Upaya Hukum dalam Penyelesaian Sengketa

PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero secara eksplisit telah menyediakan formulir daftar hadir, cuti, dan formulir-formulir lain yang diperlukan tenaga kerja. 2. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 empat ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, perusahaan harus mengikutsertakan pekerja untuk menggunakan program jamsostek. Berdasarkan Pasal 7 surat perjanjian tenaga kerja, PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero telah membayar biaya pengolahan dan jamsostek sebesar Rp.31.164.000, Tiga Puluh Satu Juta Seratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah. 3. Berdasarkan Pasal 79 ayat 2 huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus. Sebanding dengan Pasal 10 ayat 4 surat perjanjian PT.Indonesia Asahan Aluminium Persero memberikan cuti 1 satu hari kerja bagi pekerja selama satu bulan.

E. Upaya Hukum dalam Penyelesaian Sengketa

Secara umum, upaya penyelesaian sengketa adalah bentuk atau karangka untuk mengakhiri atau menyelesaikan sengketa yang timbul diantara para pihak. Ricahard L. Abeld mengemukakan pengertian sengketa dispuite, sengketa adalah pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras inconsistent claim terhadap sesuatu yang ternilai. 92 92 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Jakarta : PT.Raja Grafindo Perkasa, 2006 hal. 120. Penyelesaian sengketa perjanjian PT. Indonesia Asahan Aluminium Persero dengan PT.Putra Tanjung Lestari dapat dibagi dua cara yaitu melalui Musyawarah dan Mufakat serta melaui Pengadilan Negeri Medan. Dan apabila terjadi perselisihan dalam rangka perjanjian ini, para pihak terlebih dahulu melakukan musyawarah mufakat yang diatur dalam Pasal 18 ayat 1 surat perjanjian kerjasama PT.INALUM Persero. 93 Barulah ketika musyawarah mufakat tidak dapat tercapai, maka penyelesaian akhir yang mengikat para pihak akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri. Untuk itu para pihak sepakat untuk memilih domisili pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau lazim disebut dengan alternative penyelesaian sengketa ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak. Didalam Surat Perjanjian PT.INALUM, penyelesaian sengketa diluar pengadilan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat yang diatur dalam pasal 18 ayat 1 surat perjanjian ini. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ini memberi makna yang dalam atas proses penyelesian di bidang ketengakerjaan dengan mengedepankan aspek nonlitigasi sebagai mekanisme yang harus dijalankan lebih dahulu, dan sedapat mungkin menjauhkan dari mekanisme pengadilan formal litigasi. Hal ini tepat mengingat budaya dan latar belakang sosiokultur masyarakat Indonesia dengan dasar falsafah 93 Surat Perjanjian tentang penyediaan dan pengelolaan tenaga kerja untuk office boy di pabrik peleburan PT.INALUM Persero. Pancasila sebenarnya mengutamakan musyawarah mufakat dalam memecahkan suatu persoalan. 94 Menurut M.Yahya Harahap 95 menulis bahwa proses litigasi dianggap tidak efektif dan efisien. Terutama di zaman sekarang yang ditandai beberapa gejala, yaitu business in global village, free market dan free competition, bahkan lebih jauh banyak kritik yang dilontarkan terhadap badan peradilan. Tidak dilaksanakanya kewajiban perjanjian dapat menimbulkan berbagai kemungkinan akibat, baik yang berkenaan dengan perjanjianya sendiri maupun yang berkenaan dengan kewajiban pihak-pihak. 96 Berbagai kemungkinan akibat yang timbul itu ditentukan dalam Pasal 1234, 1266, dan 1267 KUH Prdata sebagai berikut : 97 1. Pemutusan pembatalan perjanjian 2. Pelaksanaan sebagaimana mestinya 3. Pembayaran ganti kerugian 4. Pemutusan perjanjian ditambah pembayaran ganti kerugian 5. Pelaksanaan kewajiban ditambah ganti kerugian Dalam Pasal 18 delapan belas perjanjian ini ditentukan bahwa apabila terjadi perselisihan dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini, para pihak bersepakat untuk menyelesaikannya musyawarah mufakat, apabila musyawarah mufakat tidak berhasil maka akan dilakukan melalui Pengadilan Negei Medan sesuai dengan perjanjian para pihak. 94 Agusmidah, Op.cit. hal.168. 95 M.Yahya Harahap, beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Bandung: PT. Citra Aditya,1997 hal.144,151. 96 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalm Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1992 hal.14. 