Pelayanan Profesional Dokter Spesialis

i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit. j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah, preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan obat tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis. k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. l. Mawas diri dan mengembangkan diri belajar sepanjang hayat dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran. m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien.

2.3.2 Pelayanan Profesional Dokter Spesialis

Salah satu jenis pelayanan kesehatan selain primer dan tersier adalah jenis pelayanan sekunder yaitu pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier secondary and tertiary health care, adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan kesehatan sekunder dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter subspesialis Universitas Sumatera Utara terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat inpantient services. Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Contoh : Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D Cascio dan Hodgetss, 1983. Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Sugito Wonodirekso mengatakan, meski memiliki tingkat kompetensi yang sama, dokter layanan primer memiliki kompetensi yang berbeda dengan dokter spesialis. Jika dijabarkan dalam kompetensi dokter layanan primer meliputi kontak pertama dan langsung dengan pasien, dapat mendiagnosis semua macam penyakit, gejala penyakit, usia, kelamin, dan ikut berperan dalam pencegahan penyakit secara umum. Ini tentu berbeda dengan dokter spesialis yang hanya menangani penyakit-penyakit tertentu saja. Maka tidak heran dokter spesialis umumnya hanya terlibat dalam upaya kuratif, sementara dokter layanan primer perlu terlibat dalam upaya preventif promotif. Secara jelas masyarakat harus melalui fasilitas primer terlebih dulu baru akan dilayani di tingkat sekunder dan tersier. Menurut pendapat Hodgetts dan Casio dalam Wijayanti 2013, pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran medical services ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri solo practice atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga. Universitas Sumatera Utara Pelayanan kesehatan sekunder oleh dokter spesialis pada umumnya hanya terlibat dalam upaya kuratif melalui perilaku profesional layanan kesehatan dengan tahapan sebagai berikut: a. Persiapan Sebelum anamnesis dilakukan oleh dokter, sebaiknya dokter memeriksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini. Tahap awal sebelum sebelum dokter melakukan anamnesis antara lain adalah dokter bersikap ramah terhdap pasien, memberikan salam senyum dan sapa, mempersilahkan kepada pasin untuk duduk, memperhatikan perilaku atau penampilan pasien, mempersiapkan catatan, menciptakan suasana yang santai menanyakan keadaan pasien atau kabar pasien saat itu Maulana, 2008. b. Anamnesis Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data Universitas Sumatera Utara atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70 kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar Pornomo, 2000. Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya Patricia dan Potter, 2005. Pada saat anamnesis dilakukan dokter memberikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana. Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada Universitas Sumatera Utara padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut. c. Pemerikaan fisik Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien, penapisanskrining keadaan wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatanpenyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatanrekam medis medical record pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-temuan klinis yang kemudian selalu diperbarui updated dan ditambahkan sepanjang waktu Ketika pemeriksaan berlangsung, setiap langkah harus dijelaskan, memberitahu pasien terlebih dahulu jika suatu tindakan mungkin akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien. Keterangan singkat harus diberikan kepada pasien mengenai tubuh pasien, metode pemeriksaan diri sendiri, tanda-tanda dan gejala- gejala masalah yang potensial, dan seterusnya. Berbagi informasi tersebut akan membangun hubungan dan kepercayaan. Harus diingat, jika seseorang menjadi tegang, dia bisa menjadi sangat pendiam atau sebaliknya terlalu banyak bicara. Sekedar mengobrol akan mengganggu pasien dan tidak membangun suatu hubungan yang bermanfaat untuk terapi. Bahkan mungkin akan membuat pasien tidak senang dan memutuskan komunikasi. Oleh karena itu, anda harus selalu memantau tingkat Universitas Sumatera Utara kecemasan anda sendiri dan berkonsentrasi menjalin komunikasi yang efektif sehubungan dengan terapi. Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fsik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 1 Inspeksi Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji menilai pasien. Secara formal, pemeriksa fisik dapat dilakukan menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. 2 Palpasi Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk konsistensi dan mobilitasgerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang tubuh Universitas Sumatera Utara 3 Perkusi Perkusi adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5- 7 cm 2-3 inci di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu. 4 Auskultasi Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalamviscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi pitch, intensitas keraslemahnya, durasi, kualitas timbre dan waktunya. Dokter akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah suara Korotkoff, suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Selama pemeriksaan fisik, dokter melakukan langkah-langkah yang dapat menjamin keamanan pasien dan dokter sendiri terhadap transmisi penyakit yang dapat menyebar melalui darah dan untuk mencegah komtaminasi-silang. Cairan tubuh yang dianggap bersifat infeksius atau dapat menyebarkan infeksi antara lain ludahsaliva, darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, cairan amnion, cairan pericardia dan peritonela, cairal pleura dan simovial. CDC telah menetapkan Universitas Sumatera Utara pedoman langkah-langkah yang harus diikuti untuk membantu mencegah penularan penyakit infeksi selama pemeriksaan fisik. d. Memberikan terapi Terapi adalah program pengobatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter spesialis berdasarkan penegakan diagnosis atas kesimpulan tentang penyakit yang diderita pasien berdasarkan analisis terhadap gejala, tanda, dan hasil-hasil pemeriksaan penunjang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, dokter spesalis akan memberikan terapi kepada pasien. Terapi yang diberikan bermacam- macam tergantung jenis penyakit, lama waktu pengobatan dan stadium penyakit. Dalam memberikan terapi seperti obat biasanya dokter selalu menganjurkan cara dan waktu yang tepat untuk mengkonsumsi obat dan dianjurkan bagi pasien dan keluarga untuk memberikan makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Selain itu, terapi dokter spesialis sesuai dengan kemampuan keluarga pasien dalam menyediakan obat-obat yang akan diberikan kepada pasien, karena biaya pembelian obat cenderung berjenis atau berbeda-beda nilainya tergantung merek dan jenisnya. e. Terminasi Termin adalah jangka waktu, babak, tahap dalam suatu aktivitas Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas kesehatan dengan klien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada Universitas Sumatera Utara terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien selesai menjalani pengobatan Uripni, 2002. Pada fase terminasi tenaga kesehatan membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sekarang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi. Stuart G.W. 2007 menyatakan bahwa proses terminasi petugas kesehatan- klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawatdokter, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawatdokter untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya

2.4. Kepuasan

Dokumen yang terkait

Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

7 97 94

Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) terhadap Kepuasan Pasien Umum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

6 106 153

Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

12 147 94

Kepuasan Pasien Rawat Inap yang Menggunakan Layanan Asuransi Kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 37 117

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2000-2004

0 28 94

Analisa Tingkat Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Keperawatan Prima di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

10 105 83

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PELAYANAN PROFESIONAL DOKTER SPESIALIS DENGAN KEPUASAN PASIEN UMUM DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

0 1 37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia - Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 2 26

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 3 9

Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 18