UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS XII SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011
commit to user
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING
PADA SISWA KELAS XII SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:RISAL ARIYANTO K7406135
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user ii
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING
PADA SISWA KELAS XII SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
RISAL ARIYANTO K7406135
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
(3)
commit to user iii
(4)
commit to user iv
(5)
commit to user v
(6)
commit to user vi
ABSTRAK
RISAL ARIYANTO. K7406135. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS XII SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran dengan metode Student Fasilitator And Explainig dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi di kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas XII Akuntansi 1 SMK Kristen 1 Surakarta yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian simulasi terlebih dahulu oleh peneliti kepada guru kelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur, observasi, dokumentasi, dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) identifikasi masalah, (2) persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan selama 3 x 45 menit.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Student Fasilitator And Explainig dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi (baik proses maupun hasil). Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Pemahaman materi oleh siswa meningkat dari 72% atau 18 siswa pada silkus I menjadi 80% atau 20 siswa pada siklus II, (2) Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat yang semula 84% atau 25 siswa pada siklus I menjadi 96% atau sebanyak 24 siswa, (3) Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa yang berkelakuan baik dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari 80% atau 20 siswa pada siklus I menjadi 92% atau 23 siswa pada siklus II, (4) Peningkatan
(7)
commit to user vii
jumlah siswa yang rajin dan disiplin dari 20 siswa pada siklus I menjadi 24 siswa pada siklus II, (5) Pada siklus I kerapian siswa dalam proses pembelajaran sebanyak 80% atau 20 siswa menjadi 92% atau 23 siswa pada siklus II, (6) Keaktifan siswa meningkat ditunjukkan dengan keterampilan bertanya dari 68% atau 17 siswa pada siklus I menjadi 84% atau 21 siswa pada siklus II dan keterampilan menjawab siswa pada siklus I sebanyak 80% atau 20 siswa menjadi 84% atau 21 siswa pada siklus II, (7) Motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar pada siklus I sebanyak 68% atau 17 siswa dan pada siklus II menjadi 76% atau 19 siswa, (8) Adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 84% atau 21 siswa dengan KKM 75 pada siklus I menjadi 96% atau 24 siswa dengan KKM 80 pada siklus II.
Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan metode student fasilitator and expliaing dalam pembelajaran, (2) Guru membuat inovasi baru dalam menyampaikan pelajaran akuntansi, yaitu dengan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, (3) Guru terus memotivasi siswa dalam belajar melalui pelaksanaan diskusi dan presentasi sehingga siswa lebih menguasai materi dan tidak malu atau ragu untuk maju ke depan kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Student Fasilitator And Expliaing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi baik dari segi proses maupun hasil.
(8)
commit to user viii
MOTTO
Ibu, tanpamu tiada mungkin aku ada Karena kaulah aku lahir kedunia Masa kecilku yang begitu ceria Tanpa kusadari darimana asalnya
Kasih sayangmu menghidupkan aku Cucuran keringatmu membesarkan aku Belai lembutmu memanjakanku
Kata-kata nasihatmu menuntun jalanku
Kapankah saatnya tiba dirimu kembali bahagia
Besar harapan kupersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kulantunkan doa yang tiada batasnya, untuk kepulihanmu disana Karena aku rindu hadirmu didalam keluarga
Senyummu, candamu, semangatmu, raut wajahmu Selalu menghiasi jiwa dan hatiku
Jam telah berganti hari, haripun berganti bulan
Ingin rasanya aku segera pulang dan menangis dalam pelukan Kuingin merawatmu, menjagamu, membahagiakanmu
Menemanimu dalam menyusuri sisa hidupmu Bertahanlah oh ibu, aku akan slalu disampingmu Karena Tuhan selalu menyertaimu
”Ada tangis ada tawa, ada suka ada duka, ada susah ada bahagia”
”Segala sesuatu sudah disediakan oleh-Nya tinggal bagaimana kita menghadapinya”
”Orang yang sering menatap kebelakang susah untuk maju, maka tataplah kedepan tapi jangan lupa dengan yang dibelakang.”
”Janganlah malu untuk maju, tetapi malulah kau karena tidak maju”
(9)
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :
- Ibu dan Bapak tersayang yang telah memberikan doa restu, kasih sayang, dan nasehatnya. (cepat sembuh ibu...)
- Saudara-saudaraku yang mendukung dan memfasilitasi penelitianku.
- Ibu Sri Witurachmi, Pak Ngadiman, terima kasih atas bimbingan, kesabaran, dan semangatnya.
- Sahabat-sahabatku Burhan, Bayu, Ian, Murry, Dodo, Putri, Hafid, Tonang, Wawan, Rosyid thanks for all.
- Teman-teman Pendidikan Ekonomi kelas C 2006
- Teman-teman Akuntansi 2006 yang tidak bisa tertulis semua terima kasih.
- Almamater UNS.
- Kakak-kakak dan teman-teman kost mandiri.
(10)
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan kehendak-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana.
4. Dra. Sri Witurachmi. M.M, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Drs. Ngadiman, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik dan sabar.
6. Dra. Sri Haryanti, M.M, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta, yang telah banyak memberikan ijin kepada penulis untuk menyusunan skripsi ini.
7. Dra. Dwi Ruswantini, selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang memberikan informasi dan ilmu serta senantiasa memotivasi penulis dengan penuh kesabaran.
