21
BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG OUTSOURCING DI INDONESIA
A. Pengertian Outsourcing
Tuntutan  persaingan  dalam  era  globalisasi  dunia  usaha  yang  ketat  saat  ini maka  banyak  perusahaan  berusaha  meningkatkan  kinerja  usahanya  melalui
pengelolaan  organisasi  yang  efektif  dan  efesien.  Salah  satunya  upaya  dilakukan dengan  mempekerjakan  jumlah  tenaga  kerja  seminimal  mungkin  untuk  dapat
memberi  kontribusi  maksimal  sesuai  sasaran  perusahaan.  Untuk  itu  perusahaan berupaya  fokus  menangani  pekerjaan  yang  menjadi  bisnis  inti  core  business,
sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah “outsourcing”.
24
“Outsourcing  is  subcontracting  a  process,  such  as  product  design  or manufacturing, to a third-party company. The decision to outsource is often made
in the interest of lowering firm costs, redirecting or conserving energy directed at the competencies of a particular business, or to make efficient use of labor, capital,
technology dan resources”.
25
24
Ariswan, Seputar Tentang Tenaga Outsourcing, outsourcing-sebagai-solusi-dunia, dari http:malangnet.wordpress.com ,
Diakses pada tanggal 26 januari 2015 .
25
Defenisi Outsourcing, http:en.wikipedia.orgwikiOutsourcing, Diakses pada tanggal 12 Maret  2015.
Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu
proses bisnis kepada pihak luar perusahaan penyedia jasa  outsourcing.
26
Melalui pendelegasian,  maka  pengelolaan  tak  lagi  dilakukan  oleh  perusahaan,  melainkan
dilimpahkan  kepada perusahaan jasa outsourcing. Atau  dengan  kata  lain,  Outsourcing  atau  alih  daya  merupakan  proses
pemindahan  tanggung  jawab  tenaga  kerja  dari  perusahaan  lain  diluar  perusahaan induk.  Outsourcing  dalam  regulasi  ketenagakerjaan  bisa  hanya  mencakup  tenaga
kerja  pada  proses  pendukung  non  core  business  unit  ataupun  secara  praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing.
27
Istilah  Outsourcing  tidak  ditemukan  secara  langsung  didalam  ketentuan Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan.  Didalam  Pasal
64 Undang- Undang Nomor 13 tahun 2003 hanya dikemukakan bahwa “perusahaan
dapat  menyerahkan  sebagian  pelaksanaan  pekerjaan  kepada  perusahaan  lainya melalui  perjanjian  pemborongan  pekerjaan  atau  penyediaan  jasa  pekerjaburuh
yang dibuat seca ra tertulis”.
Berdasarkan  ketentuan  Pasal  64    tersebut,  maka  outsourcing  atau  yang disebut  dengan  perjanjian  pemborongan pekerjaan  dapat  dikatogorikan  dalam  dua
kelompok,  yaitu:  penyerahan  suatu  pekerjaan  oleh  suatu  perusahaan  kepada perusahaan lain untuk dikerjakan ditempat perusahaan lain tersebut, atau penyedia
jasa  pekerja,  yang  dipekerjakan  pada  perusahaan  lain  yang  membutuhkan.  Yang pertama  titik-beratnya  terletak  pada  produk  kebendaan,  sedangkan  yang  kedua,
orang-perorangan yang jasanya dibutuhkan.
28
26
Chandra Suwondo, Op. cit., hal. 3.
27
Ariswan, Op.cit.
28
Sehat Damanik, outsourcing dan perjanjian kerja menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
,  Jakarta : DDS Publishing, 2007  hal. 3.
Outsourcing , melalui ketentuan Pasal 64 diatas dapat dikelompokkan dalam
dua bagian, yaitu : a.
Penyerahan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain untuk dikerjakan ditempat perusahaan lain; atau
b. Penyediaan  jasa  tenaga  kerja  oleh  perusahaan  penyedia  jasa  tenaga  kerja
yang dipekerjakan pada perusahaan lain yang membutuhkan. Maka jenis dari penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yaitu dapat berupa :
