D. Fasilitas Likuiditas Liquidity Support Bank Indonesia
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 1999, Bank Indonesia dapat memberikan
kredit atau pembiayaan kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi termasuk aset kredit
kolektibilitas lancar. Sementara itu, untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang berdampak sistemik, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat
kepada bank dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis. Dengan demikian, dalam fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia dapat memberikan bantuan likuiditas
kepada bank, baik untuk situasi normal maupun untuk penanganan krisis.
1. Fasilitas Likuiditas Dalam Kondisi Normal
Jenis-Jenis fasilitas likuiditas Bank Indonesia dalam kondisi normal adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum
Fasilitas Likuiditas Intrahari atau FLI adalah penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada bank dalam kedudukan bank sebagai peserta Sistem Bank Indonesia
- Real Time Gross Settlement Sistem BI-RTGS dan peserta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang dilakukan dengan cara repurchase agreement repo surat
berharga yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan
150
150
Pasal 1 butir 6, PBI No. 1029PBI2008 tanggal 14 November 2008.
.
Universitas Sumatera Utara
Repurchase agreement atau repo adalah transaksi penjualan surat berharga oleh bank
kepada Bank Indonesia, dengan kewajiban pembelian kembali oleh bank sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
FLI pertama kali diatur dengan Peraturan Bank Indonesia No. 66PBI2004, dan selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan perkembangan
perbankan dengan PBI No. 722PBI2005. Selanjutnya mengalami perubahan dan penyempurnaan lagi dengan PBI No. 1029PBI2008 tanggal 14 November 2008
sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1213PBI2010 tanggal 4 Agustus 2010. FLI ini disediakan Bank Indonesia kepada bank untuk menghindari atau
mengatasi 2 dua keadaan, yaitu : 1 FLI dalam rangka RTGS adalah FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan
bank yang terjadi selama jam operasional Sistem BI-RTGS 2 FLI dalam rangka Kliring adalah FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan
bank yang terjadi pada saat penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet.
Dalam penyelesaian transaksi melalui sistem BI-RTGS dimana transaksi pembayaran diselesaikan satu demi satu real time, bank sangat mungkin mengalami
kesulitan pendanaan dalam waktu yang sangat pendek. Kesulitan pendanaan FLI dalam rangka RTGS
Sistem Bank Indonesia –Real Time Gross Settlement Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika pertransaksi secara individual, Pasal 1 angka 1 PBI No. 7182005 Tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Kliring
Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet. Kliring Kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud sebagai akibat terjadinya ketidaksesuaian antara waktu dan atau nilai transaksi yang dikirim outgoing transaction dengan transaksi yang diterima
incoming transaction. Apabila kesulitan yang dialami oleh bank atau beberapa bank tersebut tidak segera diatasi, dikhawatirkan dapat menyebabkan kemacetan
pembayaran gridlock yang dapat mengganggu kelancaran sistem pembayaran yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakstabilan sistem keuangan secara
keseluruhan. Bank Indonesia menyediakan FLI ini untuk waktu yang sangat pendek, yaitu selama waktu operasional Sistem BI-RTGS dan wajib diselesaikan bank pada
akhir hari yang sama.
Selain penyediaan FLI untuk mengatasi gridlock dalam Sistem BI-RTGS, penyediaan FLI juga diperlukan untuk mengatasi timbulnya kewajiban penyelesaian
akhir kliring debet yang ditanggung oleh Bank Indonesia sebagai penyelenggara sistem kliring. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bank Indonesia memandang
perlu untuk menerapkan suatu kebijakan yang mewajibkan peserta dalam Kliring Debet untuk menyediakan pendanaan awal prefund dalam bentuk dana tunai cash
dan atau surat berharga collateral pada setiap hari sebelum kliring debet dimulai. FLI dalam rangka Kliring
Berkenaan dengan penyediaan setoran awal dalam bentuk surat berharga tersebut, maka mekanisme penyediaan, penggunaan dan penyelesaiannya, akan diberikan
dalam bentuk FLI khusus kliring, sebagaimana FLI yang sebelumnya telah disediakan oleh Bank Indonesia untuk transaksi Sistem BI-RTGS.
Universitas Sumatera Utara
Bank dapat memperoleh FLI, baik dalam bentuk FLI-RTGS maupun FLI-Kliring, setelah menandatangani Perjanjian Penggunaan FLI dan menyampaikan dokumen
pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi bank sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 1 PBI No.
1029PBI2008 adalah sebagai berikut : 1 Memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia berupa
Sertifikat Bank Indonesia SBI danatau Surat Utang Negara SUN. 2 Tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai bank peserta BI-RTGS
danatau penghentian sebagai bank peserta kliring; dan 3 Berstatus sebagai peserta BI-SSSS
151
. Sesuai Surat Edaran kepada semua bank umum, SE No. 1229DASP pelaksanaan
transaksi repo dengan menggunakan SBI danatau SBN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Bank harus memindahkan SBI danatau SBN dari rekening perdagangan ke rekening FLI-RTGS pada BI-SSSS
Transaksi repo dalam rangka FLI-RTGS
2 Pemindahan SBI danatau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1 dilakukan pada saat bank membutuhkan FLI-RTGS self assesment selama
jam operasional BI-RTGS sampai dengan cut off warning sistem BI-RTGS.
