorikan menjadi : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja jika debu ≥ 10 mgm b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja jika kadar debu 10 mgm 3 3 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Faktor Lingkungan No. Variabel Jumlah Indikator Kriteria Skala Ukur 1. Ventilasi 1 1. Tidak memenuhi syarat 15 dari luas ruangan 2. Memenuhi syarat 15 Ordinal dari luas ruangan 2. Suhu 1 1. Tidak memenuhi syarat 18 C dan 30 2. Memenuhi syarat 18 C C - 30 Ordinal C 3. Kelembaban 1 1. Tidak memenuhi syarat 65 dan 95 2. Memenuhi syarat 65 - 95 Ordinal 4. Kadar Debu 1 1. Tidak memenuhi syarat 10mgm 3 2. Memenuhi syarat 10 mgm 3 Ordinal Pengukuran debu di lingkungan kerja dilakukan pada saat proses produksi pada 5 titik, kemudian dihitung rata-rata pada 3 industri meubel yang menjadi sampel yaitu Meudang Perkasa, Joel Furniture dan Jaya Baru Perabot di Kota Banda Aceh. Adapun cara kerja dan perhitungan Dust Monitor adalah sebagai berikut : Tahap 1 1. Mapping pemetaan 2. Letakkan alat di lokasi sampling 3. Tidak terganggu dengan sumber tegangan tinggi dengan tinggi ± 1 meter. Tahap 2 : 1. Buka kap inlet 2. Stel timer 0,1,2,5,10 atau manual menit 3. Tekan tombol onoff warna merah Universitas Sumatera Utara 4. Cek kekuatan baterai dengan menekan tombol bat, perhatikan jarum berada di daerah merah kemudian lepaskan. 5. Tekan tombol startstop 6. Tunggu sampai tanda - hilang dari display 7. Catat counter yang ada di LCD display Konsentrasi debu, hasil pengukuran dapat dihitung dengan rumus : Kadar Debu = CPM × f Q × t Keterangan : CPM : counter per menit Q : daya hisap udara t : waktu sampling menit f : 0,01 faktor sensitivitas alat

3.6.2 Pengukuran Variabel Riwayat Pekerjaan

Pengukuran riwayat pekerjaan, didasarkan pada skala ordinal dari 9 pertanyaan dengan alternatif jawaban a diberi skor 1 dan b diberi skor 2 kemudian dikatagorikan menjadi dua : a. Riwayat terpapar, jika pekerja menjawab dengan mendapat skor 10 b. Riwayat tidak terpapar, jika pekerja menjawab dengan skor ≥ 10. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Riwayat Pekerjaan No Variabel Pertanyaan Bobot Nilai Kategori Skor Skala Ukur 1 Riwayat pekerjaan 10 1 2 0. Riwayat terpapar 1. Riwayat tidak terpapar 10 ≥ 10 Ordinal

3.6.3 Pengukuran Variabel Kebiasaan Merokok dan Penggunaan APD

1. Pengukuran variabel kebiasaan merokok, didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban a diberi skor 1 dan b diberi skor 2 kemudian dikatagorikan menjadi dua : a. Tidak merokok, jika pekerja menjawab dengan skor ≥ 10 b. Merokok, jika pekerja menjawab dengan skor 10 2. Pengukuran variabel penggunaan APD, didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban tidak diberi skor 1 dan ya diberi skor 2, kemudian dikatagorikan menjadi dua : a. Tidak menggunakan APD, jika pekerja menjawab dengan skor ≤ 11 b. Menggunakan APD, jika pekerja menjawab dengan skor 11 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Kebiasaan Merokok dan Penggunaan APD No Variabel Pertanyaan Bobot Nilai Kategori Skor Skala Ukur 1 Kebiasaan merokok 10 1 2 0. Merokok 1. Tidak merokok 10 ≥10 Ordinal 2 Penggunaan APD 10 1 2 0. Tidak menggunakan APD 1. Menggunakan APD ≤ 11 11 Ordinal

