Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
0 = l’ dr + k’ dy
k dr = -
— dy l
dengan mensubstitusikan ke persamaan 2.30 diperoleh: ……………………………………………2.31
Karena c ’ 1 – t’ kurang dari satu dan positif maka multiplier tersebut
bernilai positif. , = menunjukkan penurunan investasi yang berasal dari peningkatan r, sewaktu y dan r meningkat sepanjang kurva LM, dan
merupakan slope kurva LM, sehingga jika kurva LM mempunyai slope = 0, atau kurva LM horizontal, maka multiplier akan menjadi:
…………………………………… 2.32
Artinya, perubahan pengeluaran pemerintah g meskipun kecil akan menghasilkan perubahan output yang besar, karena adanya multiplier effect
tersebut. Efek perubahan output akan makin besar dengan bentuk kurva LM yang horizontal.
Berdasarkan persamaan 2.32, output atau pendapatan nasional dapat dituliskan sebagai berikut :
NX G
I C
AD AS
2.33 Pada persamaan 2.33, masing-masing komponen pembentuk output
berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan nasional. Pada penelitian ini, perubahan terhadap pengeluaran pemerintah
∆G dapat dilihat berdasarkan struktur anggaran pada APBN. Pada Gambar 8 terlihat jika terjadi peningkatan
salah satu variabel AD misalnya pengeluaran pemerintah dan variabel yang lain dianggap tetap, maka Aggregate Demand bergeser ke kanan atas yang
dg l
k i
t c
dy 1
1 1
l k
i
l k
i
l k
i
dg MPC
t c
dg dy
1 1
1 1
menyebabkan pendapatan nasional meningkat dari Y
1
ke Y
2
dan tingkat harga umum menjadi naik dari P
1
ke P
2
.
Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992 Gambar 8. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Sukirno 2000 menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur
perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah untuk menstabilkan harga,
output perekonomian, mendorong kesempatan kerja, serta memacu pertumbuhan ekonomi. Secara teori dampak pengeluaran pemerintah jika dihubungkan dengan
konsep budget line dapat diilustrasikan sebagai berikut Sukirno, 2000: Dari Gambar 9. terlihat bahwa pada awalnya dengan anggaran tertentu
area konsumsi berada pada pilihan yang dibatasi oleh budget line AB. Adanya pengeluaran pemerintah untuk barang sosial, misalnya subsidi obat untuk
meningkatkan akses terhadap kesehatan membuat budget line bergeser ke kanan AC. Artinya pengeluaran pemerintah dapat memperluas pilihan masyarakat. Jika
peningkatan pengeluaran pemerintah digunakan untuk fasilitas publik yang mendorong perekonomian seperti jalan, jembatan, kilang minyak, pelabuhan, dan
infrastruktur fisik lainnya maka akan menaikkan aggregat demand yang memicu investasi sehingga pada akhirnya meningkatkan produksi pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja.
Sumber: Sukirno, 2000 Gambar 9. Perubahan Budget Line Karena Adanya Pengeluaran Pemerintah
Dari berbagai studi empiris pengeluaran pemerintah terbukti dapat memperbaiki kegagalan pasar. Menurut Mangkoesoebroto 1993 perkembangan
teori makro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1 Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran
pemerintah oleh Rostow dan Musgrave, 2 Hukum Wagner mengenai perkembangan aktivitas pemerintah, dan 3 Teori Peacock Wiseman tentang
pembayaran pajak. Barang Sosial
Ba ra
ng L ai
n
B C
A
Rostow dan Musgrave mengembangkan model pembangunan yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap
pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi
pemerintah terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan
sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal
landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan bahwa aktivitas
pembangunan ekonomi pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan pensiun,
program pelayanan kesehatan masyarakat, dan lain-lain Mangkoesoebroto,1993. Wagner mengemukakan perkembangan pengeluaran pemerintah yang
semakin besar dalam persentase terhadap GNP Gross National Product. Teori ini didasarkan pada pengamatan di negara-negara Eropa, USA, dan Jepang pada
abad ke-19 Mangkoesoebroto, 1993. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu Hukum Wagner: “Dalam suatu perekonomian, apabila
pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat
”. Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam Gambar 11 di mana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh
kurva perkembangan pengeluaran pemerintah Mangkoesoebroto, 1993.
Teori Peacock Wiseman dianggap sebagai teori dan model yang
terbaik dari ketiga teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah
Mangkoesoebroto, 1993. Teori ini sering disebut “The Displacement Effect”, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa
memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin
besar tersebut. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, suatu tingkat di mana
masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah Mangkoesoebroto, 1993.
Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak.
Sumber: Mangkoesoebroto, 1993
Gambar 10. Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut “Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun
tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat, oleh karena itu dalam keadaan
normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar,
begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.” Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi
Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, tetapi berbentuk seperti tangga seperti yang terlihat pada Gambar 10.
2.6.
Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan
Kenaikan pendapatan nasional dan tingkat harga umum akan mendorong kenaikan terhadap kesempatan kerja. Pertama, jika pendapatan nasional
meningkat berarti produksi nasional meningkat. Kenaikan produksi nasional akan mendorong penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan faktor produksi
lainnya. Artinya pertumbuhan mendorong pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Disisi lain, kenaikan pendapatan nasional juga menyebabkan
kenaikan tingkat harga umum P. Kenaikan tingkat harga umum ini menyebabkan upah riil WP di pasar tenaga kerja menjadi turun. Penurunan
tingkat upah riil akan menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja tambahan selama produk marginal
tenaga kerja marginal product of labour, MPL melebihi biaya tambahan karena menggunakan tenaga kerja tambahan MPL WP. Kemiringan kurva MPL yang
negatif mencerminkan permintaan tenaga kerja, dimana perusahaan akan
mempekerjakan tenaga kerja tambahan jika tingkat upah riil mengalami penurunan. Secara ringkas bagaimana upah riil mempengaruhi permintaan tenaga
kerja disajikan pada Gambar 11.
Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992 Gambar 11. Dampak Pertumbuhan terhadap Kesempatan Kerja
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan penyediaan lapangan kerja yang layak untuk seluruh masyarakat. Alokasi APBN harus dapat
mendorong peningkatan kesempatan kerja. Ketika ekonomi pasar gagal untuk mengalokasikan sumberdaya secara efisien, pengeluaran pemerintah dapat
mengoreksi kegagalan pasar tersebut. Menurut Rao 1998 kegagalan pasar dapat disebabkan oleh: 1 Tidak semua barang dan jasa diperdagangkan, ada barang
publik yang mempunyai karakteristik non excludable dan non rivalry, 2 beberapa jenis barang mempunyai karakteristik increasing return to scale.
Masyarakat dapat memeroleh harga lebih rendah dan output lebih tinggi jika pemerintah berperan sebagai produsen atau memberikan subsidi untuk menutup
biaya, 3 adanya eksternalitas, sehingga dampak sosial kurang diperhitungkan, dan 4 adanya informasi asimetri antara produsen dan konsumen merupakan
suatu keniscayaan dalam ekonomi, oleh karena itu intervensi pemerintah diperlukan untuk meminimasi asimetri yang terjadi.
Hubungan antara Pendapatan Nasional GDP dan pengangguran dapat dijelaskan dengan Hukum Okun. Hukum Okun diambil dari nama Arthur Okun,
nama ekonom yang pertama kali mempelajari hubungan antara pendapatan nasional dan pengangguran. Hukum Okun menyatakan bahwa terdapat hubungan
negatif antara pengangguran dan GDP riil. Hal itu dapat dijelaskan melalui fakta bahwa ketika GDP riil meningkat para pekerja membantu dalam proses
memproduksi barang sedangkan para penganggur tidak. Oleh karena itu, peningkatan dalam tingkat pengangguran akan menyebabkan GDP riil turun.
Formula hukum Okun adalah bahwa perubahan persentase dalam GDP riil = 3 - 2 x perubahan dalam tingkat pengangguran. Berdasarkan formula tersebut,
jika tingkat pengangguran tetap sama, maka GDP riil tumbuh sekitar 3 persen. Pertumbuhan produksi barang serta jasa yang normal ini merupakan hasil dari
pertumbuhan angkatan kerja, akumulasi modal, dan kemajuan teknologi. Selain itu, untuk setiap poin persentase kenaikan tingkat pengangguran, pertumbuhan
GDP riil biasanya turun sekitar 2 persen Mankiw, 2003. Dalam Siregar 2005, Hukum Okun juga menyatakan bahwa laju pengangguran berbanding terbalik
dengan selisih laju pertumbuhan ekonomi terhadap laju pertumbuhan ekonomi dalam keadaan normal, atau :
ut = -qgt – gt
n
+ et…………………..……………………………2.34
dimana : ut = laju pengangguran gt = laju pertumbuhan ekonomi gtn= laju pertumbuhan ekonomi dalam keadaan normal q = konstanta positif e = faktor-
faktor lain yang secara agregat bersifat acak dengan rataan nol. Studi empiris yang dilakukan oleh Hassan 2009 di Bangladesh
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan perbaikan upah pekerja memainkan
peran penting dalam mengurangi kemiskinan. Diantara kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah Bangladesh, pengeluaran pemerintah pada pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, dan pembangunan pertanian secara signifikan berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan pengurangan tingkat kemiskinan.