151
BI-SSSS Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara
elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BI-SSSS.
Universitas Sumatera Utara
3 SBI danatau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1 tidak dapat dipindahkan ke rekening perdagangan selama bank menggunakan FLI-RTGS.
4 Bank dapat memindahkan kembali SBI danatau SBN pada butir 1 ke
rekening perdagangan setelah bank menyelesaikan FLI-RTGS.
1 Bank harus memindahkan SBI danatau SBN dari rekening perdagangan ke rekening FLI-Kliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan
pendanaan awal prefund.
Transaksi repo dalam rangka FLI-Kliring
2 Pemindahan SBI danatau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1
dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI.
3 Nilai nominal SBI danatau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1 yang dipindahkan sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi kewajiban
penyediaan pendanaan awal prefund. 4 Bank dapat memindahkan kembali SBI danatau SBN sebagaimana dimaksud
pada butir 1 ke rekening perdagangan sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai BI-SSSS.
Pemberian FLI ini sejalan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 15 UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
b. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang
dialami bank. Sedangkan yang dimaksud dengan kesulitan pendanaan jangka pendek adalah keadaan yang dialami bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk
yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar mismatch dalam rupiah sehingga bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM rupiah
152
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP pertama kali diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI No. 220PBI2000 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
bagi Bank Umum dan disempurnakan dengan PBI No. 515PBI2000. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan perbankan dan perekonomian disempurnakan lagi
dengan PBI No. 1026PBI2008, dan terakhir terkait dengan pusaran krisis global yang semakin mendalam dan kinerja perbankan yang terus melemah, diperkuat
dengan diterbitkannya PERPPU No. 2 dan No. 4 Tahun 2008, maka ketentuan mengenai FPJP direlaksasi dengan mengeluarkan PBI No. 1030PBI2008 tanggal 14
November 2008 Tentang Perubahan atas PBI No. 1026PBI2008. .
Relaksasi ketentuan FPJP tersebut menyangkut persyaratan permodalan capital adequacyCAR
yang sebelumnya mengharuskan CAR di atas 8 menjadi hanya asal CAR positif. Selanjutnya, aset kredit yang dapat dijaminkan tidak lagi harus 12 bulan
berstatus lancar, tetapi cukup 3 bulan saja. Selain itu, persyaratan bahwa kredit tidak
152
Pasal 1 butir 5, PBI No. 1026PBI2008 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1030PBI2008.
Universitas Sumatera Utara
boleh pernah direstrukturisasi, dihapus. Maksud perubahan ini agar semakin luas bank yang bisa memanfaatkan FPJP.
153
Pengaturan lebih lanjut mengenai FPJP dituangkan dalam surat edaran kepada bank-bank dengan SE No. 1039DPM tanggal 14 November 2008, dengan
persyaratan FPJP sebagai berikut : a. Bank mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan memiliki agunan
yang berkualitas tinggi dengan nilai agunan yang memadai; b. Bank memiliki rasio kewajiban Penyediaan modal minimum capital
adequacy ratio positif berdasarkan perhitungan Bank Indonesia;
c. FPJP diberikan paling banyak sebesar plafon FPJP yang dihitung berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan likuiditas sampai dengan bank memenuhi GWM
sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan hasil analisis Bank Indonesia atas proyeksi arus kas 14 empat belas hari ke depan yang
disampaikan oleh bank; d. Pencairan FPJP dilakukan oleh Bank Indonesia secara harian sebesar
kebutuhan bank untuk memenuhi kewajiban GWM selama memenuhi plafon dan jangka waktu FPJP yang disetujui.
e. Jangka waktu FPJP ditetapkan sebagai berikut : 1 Jangka waktu setiap FPJP paling lama 14 empat belas hari, yang
dinyatakan dalam hari kalender. Dalam hal FPJP memiliki tanggal jatuh
153
Bank Indonesia, Krisis Global ...., Loc. Cit, hlm 57.
Universitas Sumatera Utara
tempo yang bertepatan dengan hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional, maka penyelesaian FPJP jatuh tempo adalah pada hari kerja berikutnya.
