6 putaran kedua dilaksanakan dengan cara sama tetapi dengan isi pesan
berbeda; 7
pada akhir putaran kedua guru mengumumkan perolehan skor akhir setiap kelompok dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan
mendapatkan bonus, sedangkan kelompok yang memperoleh skor terendah akan dikenakan sanksi;
8 guru meminta ketua kelompok yang memperoleh bonus untuk mengambil
amplop bonus yang ada dalam kotak; 9
guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik untuk menentukan sanksi bagi satu kelompok terendah dengan cara mengambil
amplop sanksi yang akan dijatuhkan pada kelompok tersebut; 10
kelompok yang mendapatkan sanksi melaksanakan sanksi sesuai dengan bunyi pesan sanksi yang dibacakan oleh ketua kelompok terbaik.
2.5 Karakter
2.5.1 Pengertian Karakter
Pendidikan di Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan siswa pintar secara intelektual namun juga memiliki karakter yang baik. Berdasarkan
tujuan tersebut pemerintah mencanangkan pendidikan karakter yang terintegrasi pada semua mata pelajaran. Menurut Koesoema 2010: 79, karakter diasosiasikan
sebagai temperamen yang menekankan pada unsur psikososial serta berkaitan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut
pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis individu. Sedangkan
Asmani 2012: 27 menyatakan bahwa karakter merupakan titipan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan
menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Kualitas kepribadian bukan merupakan barang jadi, namun melalui proses
pendidikan yang diajarkan secara serius, sungguh-sungguh, konsisten, dan kreatif, dimulai dari unit terkecil dalam keluarga, kemudian masyarakat, dan lembaga
pendidikan secara umum. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 tersebut bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan
Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter. Sehingga generasi bangsa tumbuh berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilai-
nilai luhur bangsa serta agama.
2.5.2 Konfigurasi Pengembangan Karakter
Berdasarkan Kerangka Acuan Pendidikan Karakter 2010: 8-10 proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan nature
dan faktor lingkungan nurture. Faktor bawaan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan
merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh
masyarakat atau individu melalui rekayasa faktor lingkungan. Faktor lingkungan
memiliki peran yang besar terhadap perubahan perilaku siswa sebagai hasil dari proses pendidikan karakter. Pembentukan dan rekayasa lingkungan diantaranya
mencakup lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode pembelajaran. Pembentukan karakter melalui rekayasa
faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi: 1 keteladanan, 2 intervensi, 3 pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan 4 penguatan.
Perkembangan dan
pembentukan karakter
memerlukan pengembangan
keteladanan yang diintervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan disertai
dengan nilai-nilai luhur. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas 2010,
secara psikologis dan sosial kultural, pembentukan karakter dalam diri individu meliputi fungsi dari seluruh potensi individu manusia kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam konteks interaksi sosial kultural dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial
kultural tersebut dapat dikelompokkan menjadi olah hati spiritual and emotional development, olah pikir intellectual development, olah raga dan kinestetik
physical and kinesthetic development, serta olah rasa dan karsa affective and creativity development.
2.5.3 Pendidikan Karakter