83
BAB IV KEDUDUKAN PERJANJIAN ANTARA PT.INDONESIA ASAHAN
ALUMINIUM DAN PT.PUTRA TANJUNG LESTARI SETELAH PT.INALUM BERUBAH BENTUK BADAN HUKUM MENJADI BUMN
A. Sejarah PT.Indonesia Asahan Aluminium Menjadi BUMN
Tahun 1908 timbul gagasan untuk memanfaatkan Danau Toba sebagai salah satu pengolahan tenaga air karena Danau Toba merupakan danau yang terbesar di
Indonesia yang mana letaknya tinggi dan ruang akumulasinya yang besar, maka ideal sekali kemungkinan pengolahan tenaga air. Selanjutnya pada tahun 1919
pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan mengenai proyek ini. Dan pada tahun 1939, perusahaan Belanda
“Maatschappij Tot Explitatie Van de Waterkracht in de Asahan River MEWA” melalui pembangunan PLTA Sigura-
gura, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia II usah tersebut tidak dapat diteruskan.
101
Usaha untuk mendayagunakan sungai Asahan, satu-satunya sungai yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka sudah dilakukan berulang-ulang,
selama dan sesudah pendukung Jepang.
102
Tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia USSR menandatangani suatu perjanjian kerja sama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan
101
Buku 20 Tahun PT.Indonesia Asahan Aluminium.
102
Ibid.
proyek Asahan. Tetapi kondisi politik serta situasi ekonomi yang kurang menguntungkan dalam tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal.
103
Dan selanjutnya pada tahun 1968, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang menyerahkan laporan kelayakan interim tentang proyek
aluminium Asahan di Sumatra Utara dan disusul dengan laporan mengenai “Power
Development Project”, serta tahun 1970 dilanjutkan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik PUTL dengan Nippon
Koei untuk engineering service tentang perencanaan dan penyelidikan secara terperinci untuk proyek PLTA Nomor 2 dari Pengembangan Pembangunan
Asahan, laporan akhir diserahkan pada tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan Aluminium sebagai
pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. Bersamaan dengan penelitian Nippon Koei, kelompok peleburan Aluminium Jepang yang berkerjasama dengan Tokyo
Electric Power Company mengadakan studi mereka sendiri tentang kemungkinan
pembangunan sebuah pabrik peleburan Aluminium yang menggunakan tenaga listrik dari stasiun pembangkit listrik tenaga air Asahan.
104
Selanjutnya tahun 1972, Pemerintah Indonesia Menyelenggarakan suatu pelelangan untuk membangun pabrik peleburan Aluminium dan PLTA sebagai
suatu paket penanaman modal asing. Perusahaan – perusahaan Aluminium dari
Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Prancis, Italia, Swiss, Belanda, dan Autralia diundang untuk ikut tender. Namun ketika tender tersebut ditutup dalam tahun
1973, tidak satupun diantara mereka yang menyerahkan penawaranya karena
103
Ibid.
104
Ibid.
proyek ini membutuhkan suatu investasi yang besar sekali, di mana mereka memenuhi kesulitan dalam mengumpulkan dana. Setelah melalui perunding-
perundingan yang panjang, kelompok perusahaan Jepang yang terdiri dari 12 perusahaan yang dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai suatu
kesepakatan dengan Pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini, kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo
Chemical Company Ltd., Sumitomo shoji Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh Co.,Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co.,Ltd.,
showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsu Aluminium Co., Ltd., Mitsui Co., Ltd.
105
Kemudian Tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, ditandatanganilah “Perjanjian Induk antara Pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal Jepang
tersebut untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan Aluminium Asahan. Ke 12 duabelas perusahaan penanam modal Jepang ini membentuk sebuah wadah
perusahaan permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd., pada bulan Nopember 1975.
Pembangunan dan pengoperasian Proyek Asahan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 1976 di Jakarta didirikan PT.Indonesia Asahan Aluminium
PT.INALUM, suatu perusahaan patungan antara pemerintah Republik Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd.