1. Perjanjanjian pemborongan pekerjaan atau
2. Penyediaan jasa pekerjaburuh.
29
Perjanjian  pemborongan  pekerjaan  Pasal  65  Undang-Undang  Nomor  13 Tahun  2003  tentang  Ketenagkerjaan  merupakan  salah  satu  jenis  dari  penyerahan
sebagian  pelaksanaan  pekerjaan  kepada  perusahaan  lain,  dalam  melakukan perjanjian  pemborongan  pekerjaan  ini  disyaratkan  harus  dilaksanakan  melalui
perjanjian secara tertulis Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Secara limitative Undang-Undang Ketenagakerjaan atau UUK menetapakan bahwa  jenis  pekerjaan  yang  dapat  diserahkan  kepada  perusahaan  lain  dan
dilakukan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Pasal 65 ayat 2 UUK :
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
b. Dilakukan  dengan  perintah  langsung  atau  tidak  langsung  dari  pemberi
pekerjaan
29
Agusmidah, Dinamika dan Kajian teori Hukum ketenagakerjaan di Indonesia,  Bogor: Ghalia Indonesia, 2010 hal. 50.
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung.
30
Lebih lanjut Pasal 65 UUK mengatur sebagai berikut : a.
Perusahaan lain sebagai perusahaan pelaksana penerima sebagian pekerjaan harus berbentuk badan hukum.
b. Perlindungan  kerja  dan  syarat-syarat  kerja  bagi  pekerjaburuh  pada
perusahaan  lain  tersebut  sekurang-kurangnya  sama  dengan  perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c.
Perubahan  danatau  penambahan  syarat-syarat  penyerahan  pelaksanaan sebagian pekerjaan akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
d. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan diatur dalam perjanjian kerja
secara  tertulis  antara  perusahaan  lain  dan  pekerjaburuh  yang dipekerjakanya.
e. Hubungan kerja tersebut dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak
tertentu PKWTT atau perjanjian kerja waktu tertentu PKWT. f.
Apabila  syarat-syarat  penyerahan  pelaksanaan  sebagian  pekerjaan  tidak dipenuhi  dan  atau  jika  perusahaan  lain  selaku  penerima  pekerjaan  tidak
berbentuk  badan  hukum  maka  demi  hukum  status  hubungan  kerja pekerjaburuh  dengan  perusahaan  penerima  pemborongan  beralih  menjadi
hubungan kerja pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. g.
Hubungan kerja tersebut dapat berupa PKWTT atau PKWT.
30
Ibid, hal. 51.
Penyediaan  jasa  pekerja  buruh,  penyerahan  sebagian  pelaksanaan pekerjaan  pada  perusahaan  lain  dapat  pula  dilakukan  dengan  sistem  penyediaan
jasa  pekerjaburuh.  Jika  jenis  pertama  diistilahkan  dengan  outsourcing  pekerjaan maka jenis kedua ini dapat diistilahkan sebagai outsourcing pekerjaburuh.
Undang-Undang  Ketenagakerjaan  menetapkan  bahwa  dalam  penyerahan sebagian  pelaksanaan  pekerjaan  yang  berupa  penyedia  jasa  pekerjaburuh  harus
memenuhi  ketentuan  Pasal  66  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang Ketenagakerjaan berikut:
1. Tidak untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan
langsung dengan proses produksi, tetapi untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
2. Penyedia jasa pekerjaburuh memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Adanya hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia
jasa pekerjaburuh; b.
Perjanjian  kerja  yang  berlaku  dalam  hubungan  kerja  sebagaimana dimaksud  pada  huruf  a  adalah  perjanjian  kerja  untuk  waktu  tertentu
yang  memenuhi  persyaratan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  59 UUK danatau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara
tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c.
Perlindungan  upah  dan  kesehjahteraan,  syarat-syarat  kerja,  serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia
jasa pekerjaburuh; dan
d. Perjanjian  antara  perusahaan  pengguna  jasa  pekerjaburuh  dan
perusahaan  lain  yang  bertindak  sebagai  perusahaan  penyedia  jasa pekerjaburuh  dibuat  secara  tertulis  dan  wajib  memuat  pasal-pasal
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3.
Penyedia  jasa  pekerjaburuh  merupakan  bentuk  usaha  yang  berbadan hukum  dan  memiliki  izin  dari  instansi  yang  bertanggung  jawab  dibidang
ketenakerjaan. 4.
Apabila terjadi pelanggaran atas beberapa hal berikut: a.
Pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan inti bukan penunjang; b.
Tidak terpenuhi syrat a, b, dan d pada poin diatas; c.
