commit to user 20
tidak bisa dilakukan hanya pada saat menjelang ulangan harian atau ujian saja. Apalagi materi Akuntansi saling berurutan dan berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Peserta didik harus berpikir secara komprehensif dan menyeluruh dalam mempelajari mata pelajaran ini.
Pada mata pelajaran Akuntansi, aspek yang dinilai dari siswa adalah aspek kognitif dan aspek afektif. Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar
mengajar mata pelajaran Akuntansi berlangsung dengan menggunakan berbagai macam teknik penilaian yang telah dipersiapkan dan secara berkelannjutan oleh
guru. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan kemajuan belajar siswa maka pelaksanaan penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan, akurat
dan konsisten dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan selanjutnya baik dalam bentuk angka, simbol maupun huruf yang diperoleh melalui berbagai instrumen
penilaian.
3. Motode Student Fasilitator And Explaining
a. Model Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu model tertentu yang dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga
tujuan dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai secara optimal. Briggs dalam Martinis Yamin 2006: 153
menyatakan bahwa “Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan mewujudkan suatu proses, seperti: penilaian
suatu kegiatan, pembuatan media, dan evaluasi”. Jadi, Istilah model dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan suatu kegiatan. Istilah model pembelajaran memilki makna lebih luas dari pada suatu
strategi atau metode mengajar. Model pembelajaran memiliki empat ciri khas yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode mengajar tertentu, yaitu:
1 Landasan berpikir teoritis yang jelas dan masuk akal coherent theoretical
rationale. 2 Tujuan pembelajaran yang akan dicapai intended learning outcome.
commit to user 21
3 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakasanakan secara berhasil required teacher behavior.
4 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai required classroom structures.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang dapat digunakan oleh guru untuk
merancang bahan-bahan pelajaran dan membimbing pembelajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran disusun
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dan dapat dijadikan pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining
Dalam mengungkapkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining banyak tokoh yang menyebut metode tersebut dengan sebutan yang
beraneka macam. Menurut Agus Suprijono 2009:110 diperlukan metode-metode pendukung untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif. Everyone is teacher
here merupakan salah satu model pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Metode ini merupakan cara tepat untuk mendapatkan partisipasi siswa
secara keseluruhan maupun individu. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Langkah-
langkah pembelajaran dalam menggunakan metode Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lain, misalnya melalui bagan peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara
bergiliran. 4. Guru menyimpulkan ide pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6. Penutup.
commit to user 22
Sedangkan menurut Martinis Yamin 2006:163 mengatakan bahwa profesionalitas guru dapat dilihat dari pemilihan metode pembelajaran. Metode
Latihan Bersama Teman merupakan salah satu metode yang dikemukakan oleh beliau. Metode Latihan Bersama Teman merupakan suatu metode pembelajaran
yang meanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan pembimbing seorng siswa lain. Ia dapat
memilih metode penyampaian materi yang sesuai dan disukai temannya. Setelah teman yang dilatih lulus, kemudian ia bertindak sebagai pelatih bagi teman yang
lain. Menurut Rahmad Widodo, Web Blog Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswapeserta didik belajar mempresentasikan ide pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide gagasan atau pendapatnya sendiri.
Kelebihan: 1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, mengeluarkan
ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih memahami materi. 2. Siswa lain dapat lebih mudah menerima materi karena fasilitator
menggunakan gaya bahasa sendiri sesuai dengan umur siswa. Kekurangan:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil. 2. Banyak siswa yang kurang aktif.
