Variabel Dependen Pengukuran Variabel Keadaan Lingkungan Kerja Industri Meubel

c. Kelembaban udara yaitu keadaan kelembaban udara dalam ruang industri meubel yang diukur dengan menggunakan hygrometer dalam persen yaitu 65 - 95 . d. Konsentrasi debu di lingkungan adalah keadaan lingkungan ruangan yang aman dan memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang dilihat dari tidak adanya debu yang beterbangan di udara. 2. Riwayat pekerjaan adalah riwayat yang berhubungan dengan jam bekerja dalam sehari dan lamanya kerja di perusahaan. 3. Kebiasaan merokok adalah perilaku pekerja yang berhubungan dengan merokok setiap harinya baik selama bekerja maupun tidak yang memengaruhi kesehatan pekerja. 4. Penggunaan APD adalah ada atau tidaknya pekerja menggunakan APD dalam bekerja berdasarkan hasil observasi.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gejala gangguan saluran pernafasan yaitu keluhan subjektif yang dirasakan oleh responden dan diketahui oleh peneliti berupa batuk pilek disertai dahaktidak. 3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Keadaan Lingkungan Kerja Industri Meubel

Metode pengukuran menggunakan instrumen kuesioner dengan menggunakan skala ordinal, digunakan sistem scoring dan pembobotan atau disebut skala Guttman. Universitas Sumatera Utara 1. Pengukuran ventilasi menggunakan meteran kemudian dibandingkan dengan luas ruangan pabrik dengan katagori variabel ventilasi : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika ventilasi 15 dari luas ruangan. b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika ventilasi 15 dari luas ruangan. 2. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang dinyatakan dalam celcius, dengan katagori : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika suhu udara 18 C dan 30 b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika suhu udara 18 – 30 C. 3. Pengukuran kelembaban udara menggunakan alat hygrometer yang dinyatakan dalam persen dengan katagori : C. a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika kelembaban 65 dan lebih dari 95 . b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja, jika kelembaban 65 - 95 . 4. Pengukuran kadar debu, dilakukan dengan menggunakan Dust Monitor, kemudian dikatagorikan menjadi : a. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja jika debu ≥ 10 mgm b. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja jika kadar debu 10 mgm 3 3 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Faktor Lingkungan No. Variabel Jumlah Indikator Kriteria Skala Ukur 1. Ventilasi 1 1. Tidak memenuhi syarat 15 dari luas ruangan 2. Memenuhi syarat 15 Ordinal dari luas ruangan 2. Suhu 1 1. Tidak memenuhi syarat 18 C dan 30 2. Memenuhi syarat 18 C C - 30 Ordinal C 3. Kelembaban 1 1. Tidak memenuhi syarat 65 dan 95 2. Memenuhi syarat 65 - 95 Ordinal 4. Kadar Debu 1 1. Tidak memenuhi syarat 10mgm 3 2. Memenuhi syarat 10 mgm 3 Ordinal Pengukuran debu di lingkungan kerja dilakukan pada saat proses produksi pada 5 titik, kemudian dihitung rata-rata pada 3 industri meubel yang menjadi sampel yaitu Meudang Perkasa, Joel Furniture dan Jaya Baru Perabot di Kota Banda Aceh. Adapun cara kerja dan perhitungan Dust Monitor adalah sebagai berikut : Tahap 1 1. Mapping pemetaan 2. Letakkan alat di lokasi sampling 3. Tidak terganggu dengan sumber tegangan tinggi dengan tinggi ± 1 meter. Tahap 2 : 1. Buka kap inlet 2. Stel timer 0,1,2,5,10 atau manual menit 3. Tekan tombol onoff warna merah Universitas Sumatera Utara 4. Cek kekuatan baterai dengan menekan tombol bat, perhatikan jarum berada di daerah merah kemudian lepaskan. 5. Tekan tombol startstop 6. Tunggu sampai tanda - hilang dari display 7. Catat counter yang ada di LCD display Konsentrasi debu, hasil pengukuran dapat dihitung dengan rumus : Kadar Debu = CPM × f Q × t Keterangan : CPM : counter per menit Q : daya hisap udara t : waktu sampling menit f : 0,01 faktor sensitivitas alat

3.6.2 Pengukuran Variabel Riwayat Pekerjaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008

3 82 81

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PERNAFASAN PADA PEKERJA INDUSTRI MEUBEL PT.ALBISINDO TIMBER (SUKUN GROUP) KUDUS

3 17 55

Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Karyawan di PT. Madubaru Kabupaten Bantul

2 10 6

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, RIWAYAT PENYAKIT, DAN MASA KERJA DENGAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecam

0 2 15

SKRIPSI Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 6 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

1 4 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 2 4

PAJANAN DEBU KAYU (PM10) TERHADAP GEJALA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA MEUBEL SEKTOR INFORMAL

0 1 7