8. Dra. Nunik Heriyanti, selaku guru pamong yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.
9. Guru, karyawan, dan siswa-siswa XII Akuntansi 1 yang telah banyak memberikan bantuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak, Ibu, dan adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moral maupun spiritual, dan kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
(11)
commit to user xi
11.Teman-teman satu perjuangan Burhan, Bayu, Ian, Murry, Dodo, Putri, Hafid, Wawan, Tonang, Hasan, Rosyid dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk kedepan akan penulis terima dengan penuh rasa terima kasih. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, November 2010
(12)
commit to user xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Hakikat Belajar ... 8
a. Pengertian Belajar ... 8
b. Pengertian Kualitas Pembelajaran ... 9
2. Hakikat Pembelajaran Akuntansi ... 18
a. Pengertian Pembelajaran ... 18
b. Pengertian Akuntansi ... 18
(13)
commit to user xiii
a. Model Pembelajaran ... 20
b. Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining. 21 c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining ... 22
B. Penelitian Yang Relevan ... 24
C. Kerangka Pemikiran ... 25
D. Hipotesis Tindakan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 29
C. Pendekatan Penelitian ... 30
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 33
E. Prosedur Penelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta ... 42
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46
1. Siklus I ... 46
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 46
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 50
c. Observasi dan Interpretasi ... 53
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 57
2. Siklus II ... 59
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 59
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62
c. Observasi dan Interpretasi ... 66
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 70
D. Pembahasan ... 71
(14)
commit to user xiv
A. Simpulan ... 78
B. Implikasi ... 79
C. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 85
(15)
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran 11
Bagan 1. Tugas-Tugas Guru 12
Gambar 2. Pola Interaksi Guru Dan Anak Didik 21
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir 27
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas 31
Gambar 5. Grafik Aspek Kognitif 74
Gambar 6. Grafik Aspek Afektif 75
Gambar 7. Grafik Aspek Psikomotor 75
(16)
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian 29 Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa 35
Tabel 3. Hasil Ulangan Akhir Siswa 46
Tabel 4. Persentase capaian siswa pada Siklus I 56 Tabel 5. Hasil Ulangan Harian Akhir Siklus I 56 Tabel 6. Persentase capaian siswa pada Siklus II 69 Tabel 7. Hasil Ulangan Harian Akhir Siklus II 69
(17)
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Survei Awal 86
Catatan Lapangan 1 87
Daftar Nama Siswa 89
Daftar Nilai Survei Awal Siswa 90
Siklus I 91
Catatan Lapangan 2 92
RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) 96
Soal Latihan Siklus I 100
Kunci Jawaban Soal Latihan Siklus I 101
Soal Evaluasi Siklus I 105
Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I 106
Daftar Nilai Siswa Evaluasi Siklus I 110
Daftar Nilai Pemahaman Siswa 111
Daftar Nilai Kognitif Siswa 112
Daftar Nilai Afektif Siswa 113
Daftar Nilai Psikomotor Siswa 114
Gambar 1. Guru menjelaskan materi 115
Gambar 2. Siswa mendiskusikan materi 115
Gambar 3. Siswa mempresentasikan materi 116
Gambar 4. Evaluasi siklus I 116
Siklus II 117
Catatan Lapangan 3 118
RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) 122
Soal Latihan Siklus II 126
Kunci Jawaban Soal Latihan Siklus II 128
Soal Evaluasi Siklus II 130
Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II 133
(18)
commit to user xviii
Daftar Nilai Pemahaman Materi 138
Daftar Nilai Kognitif Siswa 139
Daftar Nilai Afektif Siswa 140
Daftar Nilai Psikomotor Siswa 141
Gambar 1. Guru menjelaskan materi Siklus II 142 Gambar 2. Siswa mendiskusikan materi Siklus II 142 Gambar 3. Siswa mempresentasikan materi Siklus II 143
(19)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin cepat dan canggih yang didorong oleh arus gobalisasi yang semakin meluas. Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan, guru diharapkan mampu mengambil keputusan baik ketika merencanakan maupun melaksanakan kegiatan pembelajaran, termasuk pemecahan masalah yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran dan secara kreatif memunculkan gagasan dan motivasi baru untuk meningkatkan mutu / kualitas pembelajaran.
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia yang utuh dan mandiri sesuai dengan tujuan nasional sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4. Wujud perhatian Pemerintah Indonesia terhadap pendidikan tersusun dalam Undang-Undang Republik Indonesia, nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dalam Bab II pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Dalam proses belajar mengajar banyak faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi dan kompetensi belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2005: 144), faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Kedua faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) Ketiga Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
(20)
commit to user
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti ketika Kegiatan Belajar Pembelajaran (KBM) berlangsung di kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2. Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering
meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum atau kurang paham,
3. Keaktifan siswa ketika mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang,
4. Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, 5. Gaya bahasa yang digunakan guru dalam menyampaikan materi susah
untuk dipahami.
6. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa.
Kurangnya minat belajar dan motivasi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan semangat belajar siswa berasal dari dalam maupun dari luar siswa. Dalam diri siswa terdapat hal-hal yang menyebabkan siswa malas dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti jenuh dan merasa bosan terhadap proses pembelajaran. Siswa malas dan bosan disebabkan karena proses pembelajaran yang monoton dan kurang menantang kreatifitas siswa. Permasalahan siswa yang dibawa hingga ke sekolah juga mempengaruhi semangat dan motivasi belajar siswa.
Faktor dari luar siswa adalah cara dan metode pembelajaran yang diberikan guru bersifat monoton dan kurang menantang. Proses pembelajaran yang bersifat monoton dapat menghambat dan mematikan kreatifitas peserta didik. Pada umumnya guru enggan menggunakan metode pembelajaran yang bervarasi. Padahal penggunaan metode yang bervariasi sangat penting agar siswa tidak merasa bosan, jenuh, kurang termotivasi dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal inilah yang dapat mengakibatkan ketidak berhasilan proses pembelajaran dan hasil yang dicapai siswa kurang maksimal.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa menuntut profesioalitas guru untuk memecahkan permasalahan tersebut dalam proses pembelajaran. Menurut
(21)
commit to user
Depdikbud dan Johson dalam Martinis Yamin (2006:21), unjuk kerja guru mencakup tiga aspek yaitu : kemampuan profesional, kemampuan sosial dan kemampuan personal. Pembelajaran merupakan suatu proses memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar. Pembelajaran berbeda dari pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. ( Puji Santosa, dkk 2005. 5, 18 ).
Akuntansi merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peran penting dalam pendidikan dan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sebagian siswa materi akuntansi dianggap sebagai materi yang cukup sulit. Belajar akuntansi pada dasarnya merupakan belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar akuntansi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Pembelajaran akuntansi harus dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum ke hal-hal yang lebih khusus dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep. Suatu konsep harus diajarkan dan dikuasai lebih dulu jika konsep itu diperlukan pada pembelajaran konsep berikutnya. Untuk meningkatkan pemahaman konsep itu diperlukan latihan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan konsep tesebut. Ini berarti guru dituntut untuk menerapkan suatu metode pengajaran yang tepat agar mampu menumbuhkan minat siswa dalam belajar, sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai secara maksimal.
Pada proses pembelajaran Akuntansi kelas XII SMK Kristen 1 Surakarta, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Terlihat pula siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketika ditanya guru, tidak ada siswa yang berani mencoba untuk menjawab kalau belum ditunjuk. Banyak siswa yang pasif dan hanya beberapa siswa saja yang aktif. Berdasarkan analisis butir soal MID semester materi mengelola dana kas kecil ketika siswa berada di kelas XI Akuntansi 1 SMK Kristen 1 Surakarta, secara klasikal tingkat ketuntasan yang dicapai siswa XI Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dalam mata pelajaran akuntansi sebesar 53,8 % dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 72. Hal ini dapat dilihat dalam lampiran analisis butir soal materi memproses dokumen dana kas kecil dimana dari 26 siswa hanya terdapat 14 siswa yang mendapat nilai diatas 72 dan terdapat 12 siswa dengan nilai dibawah 72.
(22)
commit to user
Hasil belajar siswa dalam pelajaran akuntansi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga macam sesuai dengan tujuna pembelajaran akuntansi, yaitu kecakapan akademic (academic skill), kecakapan sosial (social skill), dan kecakapan personal (personal skill). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis di SMK Kristen 1 Surakarta dengan responden 3 guru akuntansi menunjukkan bahwa keberhasilan program pembelajaran akuntansi hanya didasarkan pada penilaian hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi tehadap kualitas pembelajaran akuntansi kurang mendapat perhatian. Penilaian hasil belajar akuntansi lebih terfokus pada aspek kecakapan akademik, kurang memperhatikan kecakapan sosial.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan proses pembelajaran tersebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka peneliti melakukan refleksi dan bekerja sama dengan guru mata pelajaran serta berkonsultasi dengan dosen pembimbing didalam mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah tersebut, maka hasil diskusi dapat diidentifikasi bahwa faktor penyebab terjadinya beberapa masalah pembelajaran diatas adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata prestasi belajar siswa materi memproses dokumen dana kas kecil pada mata pelajaran akuntansi ketika di kelas XI Akuntansi 1 masih rendah. 2. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru didominasi dengan model
pembelajaran konvensional yang kurang memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
3. Siswa kurang antusias dan kurang percaya diri serta kurang berminat terhadap mata pelajaran akuntansi karena mata pelajaran akuntansi dirasa kurang menarik, sehingga mereka mudah bosan dan sering berbicara sendiri ketika guru sedang mengajar.
4. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang maksimal, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran akuntansi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari analisis butir soal mid
(23)
commit to user
semeter mata perlajaran akuntansi materi memproses dokumen dana kas kecil kelas XI akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta.
5. Model pembelajaran Student Fasilitator And Explaining diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengn tolok ukur motivasi bealajar sisawa ,keaktifan siswa dan prestasi siswa pada mata pelajaran akuntansi.
Untuk mengantisipasi permasalahan yang tersebut diatas, perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar akuntansi. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Student Fasilitator and Explaining.
Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa, guru menjelaskan semua materi yang disajikan pada saat itu dan penutup.
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi melalui metode student facilitator and explaining pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta. Dalam pelaksanaannya diperlukan guru pamong dan konsultasi dengan pembimbing agar proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru akuntansi untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran akutansi yang menerapkan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam rangka meningkatkan kualitas
(24)
commit to user
pembelajaran. Agar pelaksanaan metode ini berjalan sesuai yang diharapkan, maka keterlibatan guru dalam membimbing dan mengarahkan sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai direncanakan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judu “Upaya Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining Pada Siswa Kelas XII SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu:
Apakah penerapan metode Student Fasilitaor And Explaining dapat meningkatkan kualitas pembelajaranan akuntansi Kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dilihat dari motivasi, interaksi, keaktifan dan prestasi siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran Student Fasilitaor And Explaining terhadap peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi siswa Kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, baik manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis :
a. Secara teoritis untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan mutu pembelajaran akuntansi pada jenjang Sekolah Menengah Atas.
(25)
commit to user
b. Sebagai acuan bagi peneliti yang akan datang. 2. Manfaat Praktis :
a. Bagi Siswa :
Siswa dapat secara mudah memahami dan menguasai konsep serta mampu menyerap dan memecahkan soal pada pelajaran akuntansi. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran akuntansi sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar akuntansi.
Meningkatkan hasil belajar siswa.
Memotivasi siswa untuk senang belajar mandiri baik secara individual maupun kelompok serta lebih giat belajar.
b. Bagi Guru :
Membantu para guru dalam mengajar mata pelajaran akuntansi dengan penerapan berbagai metode sehingga membuat suasana tidak jenuh dan membosankan.
Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode student fasilitator and explaining.
Mendororng para guru agar dapat mengadakan modifikasi pembelajaran yang menciptakan suasana aktif, efektif dan menyenangkan.
c. Bagi Sekolah :
Sebagai masukan atau informasi penggunaan metode alternatif yang sesuai dengan bidang mata pelajaran dan kondisi siswa. Mewujudkan tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah. Meningkatkan mutu dan prestasi sekolah.
(26)
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju kepribadian seutuhnya. Belajar adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Sedangkan menurut Morgan, ”learning is any relatively permanent change in behaviour that is result of past experience”. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro (Dinn Wahyudin. 2007:37) mengemukakan tiga prinsip pembelajaran yaitu ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri). Sedangkan Gagne dalam Udin.S. Winataputra (2008:30) mendiskripsikan belajar secara formal yaitu seperangkat proses kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperolaeh kapasitas yang baru.
Seperti dikutip dalam Udin.S. Winataputra (2008:5), Bell-Gredler menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies (kompetensi), skill (keterampilan), and attitudes (sikap). Kemampuan, keterampilan dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui serangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar tersebut dilakukan dalam bentuk pendidikan formal maupun informal / nonformal.
(27)
commit to user
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa (Muhibbin Syah, 2008: 150). Vernon A Madnesen (1983) san Peter Sheal (1989) dalam jurnal Drs. H. Erman Suherman, M.Pd mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara belajar. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan / mengkomunikasikan mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%. Dari uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tepai harus dengan hands-on, minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan melalui segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar yang mengakibatkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
b. Pengertian Kualitas Pembelajran
Undang-undang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat (1) mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu menumbuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembalajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan
(28)
commit to user
informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk didalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang berjalan maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyususn program yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar serta menguasai kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar (Mulyasa,2002) Partisipasi aktif siswa diantaranya: aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat (Semiawan,1986) dalam Laela Nurfitria:55 dengan judul MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA KONSEP LINGKUNGAN MELALUI PENDEKATAN SETS DENGAN MODEL PBI DI SMA MASEHI 1 PSAK SEMARANG.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (Eko Puto Widyoko :8) mutu pendidikan dilihat dari empat aspek perspektif, yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi belajar, dan dampak atau utilitas lulusan. Dengan demikan, kebiasaan menilai mutu proses pembelajaran hanya dengan melihat dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat. Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk bukanlah suatu masalah, melainkan gejala atau indikator adanaya masalah. Disebut bukan masalah karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, stategi manajemen sekolah macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa ang harus dikemas agar siswa tahu bagaimana memecahkan masalahnya sendiri. ( jurnal Dr. S. Eko Putro Widoyoko).
