Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Republik Indonesia 1. Landasan Yuridis

BAB II BANK INDONESIA SEBAGAI

LENDER OF THE LAST RESORT

A. Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Republik Indonesia 1. Landasan Yuridis

Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentral seperti yang ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai bank sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV yang diberi hak oktrooi tahun 1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan uang Gulden Belanda oleh Pemerintah Belanda. 73 Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalam penjelasan bab VII pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk sebuah bank sentral yang disebut Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas. Selanjutnya, pada tanggal 19 September 1945 dalam sidang Dewan Menteri, Pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk bank milik negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah membentuk yayasan dengan nama “Pusat Bank Indonesia”. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Bank Negara Indonesia. 74 Pada tahun 1949 berlangsung Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda, dan salah satu keputusan pentingnya adalah penyerahan kedaulatan 73 Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar, Jakarta : PPSK, Bank Indonesia, 2004, hlm 24. 74 Ibid., hlm 25. 42 43 Universitas Sumatera Utara Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat RIS. Berkaitan dengan masalah perbankan, pada saat tersebut utusan Pemerintah Indonesia mengalami kesulitan untuk mengusahakan agar Bank Negara Indonesia yang telah didirikan sejak tahun 1946 ditetapkan sebagai bank sentral RIS, sehingga Pemerintah Indonesia terpaksa menerima De Javasche Bank sebagai Bank Sentral. Dalam perkembangannya, pada tanggal 6 Desember 1951 dikeluarkan undang-undang nasionalisasi De Javasche Bank. 75 Pada 1 Juli 1953 dikeluarkan UU No. 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet Tahun 1922. Mulai saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama Bank Indonesia. Sejak keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral hingga tahun 1968, tugas pokok Bank Indonesia selain menjaga stabilitas moneter, mengedarkan uang, dan mengembangkan sistem perbankan, juga masih tetap melaksanakan beberapa fungsi sebagaimana dilakukan oleh bank komersial. Namun demikian, tanggung jawab kebijakan moneter berada di tangan Pemerintah melalui pembentukan Dewan Moneter yang tugasnya menentukan kebijakan moneter yang harus dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Selain itu, Dewan Moneter juga bertugas memberikan petunjuk kepada Direksi Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai mata uang dan memajukan perkembangan perkreditan dan perbankan. Kesemuanya ini, mencerminkan bahwa kedudukan Bank Indonesia pada periode tersebut masih merupakan bagian dari Pemerintah. 76 75 Ibid., hal 25. 76 Ibid., hal 25 Universitas Sumatera Utara Pada masa Orde Baru, Pemerintah mengeluarkan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, yang menetapkan Bank Indonesia sebagai bank sentral dengan misi sebagai agen pembangunan dan juga bertugas sebagai kasir Pemerintah dan bankers’ bank . Misi sebagai agen pembangunan tercermin pada tugas pokoknya, yaitu pertama mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah, dan kedua mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. 77 Selanjutnya, setelah Indonesia mengalami badai krisis ekonomi dan moneter sepanjang tahun 1997-1998, Pemerintah memberlakukan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengukuhkan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia yang independen. UU No. 23 Tahun 1999 mengalami dua kali amandemen, yaitu dengan UU No. 3 Tahun 2004 dan terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009. Amandemen yang terakhir ini khusus terkait dengan penyempurnaan fungsi Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort LoLR. Berdasarkan UU ini, Dewan Moneter sebagai lembaga pembuat kebijakan yang berperan merumuskan kebijakan moneter masih tetap dipertahankan. Pengaturan kelembagaan Bank Indonesia dalam konstitusi negara Republik Indonesia, sampai dengan amandemen ketiga UUD 1945 belum diatur dalam batang tubuhnya, melainkan hanya dalam penjelasan pasal 23 dan pengaturan kedudukan Bank Indonesia diserahkan kepada undang-undang. Barulah pada amandemen keempat yang diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat 77 Pasal 7 UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Universitas Sumatera Utara tanggal 10 Agustus 2002 pengaturan kelembagaan Bank Indonesia dimasukkan ke dalam batang tubuh UUD 1945, yaitu dalam Pasal 23D, yang berbunyi sebagai berikut : “Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang”. Penetapan status kelembagaan Bank Indonesia dalam batang tubuh UUD 1945 akan memberikan perlindungan konstitusi terhadap independensi Bank Indonesia. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi ketidaksesuaian pandangan antara bank sentral dan pemerintah yang dapat menempatkan bank sentral dalam posisi yang sulit karena ketidaksinambungan kedudukan dalam tatanan kenegaraan yang bersumber dari aturan konstitusi. Selain itu, hal ini juga untuk menjamin kepastian hukum dalam mengantisipasi timbulnya pemikiran untuk membubarkan bank sentral dan menggantinya dengan bentuk lembaga keuangan lainnya di luar bank sentral. 78 Dengan dicantumkannya kelembagaan Bank Indonesia dalam batang tumbuh UUD 1945, sebagaimana halnya Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan, maka status Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen menjadi jelas dan kuat dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai bank sentral Republik Indonesia. Dengan dicantumkannya status Bank Indonesia dalam batang tubuh UUD 1945, maka Bank Indonesia sebagai bank sentral telah ditentukan oleh norma dasar yang berlaku di Indonesia, dimana norma dasar dianggap sebagai titik awal sebuah 78 Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia Periode VI : 2000-2003, buku 6 Jakarta : Unit Khusus Museum Bank Indonesia, Bank Indonesia, 2010, hlm 84. Universitas Sumatera Utara prosedur, yaitu prosedur pembuatan hukum positif. Untuk itu, semua ketentuan yang mengatur kewenangan suatu badan yang sama dengan kewenangan Bank Indonesia dapat dipertanyakan validitas atau keabsahannya sesuai dengan norma dasar yang berlaku. 79

2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia