Hak- hak Normatif Pekerja Outsourcing

Kedua dan diberi wewenang sepenuhnya untuk mengawasi, mengontrol dan mengatur tenaga kerja Pihak Kedua serta mengontrol kerja lembur tenaga kerja Pihak Kedua. 6. Pasal 13 ayat 3 Pihak Kedua wajib mengganti kerugian atas biaya yang timbul dan ditanggung oleh Pihak Pertama akibat kelalaian Pihak Kedua dalam melaksanakan isi perjanjian seagaimana dimaksud ayat 2 diatas. 7. Pasal 15 ayat 4 Pihak Kedua akan mematuhi setiap keputusan Pihak Pertama sebagaimana dimaksud ayat 3 diatas dan pasal 13 perjanjian ini serta Pihak Kedua tidak akan mempermasalahkan hal tersebut kepada pihak manapun dan kapanpun.

D. Hak- hak Normatif Pekerja Outsourcing

Salah satu tujuan pembagunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada pekerjaburuh dalam mewujudkan kesehjateraan, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan. Mengenai hak pekerjaburuh, sebagai sesuatu hal yang penting dalam rangka perlindungan pekerjaburuh, dalam peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans No.Kep-102MenVI2004 sudah cukup lengkap diatur, seperti berikut ini: 1. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 3 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja; 2. Setiap tenaga kerja memilki kesempatan yang sama tanpa diskrimisasi untuk memperoleh pekerjaan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 3. Hak setiap pekerjaburuh memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 4. Hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh danatau meningkatkan danatau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya melalui pelatihan kerja Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 5. Hak setiap pekerjaburuh untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tntang Ketenagakerjaan; 6. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan ditempat kerja. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 7. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 8. Setiap tenaga kerja mempuyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau diluar negri. Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 89 9. Hak atas “uang lembur” pada hari istirahat mingguan dan hari besar bagi tenaga kerja outsourcing, bahwa berdasarkan Pasal 79 ayat 1 jo ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengusaha wajib member waktu istirahat mingguan kepada pekerjaburuh, masing-masing: a. 1 satu hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat mingguan; b. 2 dua hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat mingguan; 10. Hak upah kerja lembur pada hari istirahat mingguan dan hari libur resmi, bahwa berdasarkan Pasal 11 huruf b dan huruf c Kepmenakertrans No.Kep-102MenVI2004, yakni: a. Pola 6:1, untuk 7 tujuh jam pertama = 2 x upah per-jam UPJ, dan jam kedelapan = 3 x UPJ, serta bila masih lanjut jam Sembilan dan sepuluh = 4 x UPJ. Kecuali, bila lembur pada hari kerja terpendek, diperhitungkan mulai dari 5 lima jam pertama = 2 x UPJ, dan jam 89 Suria Ningsih, Mengenal hukum ketengakerjaan., Medan : USU Press 2012 hal. 67. keenam = 3 x UPJ, serta bila masih berlanjut jam ketujuh dan kedelapan = 4 x UPJ. c. Pola 5:2 untuk 8 delapan jam pertama = 2 x UPJ, dan jam kesembilan = 3 x UPJ, serta bila masih berlanjut jam kesepuluh dan sebelas = 4 UPJ. d. UPJ = 1173 x upah upah pokok dan tunjangan tetap. Namun, apabila komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka dasar UPJ, adalah nilai terbesar antara [upah pokok + tunjangan tetap] atau [75 x upah pokok + tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap]. 11. Memperoleh upah dan danatau upah kerja lembur apabila diperkerjakan melebihi waktu kerja normal, atau bekerja lembur pada hari istirahat mingguan atau hari libur resmi. Pasal 1 angka 30 dan Pasal 78 ayat 2 jo Pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketengakerjaan 12. Hak menunaikan ibadah termasuk dalam jangka waktu yang lama dengan hak upah. Pasal 81 jo Pasal 84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 13. Hak untuk tidak bekerja pada saat sakit haid-khusus bagi wanita -, walaupun no work no pay. Pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 14. Hak cuti hamil dan melahirkan termasuk gugur kandungan dengan hak upah. Pasal 82 jo Pasal 84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan 15. Hak dan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja K3, perlindungan moral dan kesusilaan serta perlakuaan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan jo Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja 16. Hak jaminan sosial tenaga kerja. Pasal 99 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo Pasal 3 ayat 2 jo Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 17. Berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan ketentuan. Pasal 104 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo Pasal 5 UU No. 212000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh 18. Hak mogok kerja sesuai prosedur. Pasal 137 dan Pasal 138 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan 19. Hak memperoleh “pesangaon” bila hubungan kerjanya PKWTT atau dianggap dan memenuhi syarat PKWTT. Pasal 156 ayat 1 Undang- Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 20. Hak atas bantuan hukum bagi tenaga kerja. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Bantuan Hukum. 90 Menurut Soepomo dalam Asikin dikutip oleh Abdul Hakim, perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni : 1. Perlindungan Ekonomis 90 Umar Kasim, Hak-hak Pekerja outsourcing, htppUmar kasim.hukum online.com20130305hak-hak pekerja outsourcing Diakses pada tanggal 22 februari 2015. Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk apabila tenaga kerja tersebut tidak mampu bekerja diluar kehendaknya. 2. Perlindungan Sosial Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan untuk berorganisasi. 3. Perlindungan Teknis Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. 