C. Outsourcing Dalam Peraturan Ketenagakerjaan Di Indonesia
Pengaturan Hukum outsourcing alih daya di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 Pasal 64, 65, dan 66,
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101MenVI2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa
PekerjaBuruh Kepmen 1012004, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. : KEP. 220MENX2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelakssanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Bentuk keseriusan pemerintah tersebut dengan menugaskan Menteri Tenaga Kerja untuk membuat
draft revisi
terhadap Undang-Undang
13 Tahun
2003 tentang
Ketengakerjaan.
54
Peraturan Menteri Tenga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain. Kementrian Tenaga Kerja dan Transportasi Kemenakertrans dengan
menerbitkan Surat Edaran No. B.31PHIJKSI2012 tentang pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX2011.
Tahun 2011, Mahkamah Kostitusi MK telah mengabulkan sebagian uji materil Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
diajukan Didik Suprijadi, pekerja dari Alinsi Petugas Pembaca Meter Listrik Indonesia AP2ML. Berikut adalah isi Amar Putusan MK Nomor 27PUU-
IX2011 itu:
55
54
Paket kebijakan Perbaikan iklim Investasi memuat hal-hal yang dituntut untuk dilakukan revisi dalm Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yaitu : Pemutusan
Hubungan Kerjam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Perhitungan Pesangaon, Izin Tenaga Kerja Asing Dan Istirahat Panjang.
55
Putra-Putri-Indonesia, http:www.putra-putri-indonesia.comkeputusan-mahkamah- konstitusi.html
Diakses pada tanggal 31 maret 2015.
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;
2. Menyatakan frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat
7 dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam Pasal 66 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279
bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan
adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerjaburuh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang
melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh;
3. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya;
4. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya. Karena putusan Mahkamah Konstitusi ini, maka dua pasal yang ada di Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
itupun berubah dengan dihilangkannya kalimat „perjanjian kerja waktu tertentu‟ dan „perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
Sebelum melihat dampaknya, lebih baik mengetahui lebih dulu dua Pasal yang berkaitan dengan Keputusan ini, yaitu Pasal 65 ayat 7 dan Pasal 66 ayat 2b.
Pertama kita lihat Pasal 65 ayat 7, dan ayat 1 dan 6 karena saling terkait.
56
56
Ibid.
Pasal 65 ayat 1 berbunyi, Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang
dibuat secara tertulis.
Pasal 65 ayat 6 berbunyi, Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis
antara perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya.
Pasal 65 ayat 7, Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu
tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. Keputusan Mahkamah Konstitusi ini juga terkait dengan Pasal 59 yang berbunyi
demikian: 1 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; 3.
pekerjaan yang bersifat musiman; atau 4.
pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
2 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
3 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. 4 Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu
dapat diadakan untuk paling lama 2 dua tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 satu tahun.
5 Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerjaburuh yang bersangkutan.
6 Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari berakhirnya perjanjian kerja
waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 satu kali dan paling lama 2 dua tahun.
7 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6
maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
8 Hal-hal lain yang belum diatur dalam pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Keputusan Mahkamah Konsitusi juga menyentuh Pasal 66 ayat 2 berbunyi: Penyedia jasa pekerjaburuh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
57
1. Adanya hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia
jasapekerjaburuh; 2.
Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 danatau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak; Setelah dikeluarkannya Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27PUU-
IX2011 ini, maka istilah perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat lagi dimuat pada Pasal 65 ayat 7 dan pada pasal 66 ayat 2b. Dengan kata lain konsep
outsourcing tidak berlaku terhadap pekerjaan apapun, kecuali memenuhi kriteria
Pasal 59. Pekerjaan accounting, admin assistant atau sekretaris tidak dapat lagi di- outsourcing.
Itu semua menjadi pekerjaan waktu tidak tetap sebab pekerjaan itu bukan musiman, bukan juga untuk sementara.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dapat disebut sebagai suatu kodifikasi dari berbagai ketentuan ketenagakerjaan yang
sebelumnya terpisah-pisah. Sebelum Undang-Undang ini berlaku, ada sekitar 15 Ordonansi dan Peraturan ketenagakerjaan yang berlaku untuk mengatur persoalan
ketenagakerjaan. Dengan berlakunya Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor13
57
Ibid.
Tahun 2003 ini, maka ke-15 Ordonansi dan Peraturan tersebut telah dinyatakan tidak berlaku.
58
Meskipun di dalamnya tidak pernah ditemukan kata outsourcing secara langsung, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 merupakan Tonggak baru yang
mengatur dan melegalisasi masalah outsourcing. Istilah yang dipakai dalam Undang-Undang tersebut adalah perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerjaburuh.
