Outsourcing Dalam Peraturan Ketenagakerjaan Di Indonesia

C. Outsourcing Dalam Peraturan Ketenagakerjaan Di Indonesia

Pengaturan Hukum outsourcing alih daya di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 Pasal 64, 65, dan 66, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101MenVI2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa PekerjaBuruh Kepmen 1012004, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. : KEP. 220MENX2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelakssanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Bentuk keseriusan pemerintah tersebut dengan menugaskan Menteri Tenaga Kerja untuk membuat draft revisi terhadap Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketengakerjaan. 54 Peraturan Menteri Tenga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain. Kementrian Tenaga Kerja dan Transportasi Kemenakertrans dengan menerbitkan Surat Edaran No. B.31PHIJKSI2012 tentang pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX2011. Tahun 2011, Mahkamah Kostitusi MK telah mengabulkan sebagian uji materil Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang diajukan Didik Suprijadi, pekerja dari Alinsi Petugas Pembaca Meter Listrik Indonesia AP2ML. Berikut adalah isi Amar Putusan MK Nomor 27PUU- IX2011 itu: 55 54 Paket kebijakan Perbaikan iklim Investasi memuat hal-hal yang dituntut untuk dilakukan revisi dalm Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yaitu : Pemutusan Hubungan Kerjam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Perhitungan Pesangaon, Izin Tenaga Kerja Asing Dan Istirahat Panjang. 55 Putra-Putri-Indonesia, http:www.putra-putri-indonesia.comkeputusan-mahkamah- konstitusi.html Diakses pada tanggal 31 maret 2015. 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; 2. Menyatakan frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat 7 dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam Pasal 66 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerjaburuh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh; 3. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya; 4. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Karena putusan Mahkamah Konstitusi ini, maka dua pasal yang ada di Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 itupun berubah dengan dihilangkannya kalimat „perjanjian kerja waktu tertentu‟ dan „perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Sebelum melihat dampaknya, lebih baik mengetahui lebih dulu dua Pasal yang berkaitan dengan Keputusan ini, yaitu Pasal 65 ayat 7 dan Pasal 66 ayat 2b. Pertama kita lihat Pasal 65 ayat 7, dan ayat 1 dan 6 karena saling terkait. 56 56 Ibid. Pasal 65 ayat 1 berbunyi, Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Pasal 65 ayat 6 berbunyi, Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya. Pasal 65 ayat 7, Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. Keputusan Mahkamah Konstitusi ini juga terkait dengan Pasal 59 yang berbunyi demikian: 1 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : 1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; 2. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; 3. pekerjaan yang bersifat musiman; atau 4. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. 2 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. 3 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. 4 Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 dua tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 satu tahun. 5 Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerjaburuh yang bersangkutan. 6 Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 satu kali dan paling lama 2 dua tahun. 7 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. 8 Hal-hal lain yang belum diatur dalam pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Keputusan Mahkamah Konsitusi juga menyentuh Pasal 66 ayat 2 berbunyi: Penyedia jasa pekerjaburuh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : 57 1. Adanya hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia jasapekerjaburuh; 2. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 danatau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; Setelah dikeluarkannya Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27PUU- IX2011 ini, maka istilah perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat lagi dimuat pada Pasal 65 ayat 7 dan pada pasal 66 ayat 2b. Dengan kata lain konsep outsourcing tidak berlaku terhadap pekerjaan apapun, kecuali memenuhi kriteria Pasal 59. Pekerjaan accounting, admin assistant atau sekretaris tidak dapat lagi di- outsourcing. Itu semua menjadi pekerjaan waktu tidak tetap sebab pekerjaan itu bukan musiman, bukan juga untuk sementara. 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dapat disebut sebagai suatu kodifikasi dari berbagai ketentuan ketenagakerjaan yang sebelumnya terpisah-pisah. Sebelum Undang-Undang ini berlaku, ada sekitar 15 Ordonansi dan Peraturan ketenagakerjaan yang berlaku untuk mengatur persoalan ketenagakerjaan. Dengan berlakunya Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor13 57 Ibid. Tahun 2003 ini, maka ke-15 Ordonansi dan Peraturan tersebut telah dinyatakan tidak berlaku. 58 Meskipun di dalamnya tidak pernah ditemukan kata outsourcing secara langsung, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 merupakan Tonggak baru yang mengatur dan melegalisasi masalah outsourcing. Istilah yang dipakai dalam Undang-Undang tersebut adalah perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh. 59 Ketentuan yang mengatur ousourcing ditemukan dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Didalam Pasal 64 disebutkan bahwa, perusahaan dapat menyerahakan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis. Oleh karena ketentuan pasal tersebut lebih merupakan pilihan bebas, maka pemanfaat outsourcing bukanlah Sesuatu yang wajib melainkan terserah pada perhitungan untung-rugi pengusaha. Undang-Undang Ketenagakerjaan ini telah membatasi pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain melalui pemborongan atau outsourcing. Kewajiban bagi pengguna jasa tenaga kerja, yang diatur dalam Pasal 66 ayat 1, pengguna jasa tenaga kerja tidak boleh menggunakan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubung langsung dengan proses produksi, kecuali untuk jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 60 58 Sehat Damanik, Op.cit, hal.12. 