Menurut Cox (2006 : 8) dalam jurnal Dr. S. Eko Putro Widoyoko mengemukakan bahwa kualitas program pembelajaran tergantung pada sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan personal yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu guru dan siswa.
(29)
commit to user
Kualitas pembelajaran merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi kualitas interaksi antar guru dengan siswa yang terjadi dalam tempat pembelajaran (ruang kelas) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi tersebut melibatkan guru dan siswa yang dilakukan dalam lingkungan tertntu dengan dukungan sarana dan prasarana tertentu.
Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendidikan. Antara pendidik dan peserta didik terikat oleh suatu tata nilai terpola yang menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi yang diperankan. Semenjak penyusunan perencanaan pengajaran sampai kepada evaluasi pengajaran telah melibatkan proses hubungan timbal balik antara guru dan murid baik secara langsung maupun tidak langsung demi mencapai tujuan kegiatan. Ciri khas tujuan tersebut mengindikasikan bahwa iklim dan orientasi tugas belajar-mengajar selalu mengupayakan terjalinnya transformasi nilai substansi pendidikan agar sampai pada level pemahaman para murid dengan indikasi terpenuhinya kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Kualitas pembelajaran akan tergantung dan dipengaruhi oleh : guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran, lingkungan kelas dan iklim kelas, konteks dan lain-lain. Hal tersebut dapat terlihat dalam gambar berikut :
Gambar 1. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran
Guru Fasilitas
Lingkungan Kurikulum
Lain-lain Konteks
Sarana Siswa
Kualitas Metode
(30)
commit to user Guru dan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, orang selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar subjek didik. Di dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat penting. Untuk dapat diharapkannya hasil maksimal dari perannya, perlu mencermati perilaku guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana. Keenam unsur ini berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur-unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.
Bagan 1 : Tugas-tugas Guru Menurut Uzer Usman, 2000 ( jurnal hubungan guru dan murid )
Tugas Guru
Profesi
Melatih Mendidik
Mengajar
Meneruskan & mengembangkan nilai-niai hidup
Meneruskan & mengembangkan ilmu pengetahuan & teknilogi
Mengembangkan keterampilan dan pengembangannya
Kemanusiaan
Menjadi orang tua
Autoidentifikasi Auto pengertian :
Homoludens Homopuber homosapiens Transformasi diri
Kemasyarakatan
Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara yang bermoral pancasila
(31)
commit to user
Guru adalah manusia. Manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan itulah terlahir situasi pembelajaran yang unik. Selain itu kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai dengan waktu seorang guru bekerja. Situasi pembelajaran yang tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Oleh karena itu unsur “waktu”
dalam bagian ini akan lebih tepat jika diperluas menjadi unsur “konteks”
Proses pembelajaran yang ideal tentunya memiliki keseimbangan antara materi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya dibandingkan dengan waktu yang tersedia, dan kompetensi yang harus dicapai. Begitu juga, waktu yang tersedia seyogyanya mampu mengakomodasikan penyajian materi pembelajaran yang sistematis dan kontekstual, serta mengakomodasi partisipasi aktif siswa secara maksimal. Di samping itu, proses pembelajaran yang ideal tentu akan dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni, misalnya melalui pengintegrasian informasi-informasi terkini sebagai bagian dari materi pembelajaran.
Kelompok siswa yang menjadi subyek didik juga memberi pengaruh optimalnya pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang berbeda, akan tercipta suasana kelas yang berbeda pula. Respon yang berbeda antar kelompok siswa di kelas tertentu dibanding dengan kelompok siswa di kelas lain akan mempengaruhi pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kualitas pembelajaran bervariasi sesuai dengan kurikulum yang disajikan. Sebenarnya yang dimaksud dengan kurikulum bukan sekadar materi pelajaran saja tetapi juga metode, strategi, pengelolaan siswa, dan lain-lain aspek kurikulum. Disisi lain jenis dan variasi metode yang digunakan juga ikut mempengaruhi keberhasilan pengajaran
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam proses belajar-mengajar. Sebab seluruh proses, aktivitas orientasi serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan pendidikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta didik sebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat
(32)
commit to user
mutlak atas terselenggaranya suatu kegiatan pendidikan. Dengan mendasarkan pada pengertian bahwa pendidikan berarti usaha sadar dari pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas peserta didik, terkandung suatu makna bahwa proses yang dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabila tidak hadir pendidik dan peserta didik dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan. Dengan demikian terdapat interaksi edukatif atau hubungan antara penidik dan peserta didik yang tidak dapat dipisahkan. Interaksi edukatif yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi optimal yang terjalin antara pendidik dan peserta didik dapat digabarkan sebagai berikut :
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik (komunikasi multi arah)
.
Gambar 2. Pola interaksi guru dan anak didik menurut Usman 2000 (sumber : Jurnal hubungan guru dan murid)
Pengertian Prestasi Belajar
Tujuan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah untuk memperoleh hasil pembelajaran baik yang dapat dilihat dalam prestasi belajar. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto (1987:767) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
sebaik-G
A
A A
(33)
commit to user
baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan.“ Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Sutratitah Tirto Nagoro (2001: 41), Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam
periode tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 700), “Prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru”.
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai dan diakui oleh orang lain menurut kemampuan siswa melalui usaha-usaha belajar secara maksimum ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, huruf maupun kalimat yang diberikan. Prestasi belajar merupakan hasil dari penilaian siswa melalui pengukuran hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan alat penilaian yang relevan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2008 : 132), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
1). Faktor dalam adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar:
a). Kondisi Fisiologis
Berupa kondisi fisik secara umum yang mempengaruhi belajar seseorang, seperti keadaan jasmani dan kebutuhan gizi dan kondisi pancaindera. b). Kondisi Psikologis, terdiri dari :
(1). Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang besar peranannya dalam keberhasilan seseorang dalam mempelajari suatu program pendidikan.
(34)
commit to user
(2). Bakat, merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Dengan adanya bakat yang tinggi dalam suatu bidang tertentu maka kemungkinan besar akan berhasil dalam menekuni bidang tersebut.
