35 Tabel 18. Struktur bahan produk susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus
Komposisi 1 liter Bahan Baku
Manis Coklat Strawberry Jahe Kacang
Hijau Susu segar lt
0.91 0.883 0.917
0.7 0.6
Gula pasir kg
0.09 0.11 0.0825 0.0425 0.11
Garam kg
3 x 10
-4
3 x 10
-4
3 x 10
-4
6 x 10
-4
coklat bubuk
kg
0 64 x
10-4
0 0 0 Essence
coklat lt 6 x 10
-5
0 0 0
Essence strawberry lt
9 x 10
-4
Stabilizer kg
2 x 10
-4
0 0 0
Kacang Hijau kg
0 0 0 0.025
Jahe kg
0 0 0 0.03 0
Pewarna Hijau kg
2 x 10
-5
Pewarna merah kg
45 x 10
-5
Sumber : Bagian Quality Control PT. Fajar Taurus, 2006
Metode MRP tidak mencoba membuat persediaan bahan pembantu menjadi tersedia setiap saat. Metode ini merencanakan ukuran lot sehingga
bahan pembantu tersedia pada saat dibutuhkan. Dengan menggunakan metode MRP tingkat persediaan bahan pembantu menjadi lebih rendah dan biaya
penyimpanan dapat dikurangi. Penentuan ukuran lot pemesanan bahan pembantu untuk memenuhi
kebutuhan bersih dilakukan dengan menggunakan teknik lot for lot LFL dan economic order quantitiy
EOQ. Kemudian ditentukan kapan pemesanan dilakukan berdasarkan waktu tunggu. Kebutuhan gula pasir pada PT. Fajar
Taurus dapat terpenuhi dalam waktu 7 hari setelah pemesanan dilakukan, sedangkan kebutuhan coklat bubuk dapat terpenuhi dalam waktu 14 hari
setelah pemesanan dilakukan.
1. Teknik Lot for Lot
a. Gula Pasir
Pada awal bulan Agustus 2005 terdapat persediaan gula pasir sebesar 2 250 kg di gudang sebagai sisa produksi pada bulan Juli 2005.
Persediaan awal ini hanya mampu mencukupi kebutuhan bahan pembantu perusahaan selama 29 hari awal produksi. Dengan waktu
tunggu selama 7 hari, maka untuk memenuhi kebutuhan gula pasir pada
36 hari ke 30, perusahaan mulai melakukan pemesanan pada hari ke 23 dan
demikian pula untuk periode seterusnya. Pemesanan dilakukan bila persediaan tersimpan tidak dapat memenuhi kebutuhan kotor bahan
pembantu pada suatu periode. Hasil analisis metode MRP teknik LFL bulan Agustus sampai Oktober 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5, 6,
dan 7. Tingkat persediaan gula pasir dengan teknik LFL dapat dilihat pada Gambar 8.
150 300
450 600
750 900
1050 1200
1350 1500
1650 1800
1950 2100
2250 2400
1 51
101 151
201 251
301 351
Hari ke - Ti
n g
kat P
e rsed
iaan k
g
Gambar 8. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik LFL. Pada teknik LFL kuantitas pemesanan bahan pembantu ditetapkan
sama dengan jumlah kebutuhan bersihnya ditambah dengan persediaan pengaman. Asumsi pada lot for lot untuk bahan pembantu gula pasir
adalah bahan pembantu mudah didapat dan waktu tunggu pasti. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik LFL,
maka dapat diketahui total pembelian bahan pembantu gula pasir adalah sebanyak 31 559.78 kg dengan jumlah persediaan rata-rata per
hari sebesar 1 882.76 kg. Frekuensi pemesanan yang dilakukan adalah sebanyak 174 kali dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan bersih setiap harinya ditambah dengan persediaan
37 pengaman yang jumlahnya tetap. Teknik LFL dapat diaplikasikan oleh
perusahaan dengan memperbaharui waktu tunggu pemesanan bahan pembantu menjadi lebih singkat. Jumlah pesanan dan tingkat
persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 19. Waktu pemesanan bahan pembantu gula pasir teknik LFL untuk bulan
September dapat dilihat pada Lampiran 12. Biaya total pembelian untuk bahan pembantu gula pasir sebesar.
Rp. 169 633 818, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 106 225 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 7 047 000. Total biaya persediaan
gula pasir dengan teknik LFL adalah sebesar Rp. 176 787 044. Tabel 19. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik LFL
Bulan
Frekuensi Kuantitas
Pesanan kg Persediaan
Rata-rata kg
Agustus 4 751.25 969.02
September 15 2 893.89 80.58
Oktober 9 1
551.10 76.74
Nopember 14 2 478.13 78.91
Desember 13 2 404.92 73.46
Januari 15 2
312.91 82.51
Pebruari 13 2
743.48 73.52 Maret 15
2 864.35
76.34 April 17
3 235.41
86.37 Mei 21
3 609.91
91.86 Juni 21
3 596.46
98.93 Juli 17
3 117.98
94.54 Total
174 31 559.78
1 882.76 b.