59 Ibid. 60 Saifudien, Sekilas tentang outsourcing di Indonesia, http:saifudiendjsh.blogspot.com, Diakses pada 30 maret 2015. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Namun tidak semua pekerjaan dapat diserahkan untuk dikerjakan perusahaan lainnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat 2 UUK. Realisasi hubungan kerja antara perusahaan outsourcing dengan pekerjanya dibuat secara tertulis. Perjanjian kerja tersebut dapat didasarkan pada perjanjian kerja tidak waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Syarat perjanjian kerja waktu tertentu diatur dalam Pasal 59, yaitu: a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b. Pekerjaan yang pengerjaannya diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, produk tambahan yang masih dalm percobaan atau perjajakan. Pemenuhan persyaratan terjadi diatas merupakan suatu keharusan, karena kelalaiaan dalam pemenuhan syarat tersebut berakibat pada beralihnya status hukum hubungan kerja pekerja buruh dari perusahaan penerima pemborongan menjadi hubungan kerja pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. Pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pembatasan kegiatan yang dapat di-outsource tersebut ditunjukkan untuk melindungi terjadinya kesewenang-wenangan terhadap pekerja lama. 61 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada satu sisi telah berupaya untuk melindungi pekerjaburuh dari ketidakpastian hukum dalam hubungan kerja antara pekerjaburuh dengan penusaha outsourcing, dan pada sisi lain telah juga membuka peluang terjadinya efesiensi bagi pengusaha. 62 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Permenakertrans RI No.: KEP-101MENVI2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa PekerjaBuruh. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Permenakertrans ini dibuat untuk memenuhi perintah Pasal 66 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal tersebut memerintahakan pembuatan peraturan pelaksana mengenai tata-cara perizinan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Permenakertrans ini disebutkan bahwa perusahaan penyedia jasa adalah perusahaan berbadan hukum, yang dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerjaburuh untuk dipekerjakan di perusahaan pemberi pekerjaan. Permenakertrans ini tidak merinci secara tegas jenis badan hukum apa saja yang diizinkan dalam usaha ini. Agar dapat melayani penyediaan jasa pekerjaburuh, maka perusahaan dimaksud harus memiliki izin 61 Sehat Damanik, Op.cit. 62 Ibid. operasional dari instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan di kabupatenkota sesuai dengan domisili perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. 63 Apabila perusahaan penyedia jasa memperoleh pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat perjajian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat: a. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa; b. Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dimaksud huruf a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerjaburuh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa, sehingga perlindungan, upah dan kesehjateraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab perusahaan penyedia jsa pekerjaburuh; c. Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh bersedia menerima pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus-menerus ada diperusahaan pemberi pekerja, dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. 64 Perjanjian antara dua perusahaan tersebut selanjutnya didaftarkan pada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan KabupatenKota. Dalam hal perusahaan mempekerjakan pekerja pada lebih dari satu KabupatenKota, tetapi masih dalam satu Provinsi, pendaftaran dilakukan pada instansi ketenagakerjaan dibidang ketenegakerjaan Provinsi. Sedangkan apabila 63 Ibid . 64 Ibid , hal.17. pelaksanaan pekerjaan dilakukan pada dua provinsi atau lebih, maka pendaftaran akan dilakukan pada Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial. 65 Peraturan Permenakertrans ini, belum ada peraturan yang mengatur mengenai penentuan bidang-bidang apa saja yang termaksud dalam core bisiness dan yang bukan core business. Bahkan dalam Pasal 4 Permenakertrans ini memberi kebebasan kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dan perusahaan pemberi kerja untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, dalam sebuah perjanjian. 66 Keluarnya Permenakertrans ini maka pengaturan terhadap perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh telah terpenuhi, sehingga pedoman pelaksanaan dalam pengawasan atas setiap pelanggaran dapat diterapkan dengan tegas. 67 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.220MENX2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Sama dengan Permenaker KEP-101 di atas, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Kepmenaker ini juga merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal-hal yang diatur dalam Kepmenaker ini menyangkut persyaratan yang harus dipenuhi ketika perusahaan menyerahkan pekerjaanya kepada perusahaan lain. Di antara beberapa syarat tersebut adalah bahwa penyerahan pekerjaan harus dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak secara tertulis melalui perjanjian pemborongan 65 Ibid. 66 James Purba, Pro kontra hukum tanah air, Kepmenakertrans, www.hukum online.com, Diakses pada tanggal 30 maret 2015. 67 Sehat Damanik, Op.cit. pekerjaan. Penerima pekerjaan yang menandatangani perjanjian pemborongan tersebut harus merupakan perusahaan yang berbadan hukum dan mempunyai izin usaha dari ketenagkerjaan. 