Learning PBL dapat meningkatkan hasil belajar pada materi masalah ekonomi siswa kelas X IIS 5 SMA Negeri 1 Juwana.
Pembelajaran menggunakan model problem based learning PBL dengan strategi mind mapping merupakan hal yang baru dalam pembelajaran ekonomi di
kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo. Siswa diajak untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun pada awalnya siswa mengalami
kesulitan dalam belajar tetapi seiring berjalannya waktu siswa mulai mengalami ketertarikan untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan mind
mapping membuat siswa tidak jenuh yang biasanya mencatat atau menyelesaikan masalah di buku atau dikertas ditulis secara biasa, membuat mind mapping
menjadikan siswa lebih bersemangat, tidak jenuh dan meningkatkan kreatifitas siswa. Selain itu, guru turut berperan sebagai fasilitator yang baik, membimbing
siswa untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data serta hasil penelitian
terdahulu maka dapat dikatakan bahwa dengan penerapan model problem based learning PBL dengan strategi mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran ekonomi materi indeks harga dan inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran 20152016.
4.2.2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Uji hipotesis 2 pada penelitian ini menggunakan data nilai post-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian diuji menggunakan independent
sample t-test. Hasil pengujian menunjukkan nilai sig 2-tailed 0,020 kurang dari
0,05 yang artinya H
2
diterima. Hasil ini menunjukkan adanya temuan penelitian bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar post-test yang signifikan antara
kedua kelas. Perbedaan hasil belajar yang signifikan menunjukkan bahwa nilai rata-rata post-test kelas eksperimen sebesar 80,35 lebih tinggi dari pada rata-rata
post-test kelas kontrol sebesar 74,88.
Pembelajaran dikelas eksperimen menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol karena perbedaan dalam penggunaan model dan
media pembelajaran. Peneliti telah melakukan semua aktivitas sesuai yang tercantum dalam RPP. Dimulai dari aktivitas pada kegiatan pendahuluan yang
meliputi masuk kelas tepat waktu, membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kesiapan mengikuti pelajaran, menyampaikan materi, tujuan
dan model pembelajaran yang digunakan, serta memotivasi siswa. Dalam kegiatan inti guru meminta siswa menggali informasi materi dari berbagai sumber,
memberi contoh masalah dan menyelesaikan dengan mebuat mind mapping, selain itu guru memandu siswa untuk menemukan penyelesaiannya, meminta
siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami, meneliti kesulitan yang dialami oleh siswa. Sementara untuk kegiatan penutup yang meliputi aktivitas
membuat simpulan materi bersama siswa, memberikan PR, menyampaikan materi selanjutnya yang harus dipelajari, serta yang terakhir mengucapkan salam dan
meninggalkan kelas tepat waktu. Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol tidak diberi pelakuan khusus.
Sebenarnya pembelajaran pada kelas kontrol hampir sama dengan kelas esksperimen namun hal yang membedakan adalah penggunaan model dan media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. kegiatan inti terdiri dari ceramah, tanya jawab dan latihan soal namun latihan soalnya tidak sesering di
kelas esksperimen. Pembelajaran dalam kelas kontrol lebih banyak dilakukan secara satu arah dimana guru menjelaskan sedangkan siswa hanya mendengarkan
dan mencatat materi sehingga banyak waktu yang tersita untuk hal-hal seperti menunggu siswa selesai mencatat, menjelaskan keterangan yang sama secara
berulang-ulang karena ketidakfokusan siswa dalam memperhatikan guru, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
Hasil pengamatan aktivitas siswa menunujukkan pada kelas eksperimen siswa lebih aktif dibandingkan dengan kelas kontrol. Aktivitas siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada pertemuan pertama sama-sama mendapat kriteria cukup aktif, di pertemuan kedua kelas eksperimen mengalami peningkatan
mendapat kriteria aktif sedangkan kelas kontrol tetap mendapatkan kriteria cukup aktif. Pada pertemuan ketiga dan keempat kelas eksperimen mendapat kriteria
sangat aktif sedangkan pada kelas kontrol hanya mendapat kriteria cukup aktif dan aktif. Dari hasil observasi tersebut menunjukan bahwa penggunaan model
problem based learning PBL dengan strategi mind mapping dapat membuat siswa lebih aktif dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model problem based learning PBL dengan strategi mind
mapping dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, sehingga aktivitas belajar siswa dalam belajar lebih mudah meningkat. Penerapan model
pembelajaran konvensional secara terus-menerus tanpa adanya variasi dapat
membuat siswa menjadi bosan dan malas belajar. Dalam belajar hanya terjadi interaksi satu arah yaitu dari guru ke siswa sehingga suasana belajar yang
