dikelola bank dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan standar internasional.
Likuiditas perbankan dalam pengertian praktis merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Kewajiban jangka pendek dari
bank yang terbesar adalah dana pihak ketiga DPK yang jatuh tempo. Permasalahan likuiditas yang dihadapi oleh satu bank jika tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
kegagalan bank tersebut. Lebih lanjut, permasalahan atau kegagalan bank tersebut dapat mewabah ke bank-bank lain yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas
sistem perbankan. Oleh karenanya, risiko likuiditas merupakan salah satu risiko terpenting yang harus dikelola dengan hati-hati mengingat bahwa bank adalah
lembaga kepercayaan.
B. Risiko Kegiatan Usaha Bank
1. Jenis Risiko Perbankan
Bank, sebagai institusi keuangan yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan
incomereturn. Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko tersebut melekat
inherent pada seluruh aktivitas bank. Seluruh aktivitas bank, produk dan layanan bank terkait dengan uang. Sifat dasar uang adalah anonim, siapapun bisa
memilikinya, siapapun ingin memilikinya dan sangatlah mudah berpindah tangan
Universitas Sumatera Utara
bahkan hilang. Oleh karena itu, seluruh aktivitas bank mulai dari penyerapan dana
hingga penyaluran dana sangat rentan terhadap hilangnya uang.
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang mungkin dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Bismar Nasution mendefinisikan risiko sebagai potensi fluktuasi yang merugikan laba bank atau cash flow atau modal bank sebagai dampak
yang diakibatkan oleh nasabah, internal control yang kurang memadai, kegagalan sistem atau kontrol dan mismanagement.
119
Untuk itu bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melakukan kegiatan usahanya. Besarnya risiko yang terkandung dalam suatu
bank pada hakikatnya menunjukkan besarnya potential problem yang dihadapi oleh bank tersebut. Agar risiko tidak menjelma secara nyata menjadi problem, maka
dibutuhkan sumber daya di dalam bank untuk menopangnya. Misalnya, tersedianya penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan sumber daya untuk menopang
risiko kredit macet, dan keberadaan alat likuid yang cukup adalah untuk mengantisipasi risiko likuiditas. Diatas segala macam sumber daya kuantitatif
tersebut, yang paling penting dan menduduki posisi sentral adalah sumber daya yang bersifat kualitatif, yaitu manajemen bank.
120
119
Bismar Nasution, “Aspek Hukum Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem Keuangan
,.........Loc. Cit, hlm. 19.
Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
kegiatan usaha bank, serta mengetahui bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul
120
Ibid, hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
untuk dapat mengambil tindakan yang tepat. Pemahaman umum mengenai masing- masing kategori risiko sangat penting sehingga para manajer, pelaksana risk taker
dan bagian pengawasan dapat berdiskusi tentang masalah-masalah umum yang terjadi dari berbagai eksposur risiko. Risiko itu sendiri tidak harus selalu dihindari pada
semua keadaan, tetapi semestinya dikelola secara baik tanpa harus mengurangi hasil yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat
kepada bank dalam menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan
pengelolaannya.
121
Salah satu kekhasan perilaku bisnis perbankan adalah bahwa bisnis perbankan sebenarnya memperjualbelikan apa yang disebut dengan risk dan service. Sepintas
tampaknya tidak ada persoalan yang pelik untuk mengelola risk dan service. Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya trade off antara risk dan
service yang seringkali menjadi tidak terkendali karena memang jarang disadari
sebelumnya.
122
Terjadinya trade off antara risk dan service memang sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Suatu bank dalam rangka menghadapi persaingan berusaha
melonggarkan service-nya agar produk yang ditawarkan oleh bank tersebut berkesan mudah dijual. Akan tetapi, seringkali tidak disadari bahwa pada saat service itu
dilonggarkan sejak itu pula tingkat risk bank menjadi lebih tinggi. Begitu sebaliknya,
121
Ibid, hlm. 22.
122
Krisna Wijaya, Reformasi Perbankan Nasional, Catatan Kolom Demi Kolom, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2000, hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
jika unsur risk-nya ditingkatkan, service yang dapat diberikan akan berkurang sehingga produknya menjadi sulit dipasarkan.
123
Dengan semakin kompleksnya produk dan aktifitas bank, maka risiko yang dihadapi bank akan semakin meningkat. Peningkatan risiko yang dihadapi bank perlu
diimbangi dengan kualitas penerapan manajemen risiko yang memadai. Berkaitan dengan hal ini Bank Indonesia mewajibkan manajemen bank untuk melakukan
pengendalian atas risiko-risiko sebagai berikut:
124
1 Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan debitur danatau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada bank. 2 Risiko Pasar
Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk
risiko perubahan harga option. 3 Risiko Likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau dari aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
123
Contoh terjadinya trade off yang mudah dipahami, yaitu dalam hal penjualan kredit. Kalau ingin aman dengan risk yang kecil, persyaratan dan prosedur kredit harus diperketat. Ini jelas akan
mengurangi unsur service, karena persyaratan yang ketat cenderung tidak disukai. Sebaliknya, jika service
-nya ditingkatkan melalui persyaratan dan prosedur kredit yang longgar, tingkat risk menjadi tinggi, Mangasa Manurung, Kredit Bermasalah : Tanggung Jawab antara Pengurus Bank dan
Debitur, Ringkasan Disertasi, Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm
32.
124
PBI No. 1125PBI2009 Tentang Perubahan Atas PBI No. 58PBI2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum; Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
Universitas Sumatera Utara
4 Risiko Operasional Risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
5 Risiko Kepatuhan Risiko akibat bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. 6 Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis. 7 Risiko Reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
8 Risiko Stratejik Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu
keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko kegiatan usaha perbankan yang kian beragam tersebut semakin meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang baik good
corporate governance di bidang perbankan. Hal ini diatur di dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 84PBI2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan peningkatan
eksposur risiko bank. Good corporate governance GCG pada industri perbankan menjadi lebih penting untuk saat ini dan masa-masa yang akan datang, mengingat
Universitas Sumatera Utara
risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika code of conduct yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank
wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip good corporate governance
.
125
2. Manajemen Risiko Likuiditas Perbankan.