Praktik Peradilan Tata Negara

Pengantar I lmu Hukum Tata Negara Jilid I 1 B AB I P EN D AH U LU AN

A. Latar Be lakan g

Terdapat tiga hal yan g m elatarbelakan gi pen u- lisan buku ini. Pertam a, dun ia pustaka di tanah air sa- n gat m iskin den gan buku-buku yan g berisi in form asi yan g luas dan m en dalam den gan perspektif yan g bersifat altern atif. Inform asi dan hasil analisis kritis m engenai berbagai soal dalam bidang ilm u hukum tata negara dalam buku in i m erupakan alternatif pilihan terhadap sem ua buku dan karya yang sudah ada selam a ini. Ka- dan g-kadan g buku-buku yang tersedia hanyalah buku yan g berisi kum pulan peraturan perundan g-un dan gan di bidang politik dan ketatan egaraan dengan tam bahan kom entar dan catatan yang serba sum ir, tan pa keda- lam an an alisis dengan berbasis teori-teori yan g telah berkem ban g pesat di lin gkun gan n egara-negara m aju. Oleh karena itu, buku dengan kedalam an pengertian ten - tan g berbagai aspek ilm iah tentan g hukum tata n egara sungguh diperlukan. Kedua, dari segi jum lahnya, buku-buku yang ter- sedia di perpustakaan dan di toko buku juga san gat ter- batas. Oleh sebab itu, dibutuhkan lebih banyak buku untuk m en doron g pen ingkatan pen gkajian -pen gkajian yan g lebih in tensif oleh para m ahasiswa dan pem in at m asalah ketatan egaraan . Budaya baca di kalangan m asyarakat kita san gat- lah lem ah, dan dem ikian pula budaya m en ulis juga sa- n gat terbatas, apalagi un tuk m enjadi penulis buku-buku yan g berm utu. Men jadi pen ulis yan g baik saja pun sekaran g in i belum lah dapat dijadikan an dalan un tuk Pengantar I lmu Hukum Tata Negara Jilid I 2 hidup. Karen a tidak ada oran g yang m am pu hidup han ya dengan m en gan dalkan kem am puan m en ulis. Oleh karen a itu, buku yan g berm utu juga m en jadi san gat kuran g jum lahn ya. Kata kun cin ya tidak lain adalah bahwa konsum en dan kon sum si buku di m asya- rakat kita m asih sangat tipis jum lahnya, sehingga tidak dapat m en ggerakkan roda in dustri buku un tuk dapat tum buh sehat. Untuk itu, sebagai seorang guru dalam pendidikan hukum yan g kebetulan m endapat keperca- yaan m en jadi Ketua Mahkam ah Kon stitusi, di tengah ke- sibukan kerja sehari-hari, saya m erasa bertanggung jawab secara m oral un tuk terus m en ulis buku un tuk kepen tin gan m ahasiswa dan m asyarakat pem in at lain - n ya. Ketiga, perkem bangan ketatan egaraan In donesia sendiri sesudah terjadinya reform asi nasion al sejak ta- hun 1998 yan g kem udian diikuti oleh terjadin ya Peruba- han UUD 1945 secara san gat m en dasar sebanyak em pat kali, yaitu pada tahun 1999, 20 0 0 , 20 0 1, dan 20 0 2, telah m en gubah secara m en dasar pula cetak biru blue-print ketatanegaraan In don esia di m asa yan g akan datang. Oleh karen a itu, diperlukan banyak buku baru yang dapat m en ggam barkan perspektif-perspektif baru itu, tidak saja di dun ia teori, tetapi juga di bidan g hukum positif yang sekarang berlaku. Sam pai sekarang, pem asyarakatan UUD 1945 pasca Perubahan Keem pat relatif m asih san gat terbatas. Padahal, isin ya telah m en galam i perubahan lebih dari 30 0 persen . Sebagai gam baran , sebelum diadakan Peru- bahan , n askah UUD 1945 berisi 71 butir keten tuan ayat atau pasal. Akan tetapi sekaran g, setelah m en galam i 4 em pat kali perubahan , keten tuan yan g terkandun g di dalam n ya m enjadi 199 butir. Dari rum usan keten tuan yang asli, hanya tersisa 25 butir saja yang sam a sekali tidak berubah. Sedan gkan selebihn ya, yaitu 174 butir, sam a sekali m erupakan butir-butir keten tuan baru dalam Pengantar I lmu Hukum Tata Negara Jilid I 3 UUD Negara Republik Indon esia Tahun 1945. Artin ya, m eskipun n am an ya m asih m en ggunakan nam a