(3). Minat, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Apabila seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik daripada seseorang yang tidak mempunyai minat dalam mempelajari sesuatu.
(4). Motivasi, merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau untuk belajar. Maka bila anak mempunyai motivasi belajar pasti ia akan berusaha dengan sungguh-sungguh dan mengerti akan pentingnya belajar.
(5). Kemampuan kognitif merupakan kemampuan menalar atau penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran yang tinggi akan memungkinkan seorang siswa dapat belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang.
(6). Emosi, dalam perkembangan kehidupan seseorang akan terbentuk tipe atau kepribadian tertentu, antara lain menjadi seorang yang emosional atau mudah marah. Keadaan emosional yang tinggi (labil), mudah tersinggung, merasa tertekan, merasa tidak aman dapat mengganggu keberhasilan anak dalam belajar.
2). Faktor luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi :
a). Faktor lingkungan, terdiri dari :
(1). Lingkungan alami, seperti : suhu, udara, kelembaban udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk di dalamnya kejadian-kejadian alam yang ada.
(2). Lingkungan sosial, misalnya hubungan antara anak dan orang tua yang harmonis, penuh perhatian, kasih sayang, akrab, saling pengertian, memungkinkan anak belajar dengan baik karena di samping
(35)
commit to user
memberikan dorongan untuk belajar orang tua akan membantu menciptakan situasi belajar yang baik.
b). Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini meliputi: (1). Kurikulum
Kurikulum sekolah yang belum mantap, sering adanya perubahan-perubahan dapat mengganggu proses belajar siswa. Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap dapat mengarahkan proses belajar siswa menjadi lebih baik.
(2). Program
Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, kegiatannya, maka dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga akan membantu siswa dalam proses belajar dan sebaliknya, atau dapat mempermudah siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikuti program tersebut.
(3). Sarana dan Fasilitas
Keadaan gedung/tempat belajar siswa, termasuk di dalam penerangan, ventilasi, tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Sarana dan fasilitas lain seperti asrama, kantin, koperasi, bursa buku yang dimiliki sekolah juga dapat memberikan kemudahan bagi para siswa.
(4). Guru / Tenaga Pengajar
Dalam proses belajar mengajar guru merupakan komponen penting terhadap keberhasilan belajar murid, terutama dalam sistem pengajaran klasikal. Maka dari itu kelengkapan jumlah guru, kemampuan, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik, akan memungkinkan murid dapat belajar secara baik. Guru membiasakan diri mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes sehingga bermanfaat bagi siswa terhadap penguasaan materi.
(36)
commit to user
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas pembelajaran merupakan mutu (nilai baik/guna) suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dipengaruhi oleh unsur-unsur belajar yang saling berkaitan erat satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Hakekat Pembelajaran Akuntansi a. Pengertian pembelajaran
Menurut Undang-undang RI No 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20 dalam Udin.S. Winata Putra (2008:1.20) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep paedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada pekembengan potensi individu sebagai peserta didik. Menurut Gagne, Briggs dan Wanger dalam Udin.S. Winata Putra (2008:1.18), ”Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning is facilited” yang artinya serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupaan serangkaian kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita (anak didik) karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan imu pengetahuan yang tinggi.
b. Pengertian akuntansi
Definisi Akuntansi menurut American Accounting Association dalam Alam.S (2004:2) mendefinisikan pengertian akuntansi sebagai “suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas
oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut”.
Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT),
(37)
commit to user
menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.” (Syafri, 2003: 4). Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang keuangan, baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi Perusahaan), pemerintah (Akuntansi Pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi Publik).
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran Akuntansi. Mata pelajaran Akuntansi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.
b. Materi Akuntansi berupa pokok-pokok bahasan dari pengertian secara umum pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan baik perusahaan jasa, dagang, maupun koperasi sampai pada analisis laporan keuangan tersebut c. Pokok-pokok bahasan tersebut diurutkan sesuai dengan sekuensial proses
akuntansi dari bukti transaksi sampai menjadi laporan keuangan. (Depdiknas, 2002: 3)
Adapun fungsi mata pelajaran akuntansi di SMK salah satunya adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Selain mempunyai fungsi, pelajaran akuntansi di SMK juga mempunyai tujuan yaitu membekali tamatan SMK dalam berbagai kompetensi dasar. Hal itu dimaksudkan agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip, dan prosedur akuntansi dengan benar sehingga dapat menerjunkan para siswa ke masyarakat dan juga memberikan manfaat bagi siswa.
Untuk mempelajari Akuntansi dibutuhkan logika berpikir kreatif dan keterampilan berhitung yang baik. Oleh karena itu dalam mempelajari Akuntansi
(38)
commit to user
tidak bisa dilakukan hanya pada saat menjelang ulangan harian atau ujian saja. Apalagi materi Akuntansi saling berurutan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Peserta didik harus berpikir secara komprehensif dan menyeluruh dalam mempelajari mata pelajaran ini.
Pada mata pelajaran Akuntansi, aspek yang dinilai dari siswa adalah aspek kognitif dan aspek afektif. Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi berlangsung dengan menggunakan berbagai macam teknik penilaian yang telah dipersiapkan dan secara berkelannjutan oleh guru. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan kemajuan belajar siswa maka pelaksanaan penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan, akurat dan konsisten dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan selanjutnya baik dalam bentuk angka, simbol maupun huruf yang diperoleh melalui berbagai instrumen penilaian.
3. Motode Student Fasilitator And Explaining a. Model Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu model tertentu yang dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga tujuan dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai secara optimal. Briggs dalam Martinis Yamin (2006: 153) menyatakan bahwa “Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan mewujudkan suatu proses, seperti: penilaian
suatu kegiatan, pembuatan media, dan evaluasi”. Jadi, Istilah model dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan suatu kegiatan.
Istilah model pembelajaran memilki makna lebih luas dari pada suatu strategi atau metode mengajar. Model pembelajaran memiliki empat ciri khas yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode mengajar tertentu, yaitu:
1) Landasan berpikir teoritis yang jelas dan masuk akal (coherent theoretical rationale).
(39)
commit to user
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakasanakan secara berhasil (required teacher behavior).
