Sedangkan kelembagaan Bank Indonesia sendiri sebagai bank sentral ditetapkan dalam Pasal 23D UUD 1945.
PBI yang dikeluarkan Bank Indonesia mencakup untuk semua tugas yang diamanahkan pasal 8 UU Bank Indonesia, yaitu bidang moneter, sistem pembayaran
dan pengawasan bank. Misalnya, di bidang pengawasan bank, PBI yang dikeluarkan adalah untuk setiap siklus usaha bank, yaitu berkenaan dengan :
1 Perizinan bank entry policy, baik dalam hal pemberian izin licencing maupun seleksi terhadap pemilik dan pengurus bank fit and proper test.
2 Pengaturan bank bank regulation yang wajib ditaati. 3 Pembinaan bank melalui pemeriksaan dan pengawasan bank bank
supervision .
4 Pengenaan sanksi sanction imposition. 5 Penyelamatan bank bank rescue.
6 Pencabutan izin usaha bank dan likuidasi bank exit policy.
B. Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender of The Last Resort
1. Bank Sentral dan Lender of The Last Resort
Bank Sentral pada umumnya mempunyai tiga tugas utama yang meliputi pengendalian moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan, dan pengaturan sistem
pembayaran. Tugas pengendalian moneter dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga danatau pertumbuhan ekonomi. Tugas dalam pengaturan dan pengawasan
Universitas Sumatera Utara
perbankan dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sistem perbankan. Sedangkan tugas pengaturan sistem pembayaran bertujuan mengembangkan sistem pembayaran
dan infrastruktur keuangan yang sehat. Namun, dalam prakteknya ada juga bank sentral yang tidak seluruhnya menjalankan tiga tugas utama ini. Beberapa bank
sentral hanya mengembankan dua tugas utama, bahkan ada juga bank sentral yang hanya mengemban satu tugas utama, yaitu hanya pengendalian moneter seperti
Inggris, Hong Kong dan Brunei.
101
Sistem perbankan merupakan alur utama transmisi kebijakan moneter dalam rangka pengendalian moneter oleh bank sentral. Apabila terjadi ketidakstabilan sistem
perbankan, maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Untuk terciptanya sistem perbankan yang sehat haruslah setiap bank secara individual
juga sehat. Tugas bank sentral sebagai regulator dalam mengatur dan mengawasi perbankan agar aktifitas perbankan dapat berkembang sehat dan berjalan lancar
sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi. Dengan ada regulator, maka kepentingan para nasabah akan mendapat perhatian dan mencegah munculnya
praktek-praktek yang merugikan kepentingan nasabah. Disamping itu, kesulitan bank- bank kecil dalam bersaing dengan bank-bank yang lebih besar dan kuat akan terbantu.
Selain sebagai regulator, maka bank sentral juga diperlukan untuk berperan sebagai bankers’ bank
, yaitu menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort LoLR,
101
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia, ..................., Loc. Cit,
hlm. 22-23.
Universitas Sumatera Utara
pemberi pinjaman terakhir bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank lain.
Terminologi LoLR banyak digunakan untuk menggarisbawahi berbagai fungsi yang dilakukan oleh bank sentral. Terminologi tersebut kadangkala digunakan
sebagai alat manajemen keuangan jangka pendek dan kadangkala dalam kaitannya dengan stabilitas sistem keuangan. Merupakan suatu kelaziman bagi bank sentral
untuk memberikan bantuan likuiditas kepada perbankan dalam melaksanakan fungsinya sebagai LoLR seperti kutipan berikut ini ; “The discretionary provision of
liquidity to financial institution or the market as a whole by the central banking reaction to an adverse shock, which causes an abnormal increase in demand for
liquidity that cannot be met from an alternative source”.
102
Dalam fungsinya sebagai LoLR, bank sentral mempunyai kewajiban untuk memberikan kredit kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek. Namun, kredit dimaksud harus diikat dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit yang diterima.
Pengertian fasilitas LoLR kemudian diperluas sebagai dukungan terhadap lembaga keuangan, khususnya bank, dari kejatuhannya meskipun lembaga tersebut tidak sehat,
agar tidak terjadi kejatuhan perbankan secara sistemik. Dengan demikian, peran bank
102
Dong H, Emergency Liquidity Support Facilities in Building Strong Banks, eds. Charles Enoch, David Marston and Michael Taylor International Monetary Fund, Page 110. Di dalam Hasil Riset
Satgas BLBI dengan HLB Hadori Rekan, BI dan BLBI Suatu Tinjauan dan Penilaian Aspek Ekonomi, Keuangan dan Hukum,
Jakarta : Bank Indonesia, 2002, hlm 16.
Universitas Sumatera Utara
sentral sebagai lembaga LoLR begitu pentingnya untuk menjaga dan melindungi sistem keuangan dalam satu negara.