Agar dapat menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan proyek ini, pemerintah Republik Indonesia
105
Buku PT.INALUM, Riwayat Ringkas, hal. 2.
meneluarkan KEPPRES No. 51976 tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan. Pada tanggal 20 Januari 1982,
Presiden Soeharto yang datang bersama pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan opersi tahap pertama pabrik peleburan aluminium PT.INALUM di Kuala Tanjung
dan menyebut proyek ini sebagai impian menjadi kenyataan.
106
Dan pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor perdana produksi PT.INALUM ke Jepang dan
Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor aluminium batang didunia. Perusahaan ini merupakan joint venture antara pemerintah Indonesia
dengan Jepang yang berlokasi di Sumatera utara pada 1976. Perusahaan ini bergerak dalam bidang PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pabrik
Peleburan Aluminium. Penanam modal dari pihak Jepang berasal dari 12 perusahaan penanam modal yang membentuk sebuah perusahaan dengan nama
Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd NAA Perbandingan kepemilikan saham antara pemerintah Indonesia dan PT Nippon Asahan Aluminium pada saat
perusahaan didirikan adalah 10 dengan 90. Komposisi kepemilikan saham tersebut mengalami beberapa kali perubahan, dan sejak 10 Februari 1998
perbandingan kepemilikan saham menjadi 41,12 untuk pemerintah Indonesia, dan 58,88 untuk PT Nippon Asahan Alumunium NAA.
107
Tahap proses akuisisi PT Inalum pemerintah Indonesia sempat mengalami masalah, yaitu terkait perbedaan nilai buku antara Indonesia-Jepang hingga saat ini.
Menurut NAA, nilai buku Inalum hingga Maret 2013 mencapai US 626,1 juta.
106
Bisuk Sihaan, Kenangan Membangun Proyek Asahan Raksasa Asahan, Jakarta : Sinar Harapan, 1986 hal. 82.
107
Nasionalisasi PT.INALUM oleh Pemerintah Indonesia, bem.feb.ugm.ac.id.nasionalisasi-PT-INALUM -oleh -pemerintah- Indonesia
Diakses pada tanggal 7 April 2015.
Angka ini mencakup nilai aset, inventaris, pembangkit listrik dan smelter. Namun, menurut pemerintah Indonesia, berdasarkan audit akhir Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan BPKP, nilai buku Inalum hanya sebesar US 424 juta. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kedua pihak mengadakan beberapa
pertemuan dan akhirnya menyepakati angka pengakuisisian PT Inalum sebesar US 556,7 tuta atau senilai Rp5,5 triliun . Di samping itu, kedua pihak juga
bersepakat, jika hasil audit terhadap nilai buku Inalum berada pada angka lebih tinggi US 20 juta dari US 556 juta, atau lebih rendah US 20 juta dari US 556
juta, jalan arbitrase akan ditempuh. Termination agreement akan dilakukan pada 9 Desember 2013. Proses pengambilalihan saham sendiri butuh waktu 10 hari dan
selesai pada 19 Desember 2013.
108
Selanjutnya sejak tanggal 1 November 2013 akhirnya PT. Inalum kembali kepangkuan Pemerintah Indonesia, meskipun pada saat itu belum tercapai
kesepakatan terkait besaran biaya pengambilalihan yang harus dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada investor Jepang. Negosiasi pengambilalihan terus
diupayakan oleh pemerintah yang diwakili oleh 3 tiga Kementerian Kementerian Keuangan, BUMN, dan Perindustrian hingga akhirnya tercapai kesepakatan
penggantian besaran nilai biaya pengambilalihan yang ditandai dengan penandatanganan pengakhiran perjanjian induk antara para pihak dan RUPS
pertama pada tanggal 9 Desember 2013 serta penyerahan aset dari pihak Jepang ke Pemerintah Indonesia melalui Kementrian BUMN pada 19 Desember 2013
sehingga secara resmi status Perusahaan telah berubah menjadi Perusahaan BUMN
108
Ibid.
dan mengalami perubahan nama dan menjadi PT Indonesia Asahan Aluminium Persero.
109
Secara de facto, perubahan status PT.INALUM dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antar Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan
secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium.
PT.INALUM Persero resmi menjadi BUMNke-141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014 tentang Penetapan PT
Indonesia Asahan Aluminium sebagai Perusahaan Perseroan Persero.
110
B. Akibat Perubahan Bentuk Menjadi BUMN