2 Jangka waktu FPJP dapat diperpanjang secara berturut-turut dengan jangka waktu FPJP keseluruhan paling lama 90 sembilan puluh hari
kalender yang dihitung sejak pertama kali bank memanfaatkan FPJP. f. Bank menjamin FPJP dengan agunan milik bank berupa SBI, SUN, SBSN,
Obligasi Korporasi danatau Aset Kredit dengan ketentuan : 1 Dalam hal agunan berupa SBI, SUN danatau SBSN :
i nilai jual SBI, nilai pasar SUN danatau nilai pasar SBSN yang diagunkan ditetapkan berdasarkan perhitungan yang ditetapkan Bank
Indonesia. ii pada tanggal FPJP jatuh tempo, SBI, SUN danatau SBSN yang
diagunkan memiliki sisa jangka waktu : a paling singkat 2 dua hari kerja untuk SBI
b paling singkat 10 sepuluh hari kerja untuk SBSN dan SUN 2 Dalam agunan berupa Obligasi Korporasi :
i Pada saat permohonan atau perpanjangan FPJP memiliki sisa jangka waktu paling kurang 90 sembilan puluh hari;
ii Aktif diperdagangkan, yaitu pernah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dalam 30 tiga puluh hari kalender terakhir; dan
Universitas Sumatera Utara
iii Memiliki peringkat paling kurang 3 tiga peringkat notch teratas pada 1 satu tahun terakhir berdasarkan hasil penilaian lembaga
pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia yang berlaku; 3 Dalam hal agunan berupa Aset Kredit :
i Memiliki kolektibilitas lancar selama 3 tiga bulan terakhir; Kolektibilitas kredit adalah kualitas kredit yang dilaporkan bank ke
dalam Sistem Informasi Debitur. Penetapan kualitas aset kredit harus dilakukan bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan Bank Indonesia
terdapat perbedaan dengan kualitas aset kredit yang telah dilaporkan bank, maka kualitas aset kredit yang digunakan adalah yang
berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia. ii Bukan merupakan kredit yang sedang dalam restrukturisasi.
Restrukturisasi dimaksud dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok danatau bunga kredit sebagaimana diatur
dalam ketentuan yang berlaku tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
iii Bukan merupakan kredit konsumsi, kecuali Kredit Pemilikan Rumah KPR.
Universitas Sumatera Utara
iv Bukan merupakan kredit kepada pihak terkait bank sesuai dengan kriteria sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK Bank Umum pada saat diberikan.
v Sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling cepat 3 tiga bulan dari saat persetujuan FPJP.
vi Baki debet outstanding kredit tidak melebihi plafon kredit dan BMPK pada saat diberikan.
vii Memiliki perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Obligasi Korporasi hanya dapat dijadikan agunan FPJP dalam hal : 1 Bank tidak memiliki SBI, SUN dan SBSN; atau
2 Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP.
h. Aset Kredit hanya dapat dijadikan agunan FPJP dalam hal : 1 Bank tidak memiliki SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi; atau
2 Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP.
i. Jangka waktu pengikatan agunan FPJP ditetapkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Jatuh tempo pengikatan agunan FPJP untuk agunan berupa SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi adalah 10 sepuluh hari kerja setelah FPJP
jatuh tempo. 2 Dalam hal terjadi pelunasan FPJP pada saat jatuh tempo, maka pengikatan
agunan FPJP berupa SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi dapat dilepas release pada 1 satu hari kerja setelah FPJP dilunasi.
j. Dalam rangka penggunaan FPJP, Bank dapat melakukan perpanjangan FPJP yang jatuh tempo dengan ketentuan :
1 Bank melunasi biaya bunga FPJP jatuh tempo terlebih dahulu; 2 Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus
kas selama 14 empat belas hari ke depan; 3 Bank memiliki agunan yang masih mencukupi dan memenuhi persyaratan
sebagaimana ketentuan Surat Edaran ini; 4 Bank memiliki Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Capital
Adequacy RatioCAR positif berdasarkan perhitungan Bank Indonesia;
5 Penggunaan FPJP belum melampaui 90 sembilan puluh hari berturut- turut.
k. Dalam rangka perpanjangan penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir j, nominal FPJP jatuh tempo diperhitungkan dengan plafon FPJP baru
dengan memperhatikan ketentuan penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud pada butir c, butir e dan butir i.
Universitas Sumatera Utara
l. Bank tidak dapat memperpanjang FPJP dalam hal atas perpanjangan FPJP dimaksud mengakibatkan terlampauinya jangka waktu maksimum FPJP
selama 90 sembilan puluh hari sebagaimana dimaksud pada butir e.2. m. Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas FPJP yang digunakan Bank
dengan tingkat bunga ditetapkan sebesar BI-Rate ditambah dengan 100 seratus basis poin.
n. Jumlah FPJP yang dikenakan biaya bunga sebagaimana dimaksud pada butir m adalah sebesar pencairan FPJP jatuh tempo.
Dalam rangka pengawasan atas penggunaan FPJP, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang bersangkutan
154
, sedangkan status pengawasan terhadap bank tersebut ditetapkan Bank Indonesia dalam status
pengawasan khusus
155
.
2. FasilitasLikuiditas Untuk Kondisi Sistemik