3. Kegiatan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk menjaga kualitas.
Sepeti dikutip dalam jurnal international dengan judul “Student facilitators:
Maximising the outcomes from tutorial casework, literature analysis and problem solving” yang dibuat oleh Rob Sims and Peter Demediuk dikatakan bahwa :
“Students as presentersdiscussion leaders” In an effort to ensure students prepared effectively for discussion of cases,
various tutors have experimented with nominating an individual or two or more individuals at random, with notice or without notice, to present or lead
discussion amongst the entire group or within smaller groups. Some tutors have nominated students at random and without notice, in the belief that if
commit to user 23
all students know that in any class they could be called upon to lead the discussion, then all students will be motivated to do the necessary pre-
reading. However history has shown that it is a tall order to expect students to have
the depth of understanding of one sometimes more cases to be able to lead a discussion at a moments notice, when they have limited experience of
leading discussion in a participatory learning environment, and are more used to simply presenting prepared answers. For many of our students, such
an approach arguably creates unnecessary and unfair trauma, and in the past has even led to absenteeism. Evaluations at VUT have shown that AMA
students have a clear preference for being given at least a weeks notice of which journal article, case or problem they are expected to present.
Given notice, nominated students generally prepared for their allocated task but, perhaps as a consequence of their previous experiences in presenting
answers, most seemed to perceive their role as simply to provide an answer and found it extremely frustrating if they could not quickly perceive an
obvious path to the answer. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa guru menyiapkan calon
fasilitator yang diambil secara acak untuk dipersiapkan secara efektif sebelum memimpin diskusi. Pengambilan sacara acak dapat diberitahukan atau tidak
siapakah yang akan membawakan diskusi atau menjadi presenter discussion leaders dengan siswa lain aktif dan partisipatif. Dengan demikian siswa mereka
akan termotivasi dan mempersiapkan diri dengan membaca dan memahami materi terlebih dahulu.
Selain hal diatas, penulis mengutip dari Rob Sims and Peter Demediuk dimana siswa dijadikan sebagai fasilitator yaitu:
“Students as facilitators”
Nominating students as facilitators instead of presenters may seem a semantic change, but it is part of a strategy to try to increase the quality of
preparation and participation by all students. We were trying to change the way students prepared for discussion of cases
and problems. Despite repeated efforts by staff, students still tended to think that the role of the presenter was to provide the answer to the other
students so that non-presenters felt little obligation to do any serious preparation for tutorials.
At the start of the semester there is a long discussion on the role of the facilitators nominated for each journal article, case or problem, and on
the roles expected of the other students. Facilitators are given some guidelines and hints on suggested approaches and constantly reminded that
their role is not to just provide an answer. They are to manage a discussion,
commit to user 24
selecting the important issues and preparing key questions around which to structure a discussion.
In each session teaching staff need to focus not just on the content and whether key points are being adequately covered, but also on making sure
students reflect on the way the process is being managed by the facilitator, highlighting and reinforcing good approaches and tactfully pointing out
where approaches are not working as well and why. Dengan mencalonkan siswa sebagai fasilitator akan membuat siswa lebih
percaya diri dan mempersiapkan materi serta mendalaminya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Fasilitator diberi petunjuk, isyarat dan
pendekatan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan temanya. Fasilitator bukan hanya bertugas sebagai penjawab pertanyaan saja,
namun peran fasilitator disini lebih kepada proses penyampaian materi dan mengatur jalannya diskusi atau proses pembelajaran. Disini tugas guru
meyakinkan siswa lain tentang yang disampaikan fasilitator denga memberikan penguatan terhadap pendekatan yang disampaikan fasilitator dan mengamati
sekaligus sebagai pengarah proses pembelajaran agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran itu sendiri.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Yeni Saraswati 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining SFAE untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
VIII B SMP Negeri 1 Singosari” yang menyimpulkan bahwa minat belajar fisika siswa kelas VIII B mengalami peningkatan nilai rata-rata yang cukup
baik yaitu pada siklus I sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89. Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan
sebesar 66, pada siklus I meningkat sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87. Keterlaksanaan pembelajaran model student facilitator and
explaining SFAE pada siklus I mencapai prosentase sebesar 73 dan pada siklus II meningkat sebesar 91..
2. Musriah 2009 dalam penelitiannya yang berjudul ”PENINGKATAN
KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA