18
IV. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilaksanakan pada PT Fajar Taurus, Jakarta. Selanjutnya pengolahan data dilakukan di laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan Nopember 2006.
B. PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, selain itu data
primer juga didapatkan dengan cara melakukan pengamatan langsung. Data sekunder berupa data historis tahun lalu yang diperoleh dari
pencatatan arsip-arsip yang tersedia pada lokasi penelitian. Data-data yang dibutuhkan antara lain mengenai sistem dan prosedur penanganan bahan
pembantu, data produksi di masa lalu, jenis-jenis bahan pembantu, tingkat pemakaian bahan pembantu di masa lalu, harga bahan pembantu, biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan, serta data-data lain yang berhubungan dengan persediaan.
C. METODE ANALISIS 1.
Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Perusahaan
Dalam melakukan analisis pengendalian persediaan bahan pembantu, perlu terlebih dahulu mengidentifikasikan sistem pengendalian persediaan
yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam hal ini termasuk kebijakan- kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan produksi dan pembelian
bahan pembantu, cara penentuan besanya pesanan, sistem pencatatan persediaan, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan persediaan.
2. Penentuan Jenis-Jenis Bahan Pembantu
Sebelum dilakukan proses pengendalian persediaan, diperlukan pengelompokan bahan pembantu. Banyaknya item bahan akan tidak
efisien jika setiap jenis bahan dikendalikan persediaannya. Bahan
19 pembantu yang memiliki laju pemakaian dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi merupakan jenis bahan yang akan dianalisis pengendaliaan persediaannya. Untuk menentukan jenis bahan pembantu pada proses
produksi susu pasteurisasi tersebut digunakan analisis pareto. Pada analisis pareto dibuat rangking terhadap semua jenis bahan
pembantu dalam persediaan berdasarkan nilai dan jumlah bahan pembantu yang dibutuhkan pada proses produksi sebelumnya. Setiap bahan tersebut
diurutkan dari nilai yang terbesar sampai yang terkecil. Dari daftar urutan persediaan tersebut kemudian dikelompokan
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok A, B, dan C. Kelompok A yaitu jenis-jenis bahan yang mencakup kurang lebih 80 dari total nilai
pemakaian seluruhnya, dengan jumlah item 20 dari jumlah seluruh item. Kelompok B yaitu jenis-jenis bahan yang mencakup 15 dari total nilai
pemakaian seluruhnya, dengan jumlah item 30 dari jumlah seluruh item. Kelompok C adalah bahan yang mencakup 5 dari total nilai pemakaian
seluruhnya, dengan jumlah item 50 dari jumlah seluruh item.
3. Pengendalian Persediaan Dengan Metode MRP
Metode Material Requirements Planning MRP merupakan metode pengendalian persediaan berdasarkan sistem pengendalian tidak bebas.
Masukan bagi metode MRP adalah jadwal produksi induk, struktur bahan dan data tingkat persediaan bahan pembantu per periode produksi.
Tahapan-tahapan dalam metode MRP, adalah sebagai berikut : a.
Tahap Exploiding dan Netting Kebutuhan kotor bahan pembantu diuraikan dari jumlah produksi
susu pasteurisasi setiap periode produksi dengan bantuan struktur bahan. Kebutuhan bersih bahan pembantu pada setiap periode
dihasilkan dari kebutuhan kotor bahan pembantu dikurangi persediaan bahan ditambah dengan persediaan pengaman.
b. Tahap Offsetting dan Lotting
Berdasarkan hasil netting dilakukan pemesanan masing-masing bahan pembantu sebesar kebutuhan bersih pada setiap periode.
Pesanan bahan pembantu ditempatkan pada periode pemesanan
20 dihitung mundur dari periode produksi sejumlah waktu tunggu.
Pemilihan ukuran pemesanan pada tahap lotting didasarkan pada beberapa teknik, yaitu :
1. Lot for Lot Dalam teknik lot for lot, suatu pesanan ditempatkan dengan
jumlah yang sama dengan kebutuhan bersih pada periode dimana kebutuhan bersih terjadi terjadi. Jumlah barang yang dipesan
bervariasi tergantung dari kebutuhan bersih setiap periode dan selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan
waktu tunggu bahan pembantu Teknik ini dapat diaplikasikan dengan asumsi bahan pembantu mudah diperoleh dengan waktu tunggu yang
pasti. 2. Economic Order Quantity EOQ.
Dalam teknik EOQ, suatu pesanan ditempatkan dengan jumlah pemesanan yang tetap. Jumlah barang yang dipesan selalu tetap dan
selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan waktu tunggu bahan pembantu. Metode EOQ dapat dijelaskan
dengan persamaan berikut Waters, 1992:
C C
H O
D EOQ
2 =
dimana : EOQ
= Kuantitas pemesanan ekonomis unit D
= Permintaan rata-rata per periode unit.
