Efek Debu Terhadap Kesehatan

dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah pembakaran dari bahan bakar sumbernya diikuti proses-proses industri. Partikel debu di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas partikel padat dan cair. Ukurannya dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron.Terdapat hubungan antara partikel, polutan dengan sumbernya Fardiaz, 1992. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara, kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Menurut Pudjiastuti 2002, selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran. 1. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan sehingga mengganggu jalannya fotosintesis. 2. Merubah iklim global regional maupun internasional. 3. Mengganggu perhubunganpenerbangan yang akhirnya mengganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat. 4. Mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru.

2.2.4.4 Efek Debu Terhadap Kesehatan

Bahaya debu kayu bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan partikel apabila masuk ke dalam organ pernafasan manusia maka dapat menimbulkan penyakit pada tenaga kerja khususnya berupa gangguan sistem pernafasan yang Universitas Sumatera Utara ditandai dengan pengeluaran lendir secara berlebihan yang menimbulkan gejala utama yang sering terjadi adalah batuk, sesak nafas dan kelelahan umum. Mekanisme penimbunan debu dalam paru dapat dijelaskan sebagai berikut: debu diinhalasi dalam partikel debu solid, atau suatu campuran dan asap, debu yang berukuran antara 5- 10 μ akan ditahan oleh saluran nafas bagian atas, debu yang berukuran 3- 5 μ akan ditahan oleh saluran nafas bagian tengah, debu yang berukuran 1- 3 μ disebut respirabel, merupakan ukuran yang paling bahaya, karena akan tertahan dan tertimbun mulai dari bronchiolus terminalis sampai hinggap di permukaan alveoliselaput lendir sehingga menyebabkan fibrosis paru. Sedangkan debu yang berukuran 0,1 – 1 μ melayang di permukaan alveoli Pudjiastuti, 2002. Mekanisme timbulnya debu dalam paru, menurut Putranto 2007 : 1. Kelembaban dari debu yang bergerak inertia Pada waktu udara membelok ketika jalan pernafasan yang tidak lurus, partikel- partikel debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, tetapi terus lurus dan akhirnya menumpuk selaput lendir dan hinggap di paru-paru. 2. Pengendapan Sedimentasi Pada bronchioli kecepatan udara pernafasan sangat kurang, kira-kira 1 cm per detik sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel debu dan mengendapnya. 3. Gerak Brown terutama partikel berukuran sekitar 0,1 μ, partikel-partikel tersebut membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di paru-paru. Universitas Sumatera Utara Jalan masuk dalam tubuh, menurut Putranto 2007 : 1. Inhalation adalah jalan masuk rute yang paling signifikan di mana substansi yang berbahaya masuk dalam tubuh melalui pernafasan dan dapat menyebabkan penyakit baik akut maupun kronis. 2. Absorbtion adalah paparan debu masuk ke dalam tubuh melalui absorbsi kulit di mana ada yang tidak menyebabkan perubahan berat pada kulit, tetapi menyebabkan kerusakan serius pada kulit. 3. Ingestion adalah jalan masuk yang melalui saluran pencernaan jarang terjadi. Tidak semua partikel yang terinhalasi akan mengalami pengendapan di paru. Faktor pengendapan debu di paru dipengaruhi oleh pertahanan tubuh dan karakterisrik debu sendiri yang meliputi jenis debu, ukuran partikel debu, konsentrasi partikel dan lama paparan, pertahanan tubuh.

1. Jenis debu

Jenis debu terkait daya larut sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Suma’mur 1996 mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008

3 82 81

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PERNAFASAN PADA PEKERJA INDUSTRI MEUBEL PT.ALBISINDO TIMBER (SUKUN GROUP) KUDUS

3 17 55

Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Karyawan di PT. Madubaru Kabupaten Bantul

2 10 6

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, RIWAYAT PENYAKIT, DAN MASA KERJA DENGAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecam

0 2 15

SKRIPSI Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 6 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

1 4 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Riwayat Penyakit, Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Di Sentra Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 2 4

PAJANAN DEBU KAYU (PM10) TERHADAP GEJALA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA MEUBEL SEKTOR INFORMAL

0 1 7