68 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Kepmenaker ini juga mengharuskan adanya jaminan atas pemenuhan seluruh hak-hak pekerja. Syarat lainya adalah, penyerahan pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan hanya dapat dilakukan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bukan merupakan kegiatan utama perusahaan, melainkan hanya berupa kegiatan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain. Berdasarkan beberapa penjelasan tentang outsourcing atau didalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dikenal dengan PKWT dan PKWTT serta penjelasan atau Putusan MK No. 27PUU-IX2011. Oleh karenanya dengan diterbitkan Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, yang merupakan hukum positif. Materi yang termuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusaaan Lain tersebut antara lain: 68 Ibid. 1. Perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan terbatas yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan. Pasal 1 ayat 3. 2. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi syarat secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan peleksanaan pekerjaan; Pasal 3 ayat 2 sub a 3. Outsourcing yang dibenarkan oleh Permenakertrans tersebut meliputi : a. Usaha pelayanan kebersihan cleaning service; b. Usaha penyediaan makanan bagi pekerjaburuh catering; c. Usaha tenaga pengamanan security satuan pengamanan; d. Usaha jasa pertambangan dan permiyakan; dan e. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerjaburuh. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain ini, memiliki beberapa poin muatan dan apa implikasi dari penerapan Permenaker outsourcing ini. 69 A. Konsideran. Pada bagian konsideran, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain, outsourcing ini disebut merujuk pada Uundang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan 69 Juanda Pangaribuan, Membaca muatan dan implikasi Permenaker outsourcing, www.hukumonline.com Diakses pada tanggal 31 maret 2015. berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Nomor 23 Tahun 1948, Uundang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UU PPHI dan Keputusan Presiden Nomor 84P Tahun 2009. Masih pada bagian konsideran, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi outsourcing ini menjelaskan bahwa dua Kepmenakertrans yang mengatur mengenai outsourcing dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan. Hal ini ditegaskan pada bagian Ketentutan Penutup yang menyatakan dua Keputusan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi itu sudah tak berlaku sejak diundangkannya Permenaker outsourcing. Dua Keputusan Menteri itu adalah Kepmenakertrans Nomor. KEP. 101MENVI2004 tentang Tata Cara Perijinan Penyediaan Jasa PekerjaBuruh dan Kepmenakertrans Nomor Kep. 220MENX2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain. Memperhatikan konsideran dan ketentuan penutup tersebut, Permenaker outsourcing bukan aturan perubahan dari dua Kepmenakertrans itu. Melainkan peraturan pengganti. Maka, semua ketentuan dalam dua Kepmenakertrans tersebut tidak lagi berlaku sebagai hukum positif. 70 B. Penyerahan Pekerjaan dan Alur Kegiatan. Permenaker outsourcing mengatur dua cara penyerahan pekerjaan kepada perusahaan lain. Ketentuan itu tidak berbeda dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penyerahan pekerjaan kepada perusahaan 70 Ibid. lain itu bisa dilakukan melalui pemborongan pekerjaan atau melalui perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh PJPB. Untuk dapat menyerahkan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan, pemberi kerja harus terlebih dahulu menentukan bidang mana dari proses kegiatan perusahaannya yang dikategorikan sebagai pekerjaan penunjang. Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur empat syarat pekerjaan yang boleh diborongkan kepada perusahaan lain. Keempat syarat itu adalah: a pekerjaan yang dikerjakan itu dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b pekerjaan itu dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c pekerjaan itu merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; d pekerjaan yang diborongkan tidak menghambat proses produksi secara langsung. Penjelasan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu identik bukan sebagai ketentuan pokok tetapi sebagai ketentuan penjelasan. Pasal 3 ayat 2 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi selengkapnya disusun dengan redaksi sebagai berikut : Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi syarat sebagai berikut: 71 a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan 71 Ibid. pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan. c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan kegiatan utama sesuai dengan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan dan; d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

D. Hubungan Hukum antara PekerjaOutsourcing dengan Perusahaan

Dokumen yang terkait

Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942.

10 89 154

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

7 147 147

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dengan Pertamina Dalam Kontrak Codolite (Di SPBU 14201101 Simpang Limun Medan )

6 123 124

Kedudukan Perjanjian Ekonomi Antara Pemerintah Daerah Dengan Lembaga Internasional Ditinjau Dari Hukum Nasional & Hukum Internasional

1 75 103

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Dengan Perusahan Penyedia Jasa Pekerja (Studi Penelitian Di PT. Gunung Garuda Group)

0 52 102

Dampak Program Community Development PT. Inalum Terhadap Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

3 44 107

Perjanjian Kerjasama Antara Developer Dengan Bank Dalam Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)

22 304 137

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 1 34

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 0 20