Tujuan, Tugas dan Peran Bank Indonesia

Berdasarkan UU tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah badan hukum. 83 Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan undang-undang dimaksudkan agar terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya. 84 Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat lebih efektif. Implikasinya, Bank Indonesia harus lebih transparan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar.

3. Tujuan, Tugas dan Peran Bank Indonesia

UU Bank Indonesia secara tegas menetapkan tujuan Bank Indonesia. Pasal 7 ayat 1 UU Bank Indonesia menetapkan ; “Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah”. Kestabilan nilai rupiah dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai 83 Pasal 4 ayat 3, Op.Cit. 84 Penjelasan Pasal 4 ayat 3, Op.Cit. Universitas Sumatera Utara rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Perumusan tujuan Bank Indonesia dalam bentuk sasaran tunggal single objective ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai dan batasan tanggung jawab yang harus dipikul oleh Bank Indonesia. Hal ini berbeda dengan tujuan Bank Indonesia dalam UU No. 13 Tahun 1968 yang tidak dikemukakan secara spesifik, tetapi hanya secara umum, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam UU No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral yang tercantum hanyalah tugas pokok Bank Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 : “.. membantu Pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat”. Ketidaktegasan perumusan tersebut menimbulkan implikasi, antara lain peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menjadi tidak jelas dan tidak terfokus bahkan timbul conflicting karena antara tugas menjaga kestabilan nilai rupiah dengan tugas mendorong pertumbuhan seringkali tidak dapat berjalan seiring. Disamping itu, ketidakjelasan tujuan juga menjadikan tanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil tidak jelas. 85 Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia mempunyai 3 tiga tugas pokok, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 8 UU Bank Indonesia, yaitu : 85 Didik J. Rachbini PhD, Suwidi Tono, dkk, Bank Indonesia, Menuju Independensi Bank Sentral, Jakarta : PT. Mardi Mulyo, 2000 hlm 189. Universitas Sumatera Utara 1 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta 3 Mengatur dan mengawasi bank. Ketiga tugas pokok tersebut mempunyai keterkaitan dan harus saling mendukung dalam mencapai kestabilan nilai rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Efektifitas pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal, yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal tersebut memerlukan sistem perbankan yang sehat, yang merupakan sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan. Pelaksanaan ketiga tugas pokok Bank Indonesia tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut :

a. Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen Universitas Sumatera Utara moneter. 86 Kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro dan berpengaruh besar terhadap berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan yang dilakukan masyarakat. Kebijakan moneter mempunyai peranan yang sangat strategis mengingat kebijakan moneter dapat mempengaruhi pencapaian sasaran akhir kebijakan ekonomi makro, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja serta pengendalian devisa. Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga berdasarkan prinsip syariah. Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar tahun kalender dengan memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi makro. Penetapan sasaran laju inflasi tersebut terutama dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat berbeda dengan asumsi laju inflasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun fiskal. 86 Pasal 10 ayat 1 UU Bank Indonesia menetapkan : “Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, Bank Indonesia berwenang : a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi; b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada : 1 Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing; 2 Penetapan tingkat diskonto; 3 Penetapan cadangan wajib minimum; 4 Pengaturan kredit atau pembiayaan. Universitas Sumatera Utara Sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas pengendalian moneter, seperti bank sentral pada umumnya, Bank Indonesia juga melaksanakan fungsi sebagai lender of the last resort perbankan.

b. Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan moneter yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yaitu : 1 Kewenangan Menetapkan Penggunaan Alat Pembayaran. Secara umum, terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu alat pembayaran tunai uang kertas dan logam dan nontunai berbasis warkat, seperti cek, bilyet giro dan wesel maupun berbasis elektronik, seperti kartu kredit dan ATM. Untuk kelancaran sistem pembayaran diperlukan pengaturan mengenai penggunaan kedua alat pembayaran tersebut. Kewenangan Bank Indonesia dalam menetapkan penggunaan alat pembayaran tunai meliputi mengeluarkan, mengedarkan, menarik, dan memusnahkan uang rupiah, termasuk menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan yang digunakan, serta tanggal mulai berlakunya. 87 87 Pasal 19 UU Bank Indonesia menetapkan : Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa berupaya menjamin ketersediaan uang di masyarakat dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Sementara itu, untuk alat pembayaran nontunai, Bank Indonesia berwenang menetapkan bentuk, “Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah”. Universitas Sumatera Utara keabsahan maupun keamanan penggunaannya dalam berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Hal ini ditujukan untuk meyakinkan bahwa seluruh alat pembayaran yang dipergunakan termasuk pengoperasiannya dilakukan secara aman serta dikelola dan dimonitor secara baik. 2 Kewenangan Mengatur dan Menyelenggarakan Sistem Pembayaran Pengaturan diperlukan untuk menjamin kelancaran dan keamanan sistem pembayaran. Terkait dengan itu, Bank Indonesia berwenang menyelenggarakan sendiri sistem pembayaran atau memberi izin kepada pihak lain untuk menyelenggarakan jasa sistem pembayaran dengan kewajiban menyampaikan laporan kegiatannya kepada Bank Indonesia. Disamping itu, Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring dan menyelenggarakan kliring antarbank, serta menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

c. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank

Tugas mengatur dan mengawasi bank sangat penting, tidak saja untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran, tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhi perkembangan ekonomi dan inflasi. Hal itu mengingat lembaga perbankan berfungsi sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam mobilisasi dana dan penyaluran kredit fungsi intermediasi maupun dalam peredaran uang di dalam perekonomian. Pasal 24 UU Bank Indonesia menetapkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara “Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang- undangan”. Dengan demikian, kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi : 1 Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank; 2 Menetapkan peraturan di bidang perbankan; 3 Melakukan pengawasan bank, baik secara langsung maupun tidak langsung; 4 Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan. Keempat kewenangan tersebut merupakan satu kesatuan dalam mendukung terciptanya sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien. Ketentuan perizinan ditujukan untuk meyakinkan bahwa bank yang diperbolehkan beroperasi mempunyai modal yang cukup dan dikelola oleh pengurus bank yang kompeten dan mempunyai integritas tinggi. Ketentuan kehati-hatian bank ditujukan untuk memberikan rambu- rambu yang harus dipatuhi oleh para pengurus bank sesuai standar yang berlaku secara internasional. Sementara itu, pengawasan bank diarahkan untuk meyakinkan bahwa rambu-rambu kehati-hatian tersebut dipatuhi oleh pengurus bank. Apabila suatu bank melakukan pelanggaran atau bahkan diyakini tidak layak beroperasi, maka Bank Indonesia berwenang untuk memberikan sanksi, baik secara administratif ataupun bahkan mencabut izin usaha bank yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Dengan disahkannya RUU tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK dalam sidang paripurna DPR pada tanggal 27 Oktober 2011, yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi UU No. 21 Tahun 2011 pada tanggal 22 November 2011, maka tugas pengawasan terhadap perbankan akan beralih ke lembaga tersebut sejak tanggal 31 Desember 2013. 88 “Dalam hal Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK”. Namun, sesuai pasal 40 UU OJK, Bank Indonesia masih memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap bank tertentu, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 40 ayat 1 UU OJK sebagai berikut : Pemeriksaan terhadap bank tertentu tersebut, yaitu yang termasuk dalam kategori berpotensi sistemik atau yang terkait dengan kewenangan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makro. Dari penjelasan pasal 40 ayat 1 UU OJK dapat diketahui sebagai berikut : “Pada dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Namun, dalam hal Bank Indonesia melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya membutuhkan informasi melalui kegiatan pemeriksaan bank, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank tertentu yang masuk systemically important bank danatau bank lainnya sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia di bidang macroprudential”. Pembentukan lembaga OJK ini merupakan amanah dari pasal 34 UU Bank Indonesia, yang seharusnya sudah dibentuk selambat-lambatnya 31 Desember 2010. 89 88 Pasal 55 ayat 2 UU Tentang OJK menyebutkan;..”Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK”. Hal ini 89 Pasal 34 UU Tentang Bank Indonesia menyebutkan : Universitas Sumatera Utara memberi konsekuensi logis terhadap UU Bank Indonesia yang harus diamandemen terkait dengan hilangnya salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 8 UU Bank Indonesia. Walaupun tugas pengawasan bank akan beralih ke OJK, namun fungsi lender of the last resort tetap melekat pada Bank Indonesia.

4. Independensi Bank Indonesia