diperoleh siswa kurang optimal. Peningkatan model problem based learning PBL dengan strategi mind
mapping ditunjukkan dengan selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test pada kelas eksperimen sebesar 25,05 sedangkan selisih nilai rata-rata pre-test dan post-
test pada kelas kontrol adalah sebesar 16,96. Selisih peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol lebih besar kelas eksperimen, maka
peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model problem based learning PBL dengan strategi mind mapping adalah 8.09. Peningkatan hasil belajar siswa
juga dilihat dari tingkat ketuntasan pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu 83 pada kelas eksperimen dan 56 pada kelas kontrol.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Annisa Rahma dan Kardoyo 2014 juga menunjukkan hal yang sama yaitu penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning dapat juga meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah perubahan nilai
tukar rupiah terhadap valuta asing. Selain dengan model pembelajaran problem based learning PBL, model pembelajaran juga bisa dipadukan dengan metode
pembelajaran lainnya. Mind mapping juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, penelitian oleh Maisyarah 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa hasil
belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran mind mapping dikelas XF SMA Negeri 5 Pontianak rata-rata
nya mencapai ≥ 70.
Hasil temuan lain yang mendukung penelitian ini untuk penggunaan metode mind mapping adalah penelitian yang dilakukan oleh Nina Mahardani dan
Widiyanto 2014 yang menyebutkan hasil belajar Ekonomi menggunakan model concept mapping lebih baik dari pada model think pair share. Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Hilda Sridewita dan Syamsul Amar 2014 yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
mind maping lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data serta hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa penerapan model problem based learning
PBL dengan strategi mind mapping lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi indeks harga
dan inflasi siswa kelas XII IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran 20152016.
121
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut:
1 Model pembelajaran problem based learning PBL dengan strategi mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi indeks harga dan
inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek, Wonosobo tahun pelajaran 20152016. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh pre-test kelas
eksperimen 55,30 meningkat menjadi 80,35 pada post-test atau mengalami peningkatan 45,28 dengan selisih nilai pre-test dan post-test adalah 25,04.
2 Model pembelajaran problem based learning PBL dengan strategi mind mapping lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional pada materi indeks harga dan inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran 20152016.Yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata post test kelas eksperimen 80,35 lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas control sebesar 74,88.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran yang dapat diajukan terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Penerapan model problem based learning PBL dengan strategi mind mapping memungkinkan terjadi ketidak kondusifan kelas yang disebabkan
122
hidupnya diskusi dalam ruangan, sebaiknya guru mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah ini.
2. Keterbatasan penelitian ini adalah pada instrument penelitian soal uji coba. Dari 35 soal 25 soal valid dan soal dikatakan memiliki reliabel yang baik,
tetapi untuk tingkat kesukaran dan daya pembeda soal dikategorikan kurang baik. Tingkat kesukaran soal dari 35 soal 26 soal kategori mudah dan 9 soal
kategori sedang. Menurut Arikunto 2012:222, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Daya beda soal uji coba dari
35 soal 23 kategori jelek, 6 soal kategori cukup, 4 soal kategori baik dan 2 soal kategori sangat baik. Banyak soal dengan kategori jelek, soal yang baik
adalah soal yang dapat membedakan antara anak pandai dengan anak bodoh, dilihat dari dapat dan tidaknya mengerjakan soal itu. Butir-butir soal yang
baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7 atau dalam kategori soal baik Arikunto, 2012:231. Disarankan
untuk penelitian selanjutnya memperhatikan syarat-syarat soal yang baik. 3. Beberapa soal masih menggunakan jenis soal well structed yang seharusnya
dalam penggunaan model problem based learning jenis soal iil structed, Jadi model problem based learning PBL dengan strategi mind mapping kurang
tepat diterapkan pada materi indeks harga dan inflasi. Disarankan untuk pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan materi. Namun demikian
semoga penelitian yang telah dilaksanakan ini dapat bermanfaat bagi kegiatan penelitian selanjutnya.