Perusahaan  Penyedia  jasa  pekerjaburuh  tidak  berbadan  hukum  dan tidak  memiliki  izin  dari  instansi  yang  bertanggung  jawab  dibidang
ketenagakerjaan; Maka  demi  hukum  status  hubungan  kerja  antara  pekerjaburuh  dan
perusahaan  penyedia  jasa  pekerjaburuh  beralih  menjadi  hubungan  kerja  antara pekerjaburuh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
31
Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu
proses  bisnis  kepada  pihak  luar  perusahaan  penyedia  jasa  outsourcing.  Hal-hal yang  didelegasikan  dalam  outsourcing  adalah  suatu  fungsi  dan  proses  bisnis
tertentu untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara keseluruhan.
32
Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  outsourcing  adalah  salah  satu  hasil samping  dari  Businesss  Process  Reengineering  atau  sering  disebut  dengan  BPR.
BPR    adalah  perubahan  yang  dilakukan  secara  mendasar  oleh  satu  perusahaan
31
Ibid, hal. 55.
32
Chandra Suwondo, Op. cit., hal. 2.
dalam  pengelolaanya,  yang  bukan  sekedar  bersifat  perbaikan.  BPR  merupakan pendekatan  baru  dalam  manajemen  yang  bertujuan  meningkatkan  kinerja,  yang
sangat  berbeda  dengan  pendekatan  lama  yakni  continuous  improvement  process atau proses peningkatan berkelanjutan. Dengan menerapkan BPR secara efektif dan
efisien  memiliki  kompetensi  baru  dengan  menjual  proses  bisnis  yang  dimilikinya kepada  pihak  lain  outsource.  Bagi  perusahaan  yang  ingin  fokus  pada
pengembangan  proses  bisnisnya  dengan  menitikberatkan  pada  core  competency yang  dimiliki,  perusahaan  dapat  mengalihkan  aktivitas  non  value  added  pada
perusahaan  lain  sebagai  pihak  ketiga  yang  menyediakan  sumber  daya,  sebagai contoh: recruitment. Proses ini dapat menjadi lebih mudah dengan adanya standar
manajemen proses yang dapat memberikan kepastian pada pihak perusahaan yang memanfaatkan jasa  outsourcing.
33
BPR dilakukan untuk memberikan respons atas perkembangan  ekonomi  secara  global  serta  kemajuan  teknologi  yang  pesat,  yang
menimbulkan persaingan global secara ketat.
34
Di  bidang  ketenagakerjaan,  outsourcing  dapat  diterjemahkan  sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan
oleh  suatu  perusahaan,  melalui  perusahaan  penyediapengerah  tenaga  kerja.  Ini berarti  ada  perusahaan  yang  terlibat,  yakni  perusahaan  yang  khusus  menyeleksi,
melatih  dan  mempekerjakan  tenaga  kerja  yang  menghasilkan  suatu  produkjasa tertentu untuk kepentingan perusahaan lainya. Dengan demikian, perusahaan yang
33
Businesss Process Reengineering and Langkah Langkah Reengineering Proses Bisnis, https:vtrhiwahyu.wordpress.com20130326business-process-reengineering-and-langkah-
langkah-reengineering-proses-bisnis Diakses pada tanggal 14 maret 2015.
34
Sehat Damanik, Op. cit, hal. 2.
kedua  tidak  mempunyai  hubungan  kerja  langsung  dengan  tenaga  kerja  yang bekerja padanya; hubungan hanya melalui perusahaan penyedia tenaga kerja.
35
Pengertian  outsourcing  alih  daya  secara  khusus  didefenisikan  oleh Maurice F Greaver II, pada bukunya Strategic Outsourcing, A Structured Approach
to  Outsourcing  :  Decisions  and  Intiatives, djabarkan
“strategic  use  of  outside parties  to  perform  activities,  traditionally  handled  by  internal  staff  and
respurces.”
36
Beberapa pakar serta praktisi  outsourcing dari Indonesia juga memberikan defenisi mengenai outsourcing, antara lain menyebutkan bahwa outsourcing dalam
bahasa  Indonesia  disebut  sebagai  alih  daya,  adalah  pendelegasian  operasi manajemen  harian  dari  suatu  proses  bisnis  kepada  pihak  luar  perusahaan  jasa
outsourcing .
37
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Muzni Tambusai, Direktur Jendral Pembinaan  Hubungan  industrial  Departemen  tenaga  Kerja  dan Transmigrasi  yang
mendefenisikan  pengertian  outsourcing  sebagai  memborongkan  suatu  bagian  atau beberapa  bagian  kegiatan  perusahaan  yang  tadinya  dikelola  sendiri  kepada
perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan.