91 Perlindungan kerja sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan dan peraturan pelaksanannya bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja yang harmonis antara pekerjaburuh dengan pengusaha tanpa disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Oleh karena itu pengusaha yang secara sosio- ekonomi memiliki kedudukan yang kuat membantu melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak- hak Normatif Pekerja outsourcing dalam Perjanjian PT. Indonesia Asahan Aluminium Persero dengan PT.Putra Tanjung Lestari adalah: Berdasarkan Perjanjian kerjasama PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero dengan PT.Putra Tanjung Lestari dalam pengadaan tenaga kerja outsourcing, maka dapat diketahui secara terperinci yang menjadi hak-hak normatif pekerja outsourcing atau office boy sebagai berikut: 91 Abdul Hakim, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung :PT.Citra Aditya Bakti,2003 hal. 61-62. 1. Pasal 2 Dokumen pendukung sebagai lampiran perjanjian yang dibuat dalam satu bagian atau lebih merupakan saling terkait satu sama lain dan dianggap sebagai satu kesatuan dengan perjanjian ini, antara lain: a. Biaya outsourcing untuk pengolahan office boy selam satu 1 tahun fiskal. b. Salinan surat izin operasional penyedia jasa Tenaga Kerja dari instansi pemerintah untuk Pihak Kedua. c. Salinan perjanjian kerja antara Tenaga Kerja dengan Pihak Kedua. Salinan tersebut harus diserahkan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama selambat-lambatnya 1 satu bulan setelah perjanjian ini ditandatangani. Isi dari perjanjian kerja meliputi tetapi tidak terbatas pada syarat adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi tenaga kerja kepada perusahaan penyedia jasa pekerja lain. 2. Pasal 3 Tenaga Kerja merupakan karyawan dari Pihak Kedua, dan hubungan kerja yang terjadi adalah antara Tenaga Kerja dengan Pihak Kedua, sehingga perlindungan upah dan kesehjahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab sepenuhnya Pihak Kedua. 3. Pasal 6 ayat 3 Pihak Kedua mengatur jam kerja, lokasi kerja, jadwal cuti, menyelenggarakan rapat bulanan dengan Tenaga Kerja dan rapat tersebut dapat dihadiri oleh Pihak Pertama. 4. Pasal 7 ayat 1 Pihak Petama akan membayar biaya pengelolaan sebesar Rp. 71.290.500,- Tujuh Puluh Satu Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah perbulan atau Rp. 855.486.000,- Delapan Ratus Lima Puluh Lima Juta Empat Ratus Delapan Puluh Enam Ribi Rupiah pertahun kepada Pihak Kedua. Perincian tentang pembiayaan ini seperti tercantum dalam lampiran terhadap dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini. Ayat 2 Biaya pegelolaan sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas dapat berubah nilainya apabila adanya perubahan jumlah Tenaga Kerja dan perubahan nilai Upah Minimum Kabupaten Batu Bara. Ayat 3 Biaya pengelolaan sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas akan ditinjau ulan setiap tahun selama masa berlakunya perjanjian ini, dan jika dilakukan ulang atas biaya pengeloaan, maka harus dibuat dalam satu addendum perjanjian yang dibubuhi materai dan ditandatangani oleh Para Pihak, addendum yang telah ditandatangani Para Pihak tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini. Setelah Addendum Perjanjian No. SEX-GA-42-0513 5. Pasal 7 Pihak Pertama akan membayar biaya pengolahan sebesar Rp. 646.608.000,- Enam Ratus Empat Puluh Enam Juta Enam Ratus Delapan Ribu Rupiah dan Jamsostek sebesar Rp. 31.164.000,- Tiga Puluh Satu Juta Seratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah untuk periode Mei 2014 sampai dengan Januari 2015. Perincian tentang pembiayaan ini seperti tercantum dalam lampiran terhadap dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini. 6. Pasal 10 ayat 2 Membayar upah dan hak-hak Tenaga Kerja tepat pada waktunya. Ayat 3 Menyediakan formulir daftar hadir, cuti, dan formulir-formulir lain yang diperlukan bagi Tenaga Kerja. Ayat 4 Memberikan cuti 1 satu hari kerja bagi pekerja yang telah bekerja selama satu 1 bulan. Ayat 5 Menyelesaiakan sendiri segala perselisihan yang timbul dengan Tenaga Kerja tanpa melibatkan pihak pertama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja maka dapat diketahui status tenaga kerja outsourcing PT.Putra Tanjung Lestari dengan PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero antara lain: 1. Sesuai dengan Pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, bahwa waktu kerja adalah: a.7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1satu minggu. Berhubungan dengan Pasal 10 ayat 3 Surat perjanjian kerjasama PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero secara eksplisit telah menyediakan formulir daftar hadir, cuti, dan formulir-formulir lain yang diperlukan tenaga kerja. 2. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 empat ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, perusahaan harus mengikutsertakan pekerja untuk menggunakan program jamsostek. Berdasarkan Pasal 7 surat perjanjian tenaga kerja, PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero telah membayar biaya pengolahan dan jamsostek sebesar Rp.31.164.000, Tiga Puluh Satu Juta Seratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah. 3. Berdasarkan Pasal 79 ayat 2 huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus. Sebanding dengan Pasal 10 ayat 4 surat perjanjian PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero memberikan cuti 1 satu hari kerja bagi pekerja selama satu bulan.

E. Upaya Hukum dalam Penyelesaian Sengketa

Dokumen yang terkait

Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942.

10 89 154

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

7 147 147

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dengan Pertamina Dalam Kontrak Codolite (Di SPBU 14201101 Simpang Limun Medan )

6 123 124

Kedudukan Perjanjian Ekonomi Antara Pemerintah Daerah Dengan Lembaga Internasional Ditinjau Dari Hukum Nasional & Hukum Internasional

1 75 103

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Dengan Perusahan Penyedia Jasa Pekerja (Studi Penelitian Di PT. Gunung Garuda Group)

0 52 102

Dampak Program Community Development PT. Inalum Terhadap Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

3 44 107

Perjanjian Kerjasama Antara Developer Dengan Bank Dalam Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)

22 304 137

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 1 34

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 0 20