Pengertian LoLR dapat dipergunakan dengan cara yang berbeda-beda. LoLR dilakukan oleh bank sentral sebagai alat yang digunakan paling akhir untuk
membantu likuiditas suatu bank atau perbankan secara keseluruhan, di luar lembaga keuangan lainnya sebagai reaksi terhadap adanya suatu kondisi tidak normal yang
mengakibatkan tidak normalnya kenaikan permintaan dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang tidak dapat diperoleh dari berbagai sumber alternatif.
Disamping itu, LoLR merupakan elemen dasar dari bank sentral yang baik dalam mengatasi kredit bermasalah distress lending dan merupakan elemen penting dalam
pengelolaan krisis.
103
Bantuan likuiditas darurat hendaknya diberikan hanya kepada bank yang tidak liquid
tetapi solvent. Perbedaan antara bank yang solvent dan yang tidak solvent banyak dikaji dalam literatur akademik. Liquid memiliki konotasi bahwa suatu bank
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sedangkan solvent
adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban jangka menengah dan panjang. Membedakan suatu bank dalam keadaan illiquid dan insolvent sehingga
layak untuk diberikan bantuan likuiditas, pada banyak kasus hal ini termasuk grey area
yang dapat menimbulkan kontroversi. Dalam praktek, suatu bank sentral bagaimanapun tidak selalu dapat membedakannya terutama ketika mengambil
103
Hasil Riset Satgas BLBI dengan HLB Hadori Rekan, Studi Keuangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
, Jakarta : Bank Indonesia, 2002, hlm 32.
Universitas Sumatera Utara
keputusan pemberian bantuan yang harus dilakukan segera dalam jangka waktu yang sangat pendek.
104
Bank run terjadi apabila suatu bank memiliki aset-aset kredit dalam jumlah besar yang tidak likuid sementara kewajibannya sebagian besar dalam bentuk deposit yang
berjangka pendek. Selanjutnya kewajiban bank berupa simpanan dana pihak ketiga deposit tersebut harus dapat dibayar secara penuh atas dasar first come-first served.
Para ekonom setuju bahwa dengan melihat kondisi neraca bank tersebut, nasabah deposan akan curiga dan berupaya untuk menarik dananya secepat mungkin. Karena
aset-aset bank pada umumnya tidak marketable, penarikan yang terjadi secara besar- besaran rush akan mengakibatkan bank terpaksa atau dipaksa harus menjual aset-
aset yang dimilikinya dengan harga yang lebih rendah fire sale price sehingga dapat mengakibatkan bank secara fundamental akan menjadi tidak solvent insolvent. Hal
ini secara potensial akan merugikan kesejahteraan publik secara keseluruhan, karena itu diperlukan justifikasi berupa intervensi terhadap sektor publik, dengan asumsi
bahwa keuntungan dari intervensi tersebut akan menurunkan beban biaya yang harus dipikul. Pada literatur mengenai bank run, biasanya diasumsikan juga bahwa deposan
adalah individual atau perusahaan yang menempatkan dananya pada suatu bank dengan periode yang tidak terbatas dan harus dapat dimengerti bahwa dana ini
kemungkinan besar akan ditarik dengan segera sesuai nilai nominal.
105
104
Ibid, hlm 33.
105
Ibid, hlm 33.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencegah terjadinya bank run, Diamond dan Dybvig mengusulkan tiga solusi, yaitu suspension of convertibility SC, lender of the last resort LoLR dan
blanket guarantee . Dengan adanya LoLR dan blanket guarantee, nasabah menjadi
yakin bahwa penarikan dana dari bank akan selalu dapat dipenuhi oleh bank. Oleh karena itu tidak akan ada kekhawatiran dari seorang nasabah mengenai kemampuan
bank untuk memenuhi semua kewajibannya.
106
Diamond dan Dybig memodelkan bank sebagai suatu agen yang memiliki teknologi untuk mentransformasikan aset jangka panjang menjadi kewajiban
liability jangka pendek. Selain itu, deposan dibagi menjadi dua tipe, yaitu mereka yang cenderung melakukan investasi jangka pendek satu periode transaksi dan
mereka yang melakukan investasi jangka panjang dua periode transaksi. Kontrak bank dengan deposan memungkinkan kedua jenis deposan tersebut untuk menarik
simpanan di bank kapan saja sesuai dengan keinginan mereka. Penarikan untuk periode pertama diberikan tingkat suku bunga yang lebih rendah dibanding penarikan
pada periode kedua. Akan tetapi liquidation value dari aset-aset jangka panjang bank lebih rendah dibandingkan total kewajibannya pada periode yang pertama jika semua
deposan menarik simpanannya di bank.
107
Panik dapat terjadi karena dalam esensinya bank menghadapi masalah a squential service constraint
, dimana pembayaran oleh bank kepada deposan tidak tergantung pada informasi tentang kesehatan bank di masa yang akan datang, tetapi
106
Iman Sugema Iskandar Simorangkir : Peranan The Lender of Last Resort ..., Loc. Cit.
