Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa rokok meningkatkan kekerapan kelainan paru, dengan demikian rokok memperburuk efek debu terhadap
paru Putranto, 2007. Penelitian Yunus 2006 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko
timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit
tersebut. Dalam Khumaidah 2009 menyebutkan bahwa penelitian tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan oleh Mangesiha dan Bakele 1998 terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok dan gangguan saluran pernafasan. Hasil penelitian ini berkaitan dengan teori yang menjelaskan bahwa asap
rokok dapat menyebabkan iritasi persisten pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan kerentanan terhadap berbagai penyakit WHO dalam Putranto, 2007.
Dengan kata lain semakin banyak mengkonsumsi rokok semakin besar terjadi resiko penyakit saluran pernafasan.
5.9 Pengaruh Penggunaan APD terhadap Gejala Gangguan Saluran
Pernafasan Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa dari 33 orang pekerja
yang tidak menggunakan APD, paling banyak yang mengalami gejala gangguan saluran pernafasan yaitu 27 orang 81,8, dan paling sedikit yang tidak ada gejala
gangguan saluran pernafasan yaitu 6 orang 18,2.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dari 33 orang pekerja yang tidak menggunakan APD, paling banyak dengan gejala gangguan saluran pernafasan yaitu 27 orang 81,8. Hasil uji
Chi-square diperoleh nilai probabilitas p = 0,003 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan terjadinya gejala gangguan saluran
pernafasan pada pekerja industri meubel. Hasil uji regresi logistik diperoleh nilai eksp B untuk penggunaan APD
sebesar 4,410 dengan p value 0,096, bahwa penggunaan APD bukan variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya gejala gangguan saluran pernafasan.
Pemakaian masker oleh pekerja industri yang udaranya banyak mengandung debu, merupakan upaya mengurangi masuknya partikel debu ke dalam saluran
pernafasan. Dengan menggunakan masker, diharapkan pekerja melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernafasan akibat terpapar udara yang kadar
debunya tinggi. Walaupun demikian, tidak ada jaminan bahwa dengan mengenakan masker, seorang pekerja di industri akan terhindar dari kemungkinan terjadinya
gangguan pernafasan Khumaidah, 2009. Dengan penelitian Khumaidah 2009 menyebutkan bahwa pekerja yang tidak
menggunakan APD mempunyai risiko terjadi gangguan fungsi paru sebesar 6 kali lebih tinggi dari pekerja yang menggunakan APD.
Dalam Putranto 2007 disebutkan bahwa penelitian Widjaya 1998 didapatkan pekerja yang menggunakan APD hanya 9,3 yang mempunyai kelainan
klinis saluran pernapasan. Hasil penelitian Holmess,1989 dalam Wright 1991,
Universitas Sumatera Utara
terhadap 50 pekerja furniture ditemukan bahwa pekerja yang tidak konsisten dalam menggunakan APD berupa masker sebanyak 27 mengalami penyakit pernafasan.
Pekerja yang menggunakan APD kebanyakan hanya kain penutup hidung dan mulut, sehingga tidak mampu secara sempurna menghambat debu masuk ke dalam
saluran pernafasan. Selain itu pekerja yang menggunakan APD tidak secara maksimal, sehingga pekerja masih terpapar dengan debu. Pihak manajemen pabrik
juga tidak menyediakan APD kepada pekerja. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi yang
berkaitan dengan APD yang cukup protektif terhadap pajanan debu kayu kepada pemilik usaha. Untuk itu kiranya diperlukan kerjasana bidang yang menangani Usaha
Kecil Menengah UKM untuk melakukan monitoring terhadap penggunaan APD pada pekerja. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada pekerja akan
penting dan perlunya APD. Dengan menggunakan masker diharapkan pekerja terlindungi dari
kemungkinan terjadinya gangguan saluran pernafasan akibat terpapar udara dengan konsentrasi debu yang tinggi. Kebiasaan menggunakan masker yang baik merupakan
cara aman bagi pekerja yang berada di lingkungaan kerja berdebu untuk melindungi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5.10 Upaya Penanggulangan Gejala Gangguan Saluran Pernafasan pada Pekerja Industri