C
O = Biaya pemesanan Rp.pesanan.
C
H = Biaya penyimpanan Rp.unitperiode
c. Tahap Analisis Biaya Persediaan
Biaya persediaan metode MRP adalah biaya pembelian, pemesanan dan penyimpanan bahan pembantu selama 1 tahun. Biaya pembelian
metode MRP dihitung berdasarkan perkalian antara jumlah pembeliaan bahan hasil lotting dengan harga per unit. Biaya pemesanan dihitung
berdasarkan perkalian frekuensi pemesanan bahan yang dihasilkan
21 pada tahap lotting dengan biaya satu kali pesan Biaya penyimpanan
dihitung berdasarkan tingkat rata-rata persediaan tersimpan bahan pembantu dan biaya simpan per unit per periode yang disederhanakan
dengan persamaan berikut :
THC = H
C
⎟ ⎟
⎟ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎜
⎜ ⎜
⎝ ⎛
∑
=
n HS
n t
1
dimana : THC
= Biaya total penyimpanan Rp H
C
= Biaya penyimpanan Rpunitbulan HS
= Persediaan tersimpan unit t
= Periode produksi n
= Jumlah periode produksi dalam 1 bulan d.
Analisis Biaya Persediaan Metode Perusahaan Biaya persediaan metode perusahaan adalah biaya pembeliaan,
pemesanan dan penyimpanan bahan pembantu selama 1 tahun. Biaya pembelian dihitung berdasarkan data pembeliaan oleh perusahaan
dengan data harga bahan pembantu. Biaya pemesanan dihitung dari jumlah pemesanan pada data pembeliaan perusahaan dengan biaya satu
kali pesan. Biaya penyimpanan dihitung dari rata-rata tingkat persediaan bahan pembantu perusahaan per periode dan biaya simpan
per unit per periode yang disederhanakan dengan persamaan berikut :
THC = H
C
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡
− 2
akhir awal
Q Q
dimana : THC
= Biaya total penyimpanan Rp H
C
= Biaya penyimpanan Rpunitbulan Q
awal
= Persediaan awal ditambah kuantitas pesanan bahan pembantu perusahaan unit
Q
akhir
= Persediaan akhir bahan pembantu perusahaan unit
22
D. ASUMSI-ASUMSI
1. Harga bahan pembantu, biaya pemesanan, bunga modal dan gaji karyawan
selama tahun 2005 sampai 2006 tidak mengalami perubahan. 2.
Tidak ada pembatasan dalam jumlah pesanan bahan pembantu. 3.
Pasokan bahan baku terjamin dan waktu tunggu pasti.
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KLASIFIKASI BAHAN PEMBANTU
Berdasarkan data historis dari bulan Agustus 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 diketahui bahwa bahan pembantu yang digunakan pada produksi
susu pasteurisasi di PT. Fajar Taurus berjumlah 10 item. Setiap bahan pembantu yang ada dalam persediaan memiliki tingkat prioritas yang berbeda-
beda, sehingga digunakan analisis pareto untuk menentukan jenis-jenis bahan pembantu yang memerlukan prioritas pengendalian persediaannya.
Analisis pareto
mengklasifikasikan jenis-jenis bahan pembantu berdasarkan nilai pemakaian masing-masing bahan pembantu. Jenis-jenis
bahan pembantu yang memiliki nilai pemakaian yang tinggi memerlukan pengawasan dan penanganan yang ketat. Berdasarkan hasil analisis pareto,
jenis-jenis bahan pembantu diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu kelas A, B dan C. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu secara lengkap
diperlihatkan pada Lampiran 2. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu Bahan Pembantu
Nilai Pemakaian Kumulatif
Kelas Gula 77.97
77.97 A
Coklat Bubuk 7.46
85.43 A
Essence Strawberry
4.85 90.28
B Essence
Coklat 3.43
93.71 B
Jahe Merah 1.71
95.42 B
Kacang Hijau 1.66
97.08 B
Recodan cm veg-A 1.46
98.54 C
Jahe Mprit 1.17
99.72 C
Garam 0.21 99.93
C Pewarna Merah
0.07 100
C Berdasarkan hasil analisis pareto didapatkan 2 item bahan pembantu kelas
A yang semuanya memerlukan pengendalian persediaan. Jenis-jenis bahan pembantu yang dibahas dalam penelitian ini adalah bahan pembantu yang
termasuk ke dalam kelas A dan dipilih 80 teratas dari total nilai pemakaian seluruh bahan pembantu.