lam a de- n gan pen egasan kem bali dengan n am a resm i “Un dang- Un dang Dasar Negara Republik Indon esia Tahun 1945”, tetapi isin ya sudah lebih dari 30 0 persen baru. Un tung- lah bahwa pem bukaan n ya tidak m engalam i perubahan , dan n askah stan dar yan g dijadikan pegan gan dalam m elakukan perubahan itu adalah n askah UUD 1945 se- bagaim an a Dekrit Presiden 5 J uli 1959. Den gan dem i- kian, m eskipun isin ya sudah m en galam i perubahan lebih dari 30 0 persen , tetapi jiwan ya tetap jiwa proklam asi, dan orisin alitas ideologinya tetap terpelihara sesuai nas- kah aslin ya yang diwarisi dari tahun 1945. Nam un , sebagai akibat dari perubahan yang san gat m en dasar dan bersifat besar-besaran itu, tidak ada jalan lain , harus ada upaya bersen gaja un tuk m en yebarluaskan pen gertian-pen gertian baru dalam UUD 1945, terutam a di kalangan para calon ahli hukum sendiri, yaitu para m ahasiswa hukum di seluruh tanah air. Un tuk itu, pen ulisan buku ini term asuk dalam ran gka kebutuhan yan g am at m en desak m en genai pe- m asyarakatan kesadaran akan kon stitusi “baru” In - don esia, yaitu UUD Negara Republik In don esia Tahun 1945 pasca perubahan . Banyak kalan gan dosen dan bahkan ban yak pula para guru besar hukum tata n egara sen diri serta para ahli hukum pada um um nya yang belum sun gguh-sun gguh m em aham i pen gertian -pen ger- tian baru dalam substan si perubahan yang terjadi dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Ta- hun 1945. Lagi pula, di kalangan para sarjana hukum In do- n esia sejak dulu, terdapat pula kebiasaan buruk m en ge- n ai cara berpikir politis ten tang hukum . Para sarjan a hu- kum serin g berpikir m engen ai apa yan g ia ingin kan de- ngan suatu ketentuan hukum , bukan apa yang diin gin - kan oleh perum usan n orm a hukum itu sen diri. Orang Pengantar I lmu Hukum Tata Negara Jilid I 4 sering terjebak dalam kein gin an n ya sen diri m en genai apa yan g sem estin ya diatur, bukan apa yang dikehen daki oleh peraturan itu sendiri. Para sarjan a hukum kita cen - derung bersikap sebagai politisi hukum daripada ber- sikap sebagai jurist. Perhatian para sarjana hukum keba- n yakan tertuju kepada politik hukum legal policy dari- pada norm a hukum itu sen diri. Para sarjan a hukum , apalagi di kalangan aktivis di lapangan , para advokat, ataupun para dosen yan g terlibat aktif sebagai pen gam at, cen derung bertindak sebagai sarjan a patriotis yang in gin m em perjuangkan nilai agar dapat turut m em perbaiki hukum . Kecenderun gan dem ikian biasan ya dibun gkus pula oleh alasan yan g bersifat pseudo-ilm iah, den gan m en dasarkan diri pada teori-teori ilm iah yan g secara salah kaprah dipergunakan. Misaln ya, dikatakan bahwa sarjana hukum tidak boleh berpikir dogm atis-positi- vistik, atau sarjan a hukum sudah seharusn ya m engu- tam akan perasaan keadilan yan g hidup dalam m asya- rakat, sehin gga tidak perlu terpaku kepada bun yi teks. Padahal, ukuran perasaan keadilan itu sangat relatif dan cen derun g m enyebabkan pen erapan hukum m en jadi sa- n gat dipen garuhi oleh faktor-faktor kekuatan politik m a- joritarian . Apabila dipan dang dari segi kebutuhan akan pem baruan hukum di n egara kita yan g dewasa in i sedang berubah m enjadi lebih dem okratis dan berkeadilan , hal itu ten tu m erupakan fen om en a yang baik dan positif. Upaya m elakukan perom bakan m em erlukan sikap kritis dari ban yak kalan gan , terutam a dari kalan gan para ahli hukum sen diri. Nam un , kebiasaan sem acam itu jika tidak terkendali, justru dapat m en yebabkan terjadin ya destabilisasi dan disharm on i dalam diskursus publik public discourse yang pada giliran n ya m en yebabkan sem akin kacaun ya tertib hukum nasion al kita.