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai (required classroom structures).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang dapat digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pelajaran dan membimbing pembelajar (siswa) guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dan dapat dijadikan pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining
Dalam mengungkapkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining banyak tokoh yang menyebut metode tersebut dengan sebutan yang beraneka macam. Menurut Agus Suprijono (2009:110) diperlukan metode-metode pendukung untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif. Everyone is teacher here merupakan salah satu model pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Metode ini merupakan cara tepat untuk mendapatkan partisipasi siswa secara keseluruhan maupun individu. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan metode Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining sebagai berikut :
1). Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2). Guru menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3). Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lain, misalnya melalui bagan / peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
4). Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa.
5). Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6). Penutup.
(40)
commit to user
Sedangkan menurut Martinis Yamin (2006:163) mengatakan bahwa profesionalitas guru dapat dilihat dari pemilihan metode pembelajaran. Metode Latihan Bersama Teman merupakan salah satu metode yang dikemukakan oleh beliau. Metode Latihan Bersama Teman merupakan suatu metode pembelajaran yang meanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan pembimbing seorng siswa lain. Ia dapat memilih metode penyampaian materi yang sesuai dan disukai temannya. Setelah teman yang dilatih lulus, kemudian ia bertindak sebagai pelatih bagi teman yang lain.
Menurut Rahmad Widodo, (Web Blog) Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide / pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide / gagasan atau pendapatnya sendiri.
Kelebihan:
1). Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih memahami materi.
2). Siswa lain dapat lebih mudah menerima materi karena fasilitator menggunakan gaya bahasa sendiri sesuai dengan umur siswa.
Kekurangan:
1). Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil. 2). Banyak siswa yang kurang aktif.
3). Kegiatan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk menjaga kualitas.
Sepeti dikutip dalam jurnal international dengan judul “Student facilitators: Maximising the outcomes from tutorial casework, literature analysis and problem
solving” yang dibuat oleh Rob Sims and Peter Demediuk dikatakan bahwa :
“Students as presenters/discussion leaders”
In an effort to ensure students prepared effectively for discussion of cases, various tutors have experimented with nominating an individual or two or more individuals at random, with notice or without notice, to present or lead discussion amongst the entire group or within smaller groups. Some tutors have nominated students at random and without notice, in the belief that if
(41)
commit to user
all students know that in any class they could be called upon to lead the discussion, then all students will be motivated to do the necessary pre-reading.
However history has shown that it is a tall order to expect students to have the depth of understanding of one (sometimes more) case(s) to be able to lead a discussion at a moment's notice, when they have limited experience of leading discussion in a participatory learning environment, and are more used to simply presenting prepared answers. For many of our students, such an approach arguably creates unnecessary and unfair trauma, and in the past has even led to absenteeism. Evaluations at VUT have shown that AMA students have a clear preference for being given at least a week's notice of which journal article, case or problem they are expected to present.
Given notice, nominated students generally prepared for their allocated task but, perhaps as a consequence of their previous experiences in presenting 'answers', most seemed to perceive their role as simply to provide an answer and found it extremely frustrating if they could not quickly perceive an obvious path to 'the answer'.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa guru menyiapkan calon fasilitator yang diambil secara acak untuk dipersiapkan secara efektif sebelum memimpin diskusi. Pengambilan sacara acak dapat diberitahukan atau tidak siapakah yang akan membawakan diskusi atau menjadi presenter (discussion leaders ) dengan siswa lain aktif dan partisipatif. Dengan demikian siswa mereka akan termotivasi dan mempersiapkan diri dengan membaca dan memahami materi terlebih dahulu.
Selain hal diatas, penulis mengutip dari Rob Sims and Peter Demediuk dimana siswa dijadikan sebagai fasilitator yaitu:
“
Students as facilitators
”
Nominating students as facilitators instead of presenters may seem a semantic change, but it is part of a strategy to try to increase the quality of preparation and participation by all students.
We were trying to change the way students prepared for discussion of cases and problems. Despite repeated efforts by staff, students still tended to think that the role of the presenter was to provide 'the answer' to the other students so that non-presenters felt little obligation to do any serious preparation for tutorials.
At the start of the semester there is a long discussion on the role of the facilitator(s) nominated for each journal article, case or problem, and on the roles expected of the other students. Facilitators are given some guidelines and hints on suggested approaches and constantly reminded that their role is not to just provide an answer. They are to manage a discussion,
(42)
commit to user
selecting the important issues and preparing key questions around which to structure a discussion.
In each session teaching staff need to focus not just on the content and whether key points are being adequately covered, but also on making sure students reflect on the way the process is being managed by the facilitator, highlighting and reinforcing good approaches and tactfully pointing out where approaches are not working as well and why.
Dengan mencalonkan siswa sebagai fasilitator akan membuat siswa lebih percaya diri dan mempersiapkan materi serta mendalaminya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Fasilitator diberi petunjuk, isyarat dan pendekatan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan temanya. Fasilitator bukan hanya bertugas sebagai penjawab pertanyaan saja, namun peran fasilitator disini lebih kepada proses penyampaian materi dan mengatur jalannya diskusi atau proses pembelajaran. Disini tugas guru meyakinkan siswa lain tentang yang disampaikan fasilitator denga memberikan penguatan terhadap pendekatan yang disampaikan fasilitator dan mengamati sekaligus sebagai pengarah proses pembelajaran agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran itu sendiri.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Yeni Saraswati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
VIII B SMP Negeri 1 Singosari” yang menyimpulkan bahwa minat belajar
fisika siswa kelas VIII B mengalami peningkatan nilai rata-rata yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89. Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan sebesar 66, pada siklus I meningkat sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87. Keterlaksanaan pembelajaran model student facilitator and explaining (SFAE) pada siklus I mencapai prosentase sebesar 73% dan pada siklus II meningkat sebesar 91%..
2. Musriah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(43)
commit to user
MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII di SMP Negeri 2 Grobogan)” yang menyimpulkan bahwa keaktifan siswa meningkat dengan penerapan metode pembelajaran student fasilitator and explaining dibandingkan dengan siswa yang metode konvensional.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Siswa belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan melalui segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar yang mengakibatkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran Akuntansi di kelas XII SMK Kristen 1 Surakarta berlangsung monoton dimana dalam proses belajar mengajar didominasi oleh ceramah sehingga siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang aktif dan kreatif, serta kurang menguasai kompetensi yang diharapkan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran akuntansi di SMK Kristen 1 Surakarta adalah kurangnya perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang menghindar mengerjakan tugas dan tidak fokus mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman mereka sangat kurang. Hal ini menjadi permasalahan bagi guru dalam membangkitkan minat, motivasi belajar, keaktifan, dan prestasi siswa serta upaya meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pemilihan model pebelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang dapat digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pelajaran dan membimbing pembelajar (siswa) guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dan dapat dijadikan pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Peneliti menawarkan metode pembelajaran Student Fasilitator And
(44)
commit to user
Explaining agar suasana belajar yang lebih hidup (kondusif) dan dapat memberikan motivasi baru bagi siswa dalam pembelajaran akuntansi keuangan.
