33.26 DAMPAK KOMPOSISI BELANJA PEMERINTAH TERADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN

Tabel 53. Perbandingan Dampak Perubahan Komposisi Belanja Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan tingkat kemiskinan Variabel Keterangan Satuan Nilai Sim 1 Sim 2 Sim 3 Dasar CONS Konsumsi Rumah Tangga Rp Miliar 1 175 936 0.14 0.59 0.82 CONG Konsumsi Pemerintah Rp Miliar 164 122 -0.07 0.02 -0.06 INVT Investasi Swasta Rp Miliar 477 674 0.20 0.61 0.87 INVG Investais Pemerintah Rp Miliar 76 741 7.67 17.42 27.69 EXPO Ekspor Rp Miliar 942 488 0.11 0.35 0.50 IMPO Impor Rp Miliar 714 045 0.34 1.00 1.47 BPGW Belanja Pegawai Rp Miliar 104 621 -4.78 0.04 -4.78 BBRG Belanja Barang Rp Miliar 53 083 -9.42 0.68 -9.42 BMDL Belanja Modal Rp Miliar 71 657.1 27.91 0.03 27.91 BUTG Belanja Pemb. Bunga Utang Rp Miliar 77 409.9 -6.46 0.00 -6.46 SNBM Belanja Subsidi Non BBM Rp Miliar 30 970.5 -0.03 -0.59 -0.67 SBBM Belanja Subsidi BBM Rp Miliar 123 001 -4.07 0.00 -4.07 BDAK Belanja Daerah DAK Rp Miliar 14 601.7 0.18 0.06 0.20 BDAU Belanja Daerah DAU Rp Miliar 158 232 0.44 0.05 0.46 BDBH Belanja Daerah Bagi Hasil Rp Miliar 69 012.1 0.02 0.04 0.06 RTAX Penerimaan Pajak Rp Miliar 528 619 1.06 0.08 1.08 PUNEM Tingkat Pengangguran 8.36 -0.83 -2.22 -3.33 NPOV Jumlah Penduduk Miskin Juta Orang 32.97 -0.02 -0.17 -0.21 RDOM Penerimaan dalam Negeri Rp Miliar 762 899 0.73 0.06 0.75 PDBI Produk Domestik Bruto Rp Miliar 2 134 847

0.33 0.91

1.37 BTUS Total Belanja Pusat Rp Miliar 542 949 1.47 0.05 1.43 BTDR Total Belanja Daerah Rp Miliar 255 788 0.29 0.04 0.31 TOTB Total Belanja Rp Miliar 798 738 1.09 0.04 1.08 Hal ini dapat diperbandingkan dengan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya, terutama jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian di Negara lain. Sebagai contoh, jika dibandingkan dengan komposisi belanja di Thailand, diman komposisi belanja modal Thailand sekitar 20 persen dari total anggaran pemerintah, namun Thailand mempunyai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yaitu sebesar 7.9 persen. Disamping itu, berdasarkan hasil penelitian Wan dan Sebastian 2011 angka elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan di Thailand sebesar -5.62 jika menggunakan garis kemiskinan US1.25 per hari, dan -1.28 jika menggunakan garis kemiskinan US2 per hari. Artinya setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Thailand mampu mengurangi penduduk miskin sebesar 1.28 persen. Sementara nilai elastisitas kemiskinan Indonesia hanya sebesar -0.88 artinya jika pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0.88 persen. Jika garis kemiskinan akan berkurang sebesar 0.88 persen. Jika garis kemiskinan dinaikan menjadi US2 perhari, elastisitas kemiskinan di Indonesia semakin rendah lagi yaitu hanya -0.34. Jadi setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen hanya akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 0.34 persen.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Komposisi terbesar belanja Pemerintah Indonesia adalah untuk belanja rutin dan pelayanan umum. Konsekuensinya Indonesia hanya mempunyai anggaran untuk belanja modal sebesar 8.4 persen, sementara Malaysia sebesar 31.1 persen dan Thailand 20.3 persen. Rendahnya porsi belanja modal berdampak pada rendahnya ruang fiskal pemerintah, yaitu rata-rata hanya sekitar 4-5 persen. Akibatnya fungsi stimulus fiskal tidak optimal, utamanya dalam mendorong pertumbuhan investasi swasta dan kinerja ekspor. Hasilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dibandingkan Malysia dan Thailand. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Malaysia mencapai 7.2 persen dan Thailand sebesar 7.9 persen, dan Indonesia hanya sebesar 6.1 persen. Selanjutnya, Indonesia masih mempunyai tingkat pengangguran terbuka sebesar 7.1 persen, sementara Malaysia tinggal 3.4 persen dan Thailand hanya 1.0 persen. 2. Rendahnya peran belanja pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan disebabkan oleh komposisi belanja yang tidak proporsional dan tidak efektif. Selama 2006-2010, proporsi belanja pemerintah didominasi oleh belanja subsidi terutama subsidi BBM untuk premium 27.8 persen, gaji pegawai 18.89 persen, pembayaran bunga utang 14.77 persen, dan