masyarakat dalam bentuk pajak yang lebih tinggi maupun terjadinya peningkatan inflasi inflation taxs.
110
Alternatif ketiga untuk mencegah panik dengan pemberlakuan blanket guarantee, dimana pemerintah memberikan jaminan kepada seluruh deposan dan kreditur bahwa
dananya akan sepenuhnya dikembalikan oleh pemerintah melalui bank yang bersangkutan. Dalam kasus seperti ini, blanket guarantee hanya bisa kredibel jika
disponsori oleh pemerintah dan bukannya dalam bentuk deposit insurance DI yang dilakukan oleh swasta. Di swasta, tidak akan mampu mengatasi sistemic crisis, karena
ia tidak dilengkapi dengan kekuasaan untuk menarik pajak dan menciptakan uang. Sebaliknya, blanket guarantee dapat secara kredibel mencegah terjadinya panik yang
mengakibatkan systemic crisis.
111
2. Sifat dan Ruang Lingkup Bantuan Likuiditas
Bank Sentral sering dipersepsikan memiliki akses tak terbatas atas sumber keuangan karena mereka dapat mencetak uang. Persepsi ini jelas sangat sederhana.
Memberikan pinjaman secara bebas dalam masa krisis dapat merusak regim moneter. Selain itu, pemberian pinjaman yang besar pada lembaga yang insolven
meningkatkan risiko kredit pada bank sentral yang dapat merumitkan manajemen moneter dan meningkatkan inflasi. Hal ini dikarenakan bank sentral pada umumnya
memiliki kapital yang minim dan pendapatan yang kecil dan cenderung untuk memoneterkan monetize kerugian. Dengan demikian, ketika skala bantuan menjadi
110
Ibid.
111
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
besar, otoritas fiskal perlu untuk mengasuransikan risiko kredit yang diambil bank sentral. Menteri Keuangan harus ikut dalam pengambilan keputusan pemberian
pinjaman kepada lembaga yang penting secara sistematis yang menghadapi risiko insolvensi
.
112
Dalam masa krisis sistemik, bank sentral sebagai LoLR harus berusaha meyakinkan publik bahwa akan bertindak tegas dan membatasi ruang lingkup
gangguan keuangan. Juga dimungkinkan untuk memberikan bantuan kepada semua bank yang kekurangan likuiditas dalam stadium awal. Dalam situasi krisis yang luas,
kriteria penentuan yang mana lembaga yang secara sistemik penting dapat diperlonggar dibanding masa normal. Bantuan likuiditas darurat biasanya diperlukan
ketika jaminan penuh atas deposito tidak diberikan oleh pemerintah. Pada mulanya, jaminan penuh atas deposit tersebut tidak cukup meyakinkan sehingga bank run
berlanjut kecuali jika bantuan likuiditas tersedia dalam jumlah yang besar.
113
Ketika sebagian besar sistem perbankan insolven, sumber untuk bantuan solvabilitas harus berasal dari Pemerintah dan sektor swasta, bukan dari bank sentral,
dan berapapun biaya publik yang timbul harus diketahui secara jelas. Pemerintah dapat memutuskan bahwa bank sentral yang harus memberikan bantuan hingga
strategi restrukturisasi berjalan, dan mungkin kelanjutannya; tetapi pinjaman tersebut normalnya secara eksplisit dijamin oleh pemerintah. Dibutuhkan transparansi, bahwa
jika pinjaman tersebut tidak dapat dibayar oleh lembaga peminjam, pemerintah wajib
112
Hasil Riset Bank Indonesia Satgas BLBI dengan HLB Hadori Rekan, Studi Keuangan Bantuan Likuiditas...., Loc. Cit,
hlm 43.
113
Ibid, hlm 44.
Universitas Sumatera Utara
mengkompensasi kerugian bank sentral. Salah satu opsi kompensasi kerugian bagi bank sentral adalah untuk tidak mentransfer keuntungan kepada Pemerintah sampai
semua kerugian teratasi. Akan tetapi, bank sentral tidak biasanya dalam posisi mencari keuntungan, setelah membuat non performing loan untuk bank insolven.
Biasanya, klaim oleh bank sentral pada bank insolven dikonversikan kedalam ekuitas pada bank yang dipegang oleh pemerintah, dan pemerintah akan menerbitkan
sekuritas dalam neraca bank sentral. Sangatlah penting bahwa sekuritas tersebut diterbitkan sesuai persyaratan pasar dan cukup marketable bagi bank sentral untuk
direkapitalisasi.
114
Sejarah telah menunjukkan bahwa krisis perbankan setelah tahun 80-an menjadi lebih sering terjadi dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dalam konteks
krisis perbankan di berbagai belahan dunia, bantuan likuiditas liquidity support bukanlah suatu hal yang baru, dan praktis pernah digunakan secara massal oleh
hampir semua negara yang mengalami krisis. Hal ini tidak terlepas dari fungsi bank sentral sebagai LoLR. Namun, yang sering menjadi masalah kemudian adalah apakah
fungsi semacam ini bisa secara efektif dapat menanggulangi krisis perbankan dan sekaligus dalam pelaksanaannya terhindar dari ekses negatif yang berlebihan.