Dengan menerapkan metode pembelajaran Student Fasilitator And Explaining diharapkan kualitas pembelajaran dapat meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat diukur dengan berbagai macam indikator. Namun peneliti membatasi beberapa indikator yang dapat menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran. Yang pertama adalah suasana kelas hidup yaitu proses pembelajaran tidak didominasi oleh guru dengan ceramah namun ada hubungan timbal-balik antar guru dengan murid. Kedua adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar yaitu lebih aktif bertanya apabila kurang paham dan lebih aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru maupun teman yang kurang tahu. Ketiga adalah motivasi siswa dalam belajar meningkat, hal ini dapat dilihat dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dimana mereka dapat belajar terlebih dahulu sebelum pembelajaran dilaksanakan. Siswa dapat mempelajari materi yang akan disampaikan dirumah atau ditempat lain yang mendukung untuk belajar. Keempat adalah pemahaman materi lebih dikuasai oleh siswa, karena siswa telah belajar terlebih dahulu sehingga ketika pembelajaran berlangsung tinggal memperdalam hal-hal yang kurang mereka pahami. Dan yang kelima adalah prestasi belajar meningkat karena siswa telah siap dan menguasai materi yang diberikan, kelima indikator tersebut saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran, siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Kerangka berpikir ini digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu “Upaya Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Dengan Model Student Fasilitator And Explaining Pada Siswa Kelas XII SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
(45)
commit to user ( indikator )
Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan serta kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
”Penerapan Metode Student Fasilitator And Explaining dapat Meningkatkan Kualitas Belajar Akuntansi Kelas XII SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
Siswa pasif, kurang aktif, kurang mememahami materi, jenuh, dan kurang termotivasi
Student Fasilitator And
Explaining Proses
pembelajaran yang monoton dan kurang menantang
kreativitas dan motivasi siswa
Siswa
Kualitas pembelajaran meningkat
Pemahan materi meningkat Keaktifan siswa
meningkat
Prestasi belajar miningkat Suasana kelas hidup
Lebih termotivasi dalam belajar
(46)
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta, alasan pemilihan tempat tersebut karena peneliti berasumsi bahwa SMK Kristen 1 Surakarta memenuhi persyaratan untuk dijadikan obyek penelitian terkait dengan permasalahan yang akan diteliti antara lain :
a. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Kristen 1 Surakarta secara umum masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu didominasi oleh ceramah dan praktek.
b. Pencapaian prestasi belajar siswa belum optimal, hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa masih kesulitan di dalam memahami materi yang diberikan.
c. Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining belum pernah dijadikan obyek penelitian disekolah tersebut. `.
2. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
(47)
commit to user
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
Jenis Juli Agustus Sept Okt Nov
Kegiatan 2010 2010 2010 2010 2010
1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Judul b. Penyusunan
Proposal c. Perijinan 2. Perencanaan
Tindakan 3. Implementasi
Tindakan a. Siklus I b. Siklus II 4. Review
5. Penyusunan Laporan
B. Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah kesulitan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk memberikan motivasi dan meningkatkan pemahaman siswa guna meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi, yaitu :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian untuk diambil datanya. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar, objek penelitian tindakan kelas ini terdiri dari:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode student facilitator and explaining. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru
(48)
commit to user
menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa, guru menjelaskan semua materi yang disajikan pada saat itu dan penutup.
2. Penggunaan metode student facilitator and explaining dengan menekankan pada kualitas pembelajaran siswa.
Penilaian dilakukan dengan menilai proses dan hasil dari pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksudkan adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas. Sedangkan hasil yang ditingkatkan adalah prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam satu siklus.
C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada suatu obyek dan mengkondisikannya seperti apa adanya. Rochiati Wiriaatmadja (2008: 13) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan di lapangan yang dihadapi oleh guru dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, untuk selanjutnya dicarikan alternatif pemecahaan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terstruktur.
Hal penting dalam pelaksanaan PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan lain sampai permasalahan dapat teratasi).
Siklus pelaksanaan PTK dilakukan melaui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
(49)
commit to user Siklus I
Siklus II
Keterangan:
1) Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan perumusan masalah, peneliti kemudian mengajukan suatu solusi alternatif yang berupa penerapan model pembelajaran Student Fasilitator And Explaining.
2) Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, baik kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mata pelajaran akuntansi yang sebelumnya dirasakan belum optimal. Tindakan dalam penelitian ini berupa pembelajaran berdasarkan masalah dengan model Student Fasilitator And Explaining agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus mengajarkan para siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Tindakan I
Perencanaan Tindakan II
Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Apabila permasalahan
belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(50)
commit to user
orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana dan telah dapat mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk mengetahui pencapaian hasil tindakan. Data yang telah terkumpul kemudian diolah guna menetukan tindakan pada penelitian berikutnya.
3) Pemantauan dan Evaluasi Tindakan
Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengawasi tindakan yang terjadi di dalam kelas. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan observasi tentang proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Student Fasilitator And Explaining. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sekaligus memberikan pendampingan secara langsung kepada para siswa sebagai fasilitator manakala siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian siswa akan lebih memahami tujuan dari pelaksanaan model pembelajaran tersebut.
4) Analisis dan Refleksi Tindakan
Hasil evaluasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-langkah perbaikan apa yang bisa dilaksanakan, sehingga didapatkan suatu alternatif pemecahan untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran akuntansi.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis atau mengolah data yang telah dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau tidak, sehingga dapat ditentukan langkah selanjutnya.
Hasil dari evaluasi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut atau tindak lanjut. Pelaksanaan tindakan kelas yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam satu tindakan atau satu siklus, sehingga perlu adanya satu tindakan perbaikan lanjutan terhadap masalah yang belum terselesaikan.
(1)
commit to user
77
melihat secara langsung guru menjelaskan dan memberikan contoh secara langsung mengenai materi yang sedang dipelajrari.