38
Pelaksanaan perjanjian
outsourcing dalam
bentuk memperkerjakanmenagambil  jasa  perorangan  jauh  lebih  kompleks.  Dalam
memperkerjakan pekerja, maka penandatangan kontrak kerja akan dilakukan antara perusahaan  yang  merekrutmelatih  tenaga  kerja  dengan  perusahaan  yang
35
Ibid, hal. 3.
36
Roy Jeremy, Defenisi Outsourcing, http:royjeremy.blogspot.com201306definisi- outsourcing.html, Diakses pada tanggal 14 maret 2015.
37
Chandra Suwondo, Op. cit, hal. 2.
38
Muzni  Tambusai,  Pelaksanaan  Outsourcing  alih  daya,  Ditinjau  dari  Aspek  Hukum Ketenagkerjaan  Tidak  Mengaburkan  Hubungan  Industrial,  http:www.nakertrans.go.idarsip
beritanakerputsourcing.php . Diakses pada tanggal 5 februari 2015.
menampung penempatan tenaga kerja dan antara pekerja dengan perusahaan yang menerima  dan  melatih  pekerja.  Dengan  demikian  hubungan  kerja,  dalam  artian
hubungan  antara  majikan  dan  pekerja,  hanya  tercipta  antara  pekerja  dengan perusahaan  yang  merekrut  pekerja  dan  bukan  dengan  perusahaan  tempat  pekerja
melakukan pekerjaanya.
39
Mengingat jalinan hubungan kerja yang tercipta adalah antara tenaga kerja dengan perusahaan perekrut pekerja, serta antara perusahaan perekrut tenaga kerja
dengan  perusahaan  yang  menampung  penempatan  tenaga  kerja,  maka  segala pengupahan  dan  hak-hak  pekerja  lainya  akan  dibayarkan  dan  diterima  melalui
perusahaan perekrut tenaga kerja awal.
40
Namun  demikian,  Undang-Undang  Ketenagakerjaan  di  Indonesia  telah memberikan  batasan-batasan  penggunaan  tenaga  kerja  melalui  outsourcing,  yaitu
hanya  terhadap  bagian-bagian  yang  tidak  berhubungan  langsung  dengan  bisnis utama  suatu  perusahaan.  Dalam  praktiknya  tenaga  kerja  yang  paling  banyak  di-
outsource adalah tenaga satuan pengamanan satpam sekuriti .
41
Perjanjian  hubungan  kerja  biasa,  pekerja  mempunyai  hubungan  langsung dengan  pengusaha  yang  mempekerjakanya.  Dalam  hubungan  langsung  tersebut,
pengusaha akan membayarkan segala hak pekerja secara langsung, demikian juga sebaliknya,  pekerja  memberikan  tenaganya  secara  langsung  kepada  perusahaan
yang merekrutnya. Hal ini tidak berlaku pada hubungan kerja melalui  outsourcing, dimana  pembayaran  dilakukan  melalui  pengusaha  ke  pengusaha  dan  pengusah
pekerja.
39
Sehat Damnik, Op. Cit, hal. 4 .
40
Ibid.
41
Ibid. hal. 5.
Terdapat kesederhanaan bagi perusahaan tempat pekerja dipekerjakan, yaitu perusahaan  tersebut  tidak  perlu  lagi  mengurusi  masalah  perekrutan  dan  pelatihan
tenaga kerja. Mereka tinggal menetukan kriteria tenaga kerja yang diperlukan dan meyodorkannya  kepada  perusahaan  outsourcing.  Keuntungan  lainya  adalah,
perusahaan tersebut tidak lagi dipusingkan oleh urusan pesangon, THR, PHK, dan masalah  ketenagakerjaan  lainya,  karena  hal  ini  diambil-alih  oleh  perusahaan
outsourcing .
42
Hal  ini  menunjukkan,  outsourcing  dapat  dikatakan  sebagai  penyerahan kegiatan  perusahaan  baik  sebagian  ataupun  secara  menyeluruh  kepada  pihak  lain
yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Ada tiga 3 unsur penting dalam outsourcing, yaitu:
1. Terdapat pemindahan fungsi pengawasan.
2. Ada pendelegasian tanggung jawab atau tugas suatu perusahaan.
3. Dititik beratkan hasil atau output yang ingin dicapai perusahaan.
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan diatas, terdapat persamaan dalam memandang  outsourcing,  yaitu  adanya  penyerahan  sebagai  kegiatan  perusahaan
pada  pihak  lain,  yang  diharapkan  memberikan  hasil  berupa  peningkatan  kinerja agar  dapat  lebih  kompetitif  dalam  menghadapi  perkembangan  ekonomi  dan
teknologi global.
43
B. Sejarah Outsourcing