3.6.4 Pengukuran Variabel Gejala Gangguan Saluran Pernafasan

Pengukuran variabel gejala gangguan saluran pernafasan, didasarkan pada skala ordinal dari 9 pertanyaan dengan alternatif jawaban a diberi skor 1 dan b diberi skor 2, kemudian dikatagorikan : a. Ada gejala gangguan saluran pernafasan, jika pekerja menjawab lebih dari 1 ≥10 pertanyaan dengan jawaban ya dari 9 pertanyaan yang diajukan. b. Tidak ada gejala gangguan saluran pernafasan, jika menjawab pertanyaan dengan jawaban tidak dari 9 pertanyaan yang diajukan. Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Gejala Gangguan Saluran Pernafasan No. Variabel Pertanyaan Bobot Nilai Kategori Skala Ukur 1 Gejala gangguan saluran pernafasan 10 1 2 0. Ada 1. Tidak ada Ordinal Universitas Sumatera Utara 3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat Analisis univariat untuk menggambarkan variabel-variabel penelitian secara tunggal yaitu variabel independen yaitu faktor lingkungan ventilasi, suhu, kelembaban, konsentrasi debu, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok, penggunaan APD serta variabel dependen yaitu gejala gangguan saluran pernafasan.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen faktor lingkungan, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan APD terhadap variabel dependen gejala gangguan saluran pernafasan melalui tabulasi silang dan kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95 .

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel gejala gangguan saluran pernafasan dengan seluruh variabel yang diteliti yaitu : ventilasi, suhu, kelembaban, konsentrasi debu, riwayat pekerjaan, kebiasaan merokok dan penggunaan APD sehingga diketahui variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap gejala gangguan saluran pernafasan dengan menggunakan regresi logistik. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Banda Aceh merupakan ibu kota Provinsi Aceh, terletak pada 05 1615 - 05 3616 Lintang Utara dan 95 1615 - 95 2235 Bujur Timur dengan dengan ketinggian antara 0.80 m – 5,0 m di atas permukaaan laut. Luas wilayah Kota Banda Aceh adalah 61,36 Km 2 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan terdapat 9 kecamatan, berbatasan dengan : 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar Secara demografi Jumlah penduduk Kota Banda Aceh hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sebesar 223.446 jiwa, dengan 115.097 laki-laki dan 108.349 perempuan dan kepadatan penduduk 3.551 jiwakm 2 Penelitian ini dilakukan pada 3 industri meubel di Kota Banda Aceh. Industri meubel 1 yaitu UD. Meudang Perkasa yang berlokasi di jalan T.Iskandar Lambhuk kecamatan Ulee Kareng, dengan luas area industri sebesar 600 m2, dengan batas sebelah barat dengan pertokoan, sebelah timur dengan pertokoan, sebelah utara dengan perumahan dan sebelah selatan dengan jalan. Perusahaan ini memproduksi hasil olahan kayu menjadi meubel dan mempekerjakan 27 orang pekerja. Profil Kota Banda Aceh, 2010. Universitas Sumatera Utara Industri meubel 2 yaitu UD. Joel Furniture yang berlokasi di jalan Rombean Lamlagang kecamatan Baiturrahman, dengan luas area industri sebesar 800 m2, dengan batas sebelah barat dengan pesantren, sebelah timur dengan pertokoan, sebelah utara dengan perumahan dan sebelah selatan dengan jalan. Perusahaan ini memproduksi hasil olahan kayu menjadi meubel dan mempekerjakan 24 orang pekerja. Industri meubel 3 yaitu UD. Jaya Baru yang berlokasi di Amperum kecamatan Jaya Baru, dengan luas area industri sebesar 400 m2, dengan batas sebelah barat dengan perumahan, sebelah timur dengan pertokoan, sebelah utara dengan perumahan dan sebelah selatan dengan jalan. Perusahaan ini memproduksi hasil olahan kayu menjadi meubel dan mempekerjakan 21 orang pekerja. 4.2 Karakteristik Pekerja Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa paling banyak pekerja meubel berusia antara 26 sampai 35 tahun yaitu 24 orang 48,0. Berdasarkan lama bekerja paling banyak pekerja industri meubel yang bekerja lebih dari 38 tahun yaitu 50 orang 76,0. Berdasarkan pendidikan paling banyak pekerja industri meubel berpendidikan SLTA yaitu 27 orang 54,0. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur, Lama Kerja, dan Pendidikan pada Industri Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2011 No Karakteristik Jumlah orang Persentase 1 Umur 25 tahun 5 10,0 26 - 35 tahun 24 48,0 35 tahun 21 42,0 2 Lama Bekerja 5 tahun 12 24.0 5 tahun 38 76.0 3 Pendidikan SD - - SLTP 21 42,0 SLTA 27 54,0 D III 2 4,0 Jumlah 50 100,0 4.3 Analisis Univariat 4.3.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan kerja ventilasi, suhu, kelembaban dan konsentrasi debu, pada industri meubel di dapat diuraikan berdasarkan tabel 4.2 bahwa ventilasi di lingkungan kerja pada 3 industri meubel seluruhnya memenuhi syarat, suhu di industri 2 tidak memenuhi syarat yaitu 32 C, sedangkan kelembaban yang tidak memenuhi syarat yaitu industri 1 dan 2 dengan hasil ukur 54 dan 48 . Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ventilasi, Suhu dan Kelembaban pada Industri Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2011 Faktor Lingkungan Hasil Ukur Industri 1 Industri 2 Industri 3 Ventilasi 30 20 25 Suhu O C 29 32 27 Kelembaban 54 48 65 Tidak memenuhi syarat kesehatan Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil pengukuran kosentrasi debu di lima titik pada tiga industri meubel diperoleh rata rata konsentrasi debu diatas NAB yaitu 10 mgm 3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengukuran Konsentrasi Debu di Lima Titik pada Industri Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2011 . Industri Titik Pengukuran Rata-rata I II III IV V Industri 1 9.80 12.22 11.55 11.42 11.60 11.31 Industri 2 11.20 10.76 9.80 11.20 12.00 10.99 Industri 3 11.00 11.00 9.00 11.20 12.20 10.88 4.3.2 Riwayat Pekerjaan Riwayat pekerjaan pada pekerja industri meubel di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada masing-masing jawaban responden yang diuraikan pada tabel 4.4 bahwa bahwa paling banyak pekerja industri meubel pernah bekerja di tempat lain sebelumnya yaitu 38 orang 76,0. Pekerja yang pernah bekerja di tempat lain sebelumnya paling banyak menyatakan kondisi tempat bekerja dahulu dalam keadaan berdebu yaitu 20 orang 47,4. Pekerja industri meubel yang pernah bekerja di tempat lain sebelumnya paling banyak bekerja selama lebih dari 5 tahun Universitas Sumatera Utara yaitu 26 orang 68,4. Pekerja industri meubel yang pernah bekerja di tempat sebelumnya, paling banyak yang bekerja lebih dari 8 jam setiap hari yaitu sebanyak 25 orang 65,8. Pekerja industri meubel paling banyak yang tidak pernah menderita sakit saat bekerja pada tempat sebelumnya yaitu sebanyak 28 orang 73,7. Pekerja industri meubel yang terpilih menjadi sampel adalah yang bekerja 5 tahun sebanyak 38 orang 76,0. Berdasarkan lamanya jam kerja paling banyak bekerja selama 8 jam setiap hari yaitu sebanyak 36 orang 72,0. Paling banyak pekerja yang menyatakan banyak debu di tempat kerja yaitu 31 orang 62,0. Semua pekerja menyatakan bahwa industri meubel berada di pinggir jalan yaitu 50 orang 100,0. Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Pekerjaan pada Perusahaan Sebelumnya dan Perusahaan Yang Sekarang pada Pekerja Industri Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2011 No Riwayat Pekerjaan Jumlah orang Persentase 1 Perusahaan sebelumya 36 72,0

a. Pekerjaan sebelumnya

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008

3 82 81

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PERNAFASAN PADA PEKERJA INDUSTRI MEUBEL PT.ALBISINDO TIMBER (SUKUN GROUP) KUDUS

3 17 55

Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Karyawan di PT. Madubaru Kabupaten Bantul

2 10 6

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, RIWAYAT PENYAKIT, DAN MASA KERJA DENGAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecam

0 2 15

SKRIPSI Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 6 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

1 4 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 2 4

PAJANAN DEBU KAYU (PM10) TERHADAP GEJALA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA MEUBEL SEKTOR INFORMAL

0 1 7