5. Nilai-nilai siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor telah mencapai target yang ditetapkan.
(2)
commit to user
78
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ”penerapan metode Student Fasilitator And Explainig dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta”. Hal ini di diskripsikan sebagai berikut :
1. Proses Pembelajaran :
Dalam proses pembelajaran, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu :
a. Aspek Kognitif :
(1) Pemahaman materi oleh siswa meningkat dari 72% (18 siswa) pada silkus I menjadi 80% (20 siswa) pada siklus II.
(2) Ketuntasan hasil belajar (evaluasi) siswa juga meningkat yang semula 84% (25 siswa) pada siklus I menjadi 96% atau sebanyak 24 siswa. b. Aspek Afektif :
(1) Kelakuan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar menjadi lebih baik dimana pada siklus I 80% (20 siswa) dikatakan lolos dari standar dan pada siklus II meningkat menjadi 92% (23 siswa dari jumlah keseluruhan 25 siswa).
(2) Siswa lebih rajin dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dapat ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang dikategorikan rajin dan disiplin pada siklus I sebanyak 20 siswa (80%) dan pada siklus II meningkat menjadi 24 siswa (96%). (3) Kerapian siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan juga
mengalami peningkatan dari 80% (20 siswa) pada siklus I menjadi 92% (23 siswa) pada sikus II dari 25 siswa.
(3)
commit to user
79
c. Aspek psikomotor :
(1) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran meningkat. Keterampilan bertanya meningkat dari 68% pada siklus I menjadi 84% pada siklus II atau meningkat dari 17 siswa menjadi 21 siswa dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Sedangkan keaktifan menjawab siswa pada siklus I sebanyak 80% (20 siswa), pada siklus II naik menjadi 84% (21 siswa).
(2) Motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar juga meningkat sebesar 8% dimana pada siklus I sebanyak 68% dan pada siklus II menjadi 76%. Dari 17 siswa pada siklus I menjadi 19 siswa pada siklus II.
Namun selama proses pembelajaran berlangsung, penerapan model
pembelajaran student fasilitator and explaining menemukan beberapa
hambatan yaitu sarana dan prsarana seperti buku referensi untuk belajar siswa masih kurang dan siswa jarang memanfaatkan perpustakan untuk menggali ilmu lebih dalam, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan presentasi didepan kelas yang masih rendah, serta kurang maksimalnya peran guru dalam mengelola kelas.
2. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran dapat ditunjukkan oleh nilai evauasi siswa yang menunjukkan peningkatan dari 84% siswa yang lolos KKM 75 yaitu 21 siswa pada siklus I menjadi 24 siswa dimana KKM dinaikan menjadi 80 dengan jumlah siswa yang lolos 96%.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Penggunakan metode Student Fasilitator And Explainig dapat
(4)
commit to user
SMK Kristen 1 Surakarta. Kesimpulan hasil penelitian ini mendukung pendapat Rob Sims and Peter Demediuk, yang menyatakan bahwa memanfaatkan siswa untuk dijadikan fasilitator pada setiap pertemuan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Dengan menjadikan siswa sebagai fasilitator, siswa lebih termotivasi dan aktif untuk belajar dalam rangka mempersiapkan diri menjadi presenter. Mereka akan lebih aktif dalam kegiatan tanya jawab tanpa didasari rasa takut dan malu. Dengan memanfaatkan siswa sebagai fasilitator, materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan dipahami karena fasilitator menggunakan gaya bahasa yang sejajar dengan siswa lain.
Dengan membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran maka hasil pembelajaran akan dapat dicapai secara optimal. Dalam menentukan hasil belajar
yang dicapai siswa diperkuat oleh teori Benyamin Bloom yang
mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penilaian tiap ranah terdiri dari berbagai aspek dimana aspek satu dengan yang lain dapat saling berkaitan. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses dilihat dari aspek kognitif (pemahaman materi dan ketuntasan hasil belajar dalam evaluasi), aspek afektif (keterampilan bertanya, keterampilan menjawab dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran), serta aspek psikomotor (kelakuan dan kedisiplinan serta kerapian dalam proses belajar mengajar). Sedangkan dari hasil dapat diketahui dari nilai evaluasi akhir siswa.
2. Implikasi Praktis
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan metode Student Fasilitator And Explainig dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa yang dapat dilihat dari proses dan hasil belajar siswa yang meningkat. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bertanya maupun menjawab serta dalam presentasi didepan kelas. Karena metode Student Fasilitator And Explainig dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dari sisi proses dan hasil, seharusnya guru XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta menerapkan metode Student Fasilitator And Explainig dalam pembelajaran akuntansi. Namun demikian
(5)
commit to user
81
kenyataanya dalam pembelajaran akuntansi guru belum menggunakan metode Student Fasilitator And Explainig atau sejenisnya. Namun upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XII Akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dengan menerapkan metode Student Fasilitator And Explainig menemui beberapa hambatan antara lain sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses pembelajaran. Fasilitas pembelajaran seperti buku dan referensi yang dibutuhkan siswa kurang. Hal ini menyebabkan kelancaran proses pembelajaran menjadi terganggu.
2. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan berkomunikasi dengan siswa lain
yang masih belum maksimal. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain menjadi agak sulit, khususnya dengan anggota kelompok yang bukan dari siswa yang sudah dikenal akrab sebelumnya. Terlebih kemampuan komunikasi siswa ketika presentasi didepan kelas. 3. Siswa malas untuk membaca dan menggali ilmu diperpustakaan, mereka
cenderung menunggu perintah dari guru maupun cenderung untuk menanti penjelasan dari guru.
4. Kemampuan guru dalam mengelola kelas, khususnya dalam merangsang
siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran masih belum maksimal. Selama proses pembelajaran dapat dilihat siswa yang aktif biasanya didominasi oleh siswa tertentu.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah :
a. Lebih mengusahakan fasilitas berupa buku-buku dan sumber referensi lain yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.
(6)
commit to user
b. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha
mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
2. Bagi Guru:
a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
b. Kepada guru yang belum menerapkan metode Student Fasilitator And Explainig dapat menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran akuntansi agar pemahaman siswa menjadi lebih meningkat yang tentunya disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.
c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan
sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.
d. Guru terus memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar, diskusi dan presentasi agar siswa lebih menguasai materi yang diberikan.
3. Bagi Siswa :
a. Hendaknya dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik
terlebih ketika presentai didepan kelas dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.
c. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan membaca materi sebelum dijelaskan oleh guru ketika dikelas sehingga mereka akan semakin menguasai materi.
d. Hilangkan perasaan malu dan takut untuk presentasi didepan kelas serta memiliki motivasi internal untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.