97 Ibid, hal.15. Proses penanganan perkara pada Pengadilan Negeri dimulai dengan pendaftaran gugatan. Isi gugatan memuat tuntutan penggugat yang meminta diputuskan oleh majelis hakim atas kelalaian tergugat memenuhi isi perjanjian. Setelah gugatan didaftarkan, pada persidangan pertama Majelis Hakim akan menganjurkan para pihak untuk melakukan perdamaian. Dalam proses ini para pihak diberikan kesempatan untuk berunding dengan difasilitasi oleh mediator dari Pengadilan Negeri. Mediator dipilih oleh para pihak dari Hakim yang ditunjuk pihak Pengadilan yang bertugas selaku mediator. Apabila ternyata perkara tidak dapat diselesaikan melalui mediator, barulah kemudian diperiksa dalam persidangan yang terbuka untuk umum, yang dipimpin oleh Majelis Hakim yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. 98 Tahapan persidangan perkara perdata dimulai dengan pembacaan gugatan. Selain itu biasanya sidang diundur satu minggu untuk memberi kesempatan kepada tergugat mempersiapkan jawabannya. Setelah jawaban disampaikan, penggugat diberi kesempatan untuk menguatkan gugatannya dan memeberi pendapat atas jawaban tergugat melalui pengajuan duplik. Atas duplik yang diajukan penggugat, tergugat masih diberi kesempatan untuk memperkuat jawabanya dan memberikan pendapat atas duplik penggugat, yang disebut dengan pengajuan replik. Setelah replik, maka proses jawab-menjawab dianggap selesai dan selanjutnya para pihak diberi kesempatan untuk melakukan pembuktian. Kesempatan pertama diberikan kepada penggugat untuk membuktikan dalil-dali gugatannya. Kesempatan berikutnya diberikan kepada tergugat untuk membuktikan dali-dalil jawabanya. 98 Sehat Damanik,Op.cit, hal. 126. Proses selanjutnya adalah pembuktian pada tahap ini pemeriksaan perkara dianggap telah selesai. Sebelum Majelis Hakim memberikan putusannya, para pihak terlebih dahulu diberi kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan tertulis atas perkara tersebut. Kesimpulan tersebut tentu diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan perkara, bukti-bukti dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan. Tujuanya adalah untuk membantu Majelis Hakim dalam memberikan putusan yang seadil-adilnya. Karena tujuannya hanya untuk membantu, maka penyampaian kesimpulan bukan merupakan sesuatu yang wajib. Para pihak diberi kebebasan untuk memberikan atau tidak. 99 Tahap akhir dari semua proses pemeriksaan perkara perdata adalah pembacaan putusan Majelis Hakim. Para pihak yang tidak menerima putusan berhak mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Pengajuan banding tersebut sudah harus dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya setelah 7 tujuh hari sejak pembacaan putusan. 100 Berdasarkan perjanjian kerjasama ini, force majeure disebut sebagai keadaan memaksa. Berdasarkan Pasal 17 ayat 1 perjanjian ini, yang dimaksud dengan keadaan kahar adalah pelaksanaan ketentuan Undang-Undang, peraturan- peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia, kebakaran, ledakan, banjir, gempa bumi, bencana alam, topanbadai, perang, perang saudara, huru-hara, pemberontakan, pemogakan, epdemic wabah penyakit, tindakan pemerintah dibidang moneter yang langsung mengakibatkan kerugian luar biasa. Pasal 17 ayat 2 perjanjian ini, apabila salah satu pihak yang mengalami keadaan memaksa tersebut tidak memberitahukan tentang keadaan tersebut kepada 99 Ibid, hal.125. 100 Ibid, hal.126. pihak lainnya, maka keadaan tersebut dianggap bukan merupakan keadan memaksa, sehingga kelalaian pemenuhan suatu prestasi olah salah satu pihak dapat dikenakan denda. 83 BAB IV KEDUDUKAN PERJANJIAN ANTARA PT.INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM DAN PT.PUTRA TANJUNG LESTARI SETELAH PT.INALUM BERUBAH BENTUK BADAN HUKUM MENJADI BUMN

A. Sejarah PT.Indonesia Asahan Aluminium Menjadi BUMN

Dokumen yang terkait

Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1865-1942.

10 89 154

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

7 147 147

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dengan Pertamina Dalam Kontrak Codolite (Di SPBU 14201101 Simpang Limun Medan )

6 123 124

Kedudukan Perjanjian Ekonomi Antara Pemerintah Daerah Dengan Lembaga Internasional Ditinjau Dari Hukum Nasional & Hukum Internasional

1 75 103

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Dengan Perusahan Penyedia Jasa Pekerja (Studi Penelitian Di PT. Gunung Garuda Group)

0 52 102

Dampak Program Community Development PT. Inalum Terhadap Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

3 44 107

Perjanjian Kerjasama Antara Developer Dengan Bank Dalam Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)

22 304 137

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 1 34

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 0 20