Jam kerja yang lebih dari 8 jam sehari berhubungan dengan terjadinya kelelahan pada pekerja, sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh yang dapat
menyebabkan rentan terhadap berbagai penyakit. Untuk itu pekerja disarankan untuk bekerja tidak lebih dari 8 jam sehari.
5.8 Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Gejala Gangguan Saluran Pernafasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 pekerja yang merokok, paling banyak dengan gejala gangguan saluran pernafasan yaitu 27 orang 84,4, dan
paling sedikit yang tidak ada gejala gangguan saluran pernafasan yaitu 5 orang 15,6.
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai probabilitas p = 0,001 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya
gejala gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri meubel. Hasil uji regresi logistik diperoleh nilai eksp B untuk kebiasaan merokok
sebesar 0,075 dengan nilai p value = 0,004. Hal ini berarti kebiasaan merokok bukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap gejala gangguan saluran
pernafasan. Secara normal faal paru akan berkurang dengan bertambahnya umur dan ini
akan lebih cepat terjadi pada seorang perokok. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan bronkhitis kronik sehingga faal paru menahun dan ada hubungannya
dengan penyakit obstruksi. Kebiasaan merokok berhubungan dengan keluhan saluran nafas yaitu batuk, dahak dan mengi Jeremy et. al, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa rokok meningkatkan kekerapan kelainan paru, dengan demikian rokok memperburuk efek debu terhadap
paru Putranto, 2007. Penelitian Yunus 2006 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko
timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit
tersebut. Dalam Khumaidah 2009 menyebutkan bahwa penelitian tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan oleh Mangesiha dan Bakele 1998 terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok dan gangguan saluran pernafasan. Hasil penelitian ini berkaitan dengan teori yang menjelaskan bahwa asap
rokok dapat menyebabkan iritasi persisten pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan kerentanan terhadap berbagai penyakit WHO dalam Putranto, 2007.
Dengan kata lain semakin banyak mengkonsumsi rokok semakin besar terjadi resiko penyakit saluran pernafasan.
5.9 Pengaruh Penggunaan APD terhadap Gejala Gangguan Saluran