Bank dan Masalah Likuiditas

BAB III MASALAH LIKUIDITAS PERBANKAN DAN

PENERAPAN FUNGSI LENDER OF THE LAST RESORT

A. Bank dan Masalah Likuiditas

Fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi pada hakikatnya adalah mempertemukan antara kelompok surplus unit masyarakat yang memiliki surplus dana dengan deficit unit masyarakat yang mengalami defisit dana. Dalam praktek secara operasional, apa yang dilakukan oleh perbankan tidak lain adalah menjual dan membeli surat-surat berharga. Perbankan menjual surat-surat berharga dalam bentuk deposito, giro dan tabungan kepada kelompok surplus unit dan di lain pihak membeli surat berharga berupa promissory note atau surat utang dari kelompok deficit unit. Secara teoritis, idealnya jumlah penjualan surat berharga dana dengan pembelian kredit berada pada posisi yang dapat memberikan kontribusi maksimum bagi keuntungan perbankan. Lazimnya hal tersebut diukur dengan rasio berupa loan to deposit ratio LDR, perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan kredit dengan dana yang dihimpun. Rumusannya, semakin besar LDR semakin baik karena perbankan lebih banyak mengalokasikan dananya untuk kredit. Namun, rasio nya juga tidak boleh terlalu tinggi yang melampaui 100 karena bank bisa menghadapi permasalahan likuiditas. 90 87 42 Universitas Sumatera Utara Dalam prakteknya, apa yang ideal tersebut tidak selalu dapat diwujudkan sehingga secara siklus terdapat situasi dimana LDR masih rendah. Namun demikian, bisa juga terjadi karena terlalu ekspansif menyalurkan kredit LDR menjadi sangat tinggi. Dengan demikian, bank juga akan mengalami kondisi sebagai deficit unit maupun surplus unit. Kalau untuk masyarakat deficit dan surplus diatasi dengan berfungsinya perbankan, maka untuk kalangan perbankan tentunya diperlukan sarana yang sama. Artinya harus ada fasilitas yang disediakan untuk mengelola pada saat bank berfungsi sebagai deficit unit maupun surplus unit. Dengan analogi tersebut, keberadaan bank sentral tidak lain berfungsi juga sebagai lembaga “intermediasi”-nya perbankan. Dalam rangka pengendalian moneter, yaitu untuk mengendalikan jumlah uang beredar secara langsung, bank sentral akan menyerap surplus dana yang ada diperbankan dengan menjual surat berharga seperti SBI yang dikeluarkan Bank Indonesia, dan dilain pihak disaat perbankan mengalami defisit terdapat fasilitas diskonto surat berharga. Masalah likuiditas perbankan selalu menjadi perhatian serius, baik oleh bank yang bersangkutan maupun pihak bank sentral. Hal ini karena selain bank memiliki leverage rasio hutang terhadap modal yang tinggi, struktur aset dan kewajiban bank juga tidak seimbang. Pada umumnya dana yang dihimpun bank berjangka pendek sedangkan penanamannya atau aktiva produktifnya berjangka menengah dan panjang. Oleh karena itu, usaha bank mengandung berbagai risiko, seperti risiko pasar, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, dan lain-lain. Risiko-risiko tersebut harus Universitas Sumatera Utara dikelola bank dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan standar internasional. Likuiditas perbankan dalam pengertian praktis merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Kewajiban jangka pendek dari bank yang terbesar adalah dana pihak ketiga DPK yang jatuh tempo. Permasalahan likuiditas yang dihadapi oleh satu bank jika tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kegagalan bank tersebut. Lebih lanjut, permasalahan atau kegagalan bank tersebut dapat mewabah ke bank-bank lain yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sistem perbankan. Oleh karenanya, risiko likuiditas merupakan salah satu risiko terpenting yang harus dikelola dengan hati-hati mengingat bahwa bank adalah lembaga kepercayaan.

B. Risiko Kegiatan Usaha Bank