Menurut Anwar Nasution, perangkat hukum mengenai fasilitas LoLR harus lebih komprehensif, yaitu dengan mengintegrasikannya sebagai bagian dari strategi krisis
manajemen. Perangkat hukum tersebut harus dapat memberikan prosedur yang tepat, kejelasan akuntabilitas dan kewenangan serta aturan disclosure yang akan
114
Ibid, hlm 44-45.
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan stabilitas keuangan, mengurangi moral hazard, dan harus didasarkan pada prasyarat dan persyaratan tertentu. Perumusannya dapat dilakukan dengan rule-
based approach atau dengan clearly-defined rules approach dan melindungi LoLR
dari pengaruh politik yang tinggi, serta pada waktunya keputusan pemberian LoLR itu bisa dijelaskan secara transparan dan akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum oleh bank sentral.
115
Walaupun kerangka yang digunakan berbeda dari satu negara dengan negara lain, terdapat suatu konsensus umum mengenai pertimbangan utama dalam pemberian
bantuan likuiditas pada kondisi normal dan krisis. Dalam kondisi normal, bantuan LoLR harus didasarkan pada suatu aturan yang jelas. Kebijakan dan peraturan LoLR
yang transparan dapat mengurangi kemungkinan terjadi krisis dan memberikan insentif tumbuhnya disiplin pasar. Hal itu juga dapat mengurangi campur tangan
politik dan mencegah bias yang mengarah pada pelanggaran aturan. LoLR pada kondisi normal hanya dapat diberikan kepada bank yang solven dengan agunan yang
memadai dan memenuhi syarat. Sedangkan untuk bank insolven harus ditempuh kebijakan penyelesaian yang lebih ketat seperti penutupan dan karenanya harus
terdapat exit policy yang konsisten. Terkait dengan hal tersebut, lembaga penjamin simpanan harus dibentuk untuk dapat memberikan dana talangan dalam hal terjadi
penundaan dalam proses penutupan bank yang bangkrut. Sementara dalam krisis sistemik, LoLR harus menjadi bagian integral dari suatu strategi manajemen krisis
115
Anwar Nasution, Stabilitas Sistem Keuangan ....., Loc. Cit, hlm 14-15.
Universitas Sumatera Utara
yang komprehensif dan dirumuskan secara baik. Perlu adanya pengecualian risiko sistemik dalam pemberian LoLR kepada sistem perbankan.
116
Dalam krisis sistemik pengungkapan proses LoLR dapat menjadi alat penting manajemen krisis. Kriteria krisis sistemik tentunya tergantung pada kondisi tertentu,
sehingga sulit menetapkan hal ini sebelumnya ex-ante dalam undang-undang, karena :
117
a. Berpotensi menimbulkan moral hazard Apabila kriteria dampak sistemik ditetapkan secara eksplisit, maka terdapat
potensi bank atau lembaga keuangan bukan bank memposisikan diri sebagai lembaga yang berdampak sistemik. BankLKBB tersebut akan cenderung kurang
memperhatikan risiko excessive risk taking. Hal tersebut dilakukan karena pemilik atau pengurus lembaga keuangan memperkirakan lembaga keuangan
dimaksud akan diselamatkan oleh Pemerintah. b. Pengukuran dampak sistemik bersifat situasional
Skala atau dampak sistemik disebabkan oleh berbagai situasi, baik yang bersifat internal dari lembaga keuangan maupun bersifat eksternal seperti krisis keuangan
global, serangan teroris dan bencana alam. Oleh karena itu penetapan dampak sistemik sulit untuk ditetapkan di awal. Suatu lembaga keuangan dapat
dinyatakan berdampak sistemik pada situasi tertentu, namun tidak berdampak sistemik pada situasi yang berbeda. Dengan demikian, pengukuran dampak
sistemik memerlukan professional judgement.
116
Ibid.
117
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, hhtp:www.jpsk.infopublishdetail.php?module=det_naskahid=11, Diakses, Selasa 5 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian, peraturan fasilitas LoLR harus menetapkan dengan jelas prinsip-prinsip pokok dan kriteria spesifik mengenai krisis sistemik dan atau potensi
kegagalan suatu bank yang dapat mengarah pada krisis sistemik. Untuk meyakinkan proses pengambilan keputusan yang efektif dan akuntabilitas, harus terdapat kerangka
dan prosedur LoLR yang jelas. Disamping itu, untuk meyakinkan akuntabilitas, perlu dipelihara kelengkapan laporan dan dokumentasi.
3. Pengaturan Lender of The Last Resort Dalam Undang-Undang Bank