107
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
hanya tergantung pada posisi dan jumlah nasabah dalam antrian penarikan simpanan. Oleh karena itu, jumlah uang yang dapat ditarik oleh nasabah sangat tergantung pada
apakah seorang nasabah menarik lebih dulu dibanding nasabah lainnya. Karena liquidation value
dapat ditarik dari aset-aset perbankan jauh lebih rendah dibanding total kewajibannya, maka sejumlah nasabah yang terlambat melakukan penarikan
tidak akan dapat memperoleh uangnya kembali. Dengan kata lain, akan ada insentif bagi semua deposan untuk saling mendahului dalam antrian penarikan simpanan. Hal
ini terjadi kalau seandainya terjadi panik diantara nasabah.
108
Salah satu cara untuk mengatasi panik adalah dengan cara memberlakukan suspension of convertibility
SC atau penghentian pengkonversian dari simpanan menjadi uang cash. Dalam kasus seperti ini, deposan hanya bisa menguangkan
simpanan sesuai dengan kontrak simpanannya, dalam arti bahwa simpanan yang belum jatuh tempo tidak bisa ditarik. SC hanya bisa efektif dalam dunia yang non
stochastic atau tanpa ketidakpastian. Jika investasi jangka panjang dapat diobservasi
secara sempurna akan menguntungkan bank, maka SC dapat mencegah deposan yang memiliki kontrak simpanan jangka panjang untuk menarik dananya secara lebih dini
karena mereka tahu bahwa pendapatannya di masa yang akan datang akan lebih besar. Namun, SC tidak akan efektif dalam mencegah panik kalau seandainya tidak
ada kepastian bahwa nilai investasi jangka panjang akan menguntungkan. Hal ini
108
Ibid..
Universitas Sumatera Utara
berarti dalam situasi makroekonomi yang penuh ketidakpastian dan disertai dengan memburuknya kinerja investasi, panik menjadi sulit untuk dicegah.
109
Alternatif kedua untuk mencegah terjadinya panik menurut Diamond dan Dybig adalah dengan mengadakan fasilitas LoLR. Dengan adanya fasilitas ini, bank tidak
harus melakukan likuidasi aset-asetnya untuk melayani terjadinya panik. Oleh karena itu, fasilitas LoLR memiliki dua fungsi, yaitu : i memberikan kemampuan pada
bank untuk melayani seluruh penarikan, dan ii mencegah bank melakukan likuidasi aset-aset produktifnya. Dalam kasus dimana seluruh aset bank dapat dipakai untuk
membayar fasilitas LoLR dikemudian hari, maka tidak ada kerugian bagi otoritas moneter untuk memberikan layanan fasilitas ini dengan jaminan dalam bentuk aset
kredit perbankan. Akan tetapi fasilitas LoLR memiliki tiga kelemahan, yaitu : Pertama
, fasilitas ini relatif terbatas scope-nya untuk mengatasi masalah kesulitan likuiditas perbankan. Oleh karena itu, jika masalahnya adalah masalah solvency,
maka fasilitas LoLR tidak akan mampu mencegah panik. Kedua, fasilitas ini biasanya juga disertai dengan infusi jumlah uang yang beredar sehingga cenderung
meningkatkan inflasi dan ketidakpastian dalam nilai tukar. Hal ini pada gilirannya akan cenderung memperburuk kinerja investasi. Ketiga, dalam dunia yang penuh
dengan ketidakpastian, tidak ada jaminan bahwa return on investment dari aset kredit perbankan akan mampu menutup semua kewajibannya terhadap otoritas penyedia
LoLR. Jadi, walaupun LoLR dapat secara efektif mengurangi panik, fasilitas ini bisa merugikan pemerintah yang pada akhirnya kerugian ini dibebankan kepada
109
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam bentuk pajak yang lebih tinggi maupun terjadinya peningkatan inflasi inflation taxs.
110
Alternatif ketiga untuk mencegah panik dengan pemberlakuan blanket guarantee, dimana pemerintah memberikan jaminan kepada seluruh deposan dan kreditur bahwa
dananya akan sepenuhnya dikembalikan oleh pemerintah melalui bank yang bersangkutan. Dalam kasus seperti ini, blanket guarantee hanya bisa kredibel jika
disponsori oleh pemerintah dan bukannya dalam bentuk deposit insurance DI yang dilakukan oleh swasta. Di swasta, tidak akan mampu mengatasi sistemic crisis, karena
ia tidak dilengkapi dengan kekuasaan untuk menarik pajak dan menciptakan uang. Sebaliknya, blanket guarantee dapat secara kredibel mencegah terjadinya panik yang
mengakibatkan systemic crisis.
111
2. Sifat dan Ruang Lingkup Bantuan Likuiditas