59
Ketentuan yang mengatur ousourcing ditemukan dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Didalam Pasal 64 disebutkan bahwa, perusahaan dapat menyerahakan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis. Oleh karena ketentuan pasal tersebut lebih merupakan pilihan bebas, maka pemanfaat
outsourcing bukanlah Sesuatu yang wajib melainkan terserah pada perhitungan
untung-rugi pengusaha. Undang-Undang Ketenagakerjaan ini telah membatasi pekerjaan yang dapat
diserahkan kepada perusahaan lain melalui pemborongan atau outsourcing. Kewajiban bagi pengguna jasa tenaga kerja, yang diatur dalam Pasal 66 ayat 1,
pengguna jasa tenaga kerja tidak boleh menggunakan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubung langsung dengan
proses produksi, kecuali untuk jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
60
58
Sehat Damanik, Op.cit, hal.12.
59
Ibid.
60
Saifudien, Sekilas tentang outsourcing di Indonesia, http:saifudiendjsh.blogspot.com, Diakses pada 30 maret 2015.
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis. Namun tidak semua pekerjaan dapat diserahkan untuk dikerjakan perusahaan lainnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat 2 UUK. Realisasi
hubungan kerja antara perusahaan outsourcing dengan pekerjanya dibuat secara tertulis. Perjanjian kerja tersebut dapat didasarkan pada perjanjian kerja tidak
waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Syarat perjanjian kerja
waktu tertentu diatur dalam Pasal 59, yaitu: a.
Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b.
Pekerjaan yang pengerjaannya diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, produk
tambahan yang masih dalm percobaan atau perjajakan. Pemenuhan persyaratan terjadi diatas merupakan suatu keharusan, karena
kelalaiaan dalam pemenuhan syarat tersebut berakibat pada beralihnya status hukum hubungan kerja pekerja buruh dari perusahaan penerima pemborongan
menjadi hubungan kerja pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. Pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tidak boleh
digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang
atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Pembatasan kegiatan yang dapat di-outsource tersebut ditunjukkan untuk melindungi terjadinya kesewenang-wenangan terhadap pekerja lama.
61
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada satu sisi telah berupaya untuk melindungi pekerjaburuh dari ketidakpastian hukum
dalam hubungan kerja antara pekerjaburuh dengan penusaha outsourcing, dan pada sisi lain telah juga membuka peluang terjadinya efesiensi bagi pengusaha.
62
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Permenakertrans RI No.:
KEP-101MENVI2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa PekerjaBuruh.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Permenakertrans ini dibuat untuk memenuhi perintah Pasal 66 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal tersebut memerintahakan pembuatan peraturan pelaksana mengenai tata-cara perizinan perusahaan penyedia jasa
pekerjaburuh. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Permenakertrans ini
disebutkan bahwa perusahaan penyedia jasa adalah perusahaan berbadan hukum, yang dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerjaburuh untuk dipekerjakan
di perusahaan pemberi pekerjaan. Permenakertrans ini tidak merinci secara tegas jenis badan hukum apa saja yang diizinkan dalam usaha ini. Agar dapat melayani
penyediaan jasa pekerjaburuh, maka perusahaan dimaksud harus memiliki izin
61
Sehat Damanik, Op.cit.
62
Ibid.
operasional dari instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan di kabupatenkota sesuai dengan domisili perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh.
63
Apabila perusahaan penyedia jasa memperoleh pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat perjajian tertulis yang
sekurang-kurangnya memuat: a.
Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa;
b. Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud
dimaksud huruf a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerjaburuh yang dipekerjakan perusahaan
penyedia jasa, sehingga perlindungan, upah dan kesehjateraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab perusahaan
penyedia jsa pekerjaburuh; c.
Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh bersedia menerima pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh
sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus-menerus ada diperusahaan pemberi pekerja, dalam hal terjadi penggantian perusahaan
penyedia jasa pekerjaburuh.
64
Perjanjian antara dua perusahaan tersebut selanjutnya didaftarkan pada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan KabupatenKota.
Dalam hal perusahaan mempekerjakan pekerja pada lebih dari satu KabupatenKota, tetapi masih dalam satu Provinsi, pendaftaran dilakukan pada
instansi ketenagakerjaan dibidang ketenegakerjaan Provinsi. Sedangkan apabila
63
Ibid .
64
Ibid , hal.17.
pelaksanaan pekerjaan dilakukan pada dua provinsi atau lebih, maka pendaftaran akan dilakukan pada Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial.
65
Peraturan Permenakertrans ini, belum ada peraturan yang mengatur mengenai penentuan bidang-bidang apa saja yang termaksud dalam core bisiness
dan yang bukan core business. Bahkan dalam Pasal 4 Permenakertrans ini memberi kebebasan kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dan perusahaan pemberi
kerja untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, dalam sebuah perjanjian.
66
Keluarnya Permenakertrans ini maka pengaturan terhadap perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh telah terpenuhi, sehingga pedoman pelaksanaan dalam
pengawasan atas setiap pelanggaran dapat diterapkan dengan tegas.
67
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor :
KEP.220MENX2004 tentang
Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
Sama dengan Permenaker KEP-101 di atas, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Kepmenaker ini juga merupakan peraturan pelaksana
dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal-hal yang diatur dalam Kepmenaker ini menyangkut persyaratan yang harus dipenuhi
ketika perusahaan menyerahkan pekerjaanya kepada perusahaan lain. Di antara beberapa syarat tersebut adalah bahwa penyerahan pekerjaan harus dibuat dan
ditandatangani kedua belah pihak secara tertulis melalui perjanjian pemborongan
65
Ibid.
66
James Purba, Pro kontra hukum tanah air, Kepmenakertrans, www.hukum online.com, Diakses pada tanggal 30 maret 2015.
67
Sehat Damanik, Op.cit.
pekerjaan. Penerima pekerjaan yang menandatangani perjanjian pemborongan tersebut harus merupakan perusahaan yang berbadan hukum dan mempunyai izin
usaha dari ketenagkerjaan.
68
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Kepmenaker ini juga mengharuskan adanya jaminan atas pemenuhan seluruh hak-hak pekerja.
Syarat lainya adalah, penyerahan pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan hanya dapat dilakukan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bukan merupakan
kegiatan utama perusahaan, melainkan hanya berupa kegiatan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain.
Berdasarkan beberapa penjelasan tentang outsourcing atau didalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dikenal dengan
PKWT dan PKWTT serta penjelasan atau Putusan MK No. 27PUU-IX2011. Oleh karenanya dengan diterbitkan Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang
Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, yang merupakan hukum positif.
Materi yang termuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusaaan Lain tersebut antara lain:
68
Ibid.
1. Perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh adalah perusahaan yang berbentuk
badan hukum Perseroan terbatas yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan.
Pasal 1 ayat 3. 2.
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi syarat secara terpisah dari kegiatan utama
baik manajemen maupun kegiatan peleksanaan pekerjaan; Pasal 3 ayat 2 sub a
3. Outsourcing yang dibenarkan oleh Permenakertrans tersebut meliputi :
a. Usaha pelayanan kebersihan cleaning service;
b. Usaha penyediaan makanan bagi pekerjaburuh catering;
c. Usaha tenaga pengamanan security satuan pengamanan;
d. Usaha jasa pertambangan dan permiyakan; dan
e. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerjaburuh.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan
Pekerjaan Kepada Perusahaan lain ini, memiliki beberapa poin muatan dan apa implikasi dari penerapan Permenaker outsourcing ini.
69
A. Konsideran.
Pada bagian konsideran, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain, outsourcing ini disebut merujuk pada Uundang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
69
Juanda Pangaribuan, Membaca muatan dan implikasi Permenaker outsourcing, www.hukumonline.com
Diakses pada tanggal 31 maret 2015.
berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Nomor 23 Tahun 1948, Uundang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UU PPHI dan Keputusan Presiden Nomor 84P Tahun 2009.
Masih pada bagian konsideran, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi outsourcing ini menjelaskan bahwa dua Kepmenakertrans yang
mengatur mengenai outsourcing dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan. Hal ini ditegaskan pada bagian
Ketentutan Penutup yang menyatakan dua Keputusan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi itu sudah tak berlaku sejak diundangkannya Permenaker outsourcing.
Dua Keputusan
Menteri itu
adalah Kepmenakertrans
Nomor. KEP.
101MENVI2004 tentang Tata Cara Perijinan Penyediaan Jasa PekerjaBuruh dan Kepmenakertrans
Nomor Kep.
220MENX2004 tentang
Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.
Memperhatikan konsideran
dan ketentuan
penutup tersebut,
Permenaker outsourcing bukan aturan perubahan dari dua Kepmenakertrans itu. Melainkan
peraturan pengganti.
Maka, semua
ketentuan dalam
dua Kepmenakertrans tersebut tidak lagi berlaku sebagai hukum positif.
70
B. Penyerahan Pekerjaan dan Alur Kegiatan.
Permenaker outsourcing mengatur dua cara penyerahan pekerjaan kepada perusahaan lain. Ketentuan itu tidak berbeda dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penyerahan pekerjaan kepada perusahaan
70
Ibid.
lain itu bisa dilakukan melalui pemborongan pekerjaan atau melalui perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh PJPB. Untuk dapat menyerahkan pekerjaan
melalui pemborongan pekerjaan, pemberi kerja harus terlebih dahulu menentukan bidang mana dari proses kegiatan perusahaannya yang dikategorikan sebagai
pekerjaan penunjang. Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur empat syarat pekerjaan yang boleh diborongkan kepada perusahaan lain. Keempat syarat itu adalah: a pekerjaan yang dikerjakan itu
dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b pekerjaan itu dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c pekerjaan itu
merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; d pekerjaan yang diborongkan tidak menghambat proses produksi secara langsung. Penjelasan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu identik bukan sebagai ketentuan pokok tetapi sebagai ketentuan penjelasan. Pasal 3 ayat 2 Peraturan
Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi selengkapnya disusun dengan redaksi sebagai berikut :
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
71
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun
kegiatan pelaksanaan pekerjaan. b.
Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan
71
Ibid.
pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan.
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya
kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan kegiatan utama sesuai dengan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan dan;
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung, artinya kegiatan tersebut
merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana
mestinya.
D. Hubungan Hukum antara PekerjaOutsourcing dengan Perusahaan