Coklat Bubuk
Pada awal bulan Agustus 2005, terdapat persediaan coklat bubuk sebesar 125 kg di gudang sebagai sisa produksi pada bulan Juli 2005.
Persediaan awal ini hanya mampu mencukupi kebutuhan bahan pembantu perusahaan selama 50 hari awal produksi. Dengan waktu
tunggu selama 14 hari, maka untuk memenuhi kebutuhan coklat bubuk pada hari ke 51, perusahaan mulai melakukan pemesanan pada hari ke
37 dan demikian pula untuk periode seterusnya. Hasil analisis metode MRP teknik LFL bulan Agustus sampai Oktober 2005 dapat dilihat
38 pada Lampiran 5, 6, dan 7. Tingkat persediaan coklat bubuk dengan
teknik LFL dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik LFL,
maka dapat diketahui total pembelian bahan pembantu coklat bubuk adalah sebanyak 918.21 kg dengan jumlah persediaan rata-rata per hari
sebesar 129.99 kg. Frekuensi pemesanan yang dilakukan adalah sebanyak 171 kali dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan bersih setiap harinya ditambah dengan persediaan pengaman yang jumlahnya tetap. Jumlah pesanan dan tingkat
persediaan bahan pembantu coklat bubuk disajikan pada Tabel 20. Waktu pemesanan bahan pembantu gula pasir teknik LFL untuk bulan
September dapat dilihat pada Lampiran 13.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130
1 51
101 151
201 251
301 351
Hari ke - T
in g
kat P
er se
d iaan
kg
Gambar 9. Grafik tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL. Biaya total pembelian untuk coklat bubuk sebesar Rp. 13 835 176,
biaya total penyimpanan sebesar Rp. 19 841 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 6 885 000. Total biaya persediaan coklat bubuk dengan
teknik LFL adalah sebesar Rp. 20 740 017.
39 Tabel 20. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL
Bulan
Frekuensi Kuantitas
Pesanan kg Persediaan
Rata-rata kg
Agustus 0 00 86.07 September 15 79.41
18.28 Oktober 14 63.09 2.49
Nopember 16 74.87 2.60
Desember 11 55.33 2.67
Januari 15 80.57 2.26
Pebruari 14 80.60 2.31 Maret 14
80.83 2.35
April 18 109.74
2.46 Mei 20
113.97 2.78
Juni 21 110.01
2.84 Juli 12
69.80 2.88
Total
170 918.21 129.99 2.
Teknik Economic Order Quantity EOQ a.
Gula Pasir
Pada awal bulan Agustus 2005, terdapat persediaan gula pasir sebesar 2 250 kg di gudang sebagai sisa produksi pada bulan Juli 2005.
Persediaan awal ini hanya mampu mencukupi kebutuhan bahan pembantu perusahaan selama 29 hari awal produksi. Dengan waktu
tunggu selama 7 hari, maka untuk memenuhi kebutuhan gula pasir pada hari ke 30, perusahaan mulai melakukan pemesanan pada hari ke 23
dan demikian pula untuk periode seterusnya. Pemesanan dilakukan bila persediaan tersimpan tidak dapat memenuhi kebutuhan kotor bahan
pembantu pada suatu periode. Hasil analisis metode MRP teknik EOQ bulan Agustus sampai Oktober 2005 dapat dilihat pada Lampiran 8, 9,
dan 10. Tingkat persediaan gula pasir dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Gambar 10. Waktu pemesanan bahan pembantu gula pasir teknik
EOQ untuk bulan September dapat dilihat pada Lampiran 14.
40
250 500
750 1000
1250 1500
1750 2000
2250 2500
1 51
101 151
201 251
301 351
Hari ke - T
in g
ka t P
e rs
ed iaa
n kg
Gambar 10. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ Dalam teknik EOQ kuantitas pemesanan yang dilakukan adalah
sebesar jumlah pemesanan yang ekonomis ditambah dengan persediaan pengaman, yaitu sebesar 481.3 kg. Perhitungan pemesanan yang
ekonomis dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui total pembelian
bahan pembantu gula pasir adalah sebanyak 31 765.8 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 66 kali. Jumlah pesanan dan tingkat
persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ
Bulan
Frekuensi Kuantitas
Pesanan kg Persediaan
Rata-rata kg
Agustus 2 962.6 986.24
September 6 2 887.8 242.57
Oktober 3 1
443.9 244.14
Nopember 5 2 406.5 226.07
Desember 5 2 406.5 219.94
Januari 5 2
406.5 278.18
Pebruari 6 2
887.8 214.61
Maret 6 2
887.8 232.88
April 6 2
887.8 231.01
Mei 8 3
850.4 246.25
Juni 7 3
369.1 244.09
Juli 7 3
369.1 250.93
Total
66 31 765.8
3 616.90
41 Biaya total pembelian untuk bahan pembantu gula pasir sebesar
Rp. 170 741 175, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 200 340 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 2 673 000. Total biaya persediaan
gula pasir dengan teknik EOQ adalah sebesar Rp. 173 614 515.
b. Coklat Bubuk