42 Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, maka dapat
diketahui total pembelian coklat bubuk adalah sebanyak 933 kg dengan jumlah persediaan rata-rata per hari adalah sebesar 349.14 kg.
Frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali dengan kuantitas pemesanan yang tetap setiap kali pemesanan. Jumlah pesanan dan tingkat
persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 22. Waktu pemesanan bahan pembantu coklat bubuk teknik EOQ untuk bulan
September dapat dilihat pada Lampiran 15. Biaya total pembelian untuk bahan pembantu coklat bubuk sebesar
Rp. 14 057 978, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 53 086 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 810 000. Total biaya persediaan coklat
bubuk dengan teknik EOQ sebesar Rp. 14 921 064 yang diperoleh dari penjumlahan antara biaya total pembelian, biaya total pemesanan dan
biaya total penyimpanan.
Tabel 22. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik EOQ Bulan
Frekuensi Kuantitas
Pesanan kg Persediaan
Rata-rata kg
Agustus 0 0 86.07 September 2
93.3 24.53
Oktober 2 93.3 27.54 Nopember 1 46.65 21.32
Desember 1 46.65 25.57 Januari 2 93.3 21.18
Pebruari 2 93.3 25.36 Maret 1
46.65 24.74
April 3 139.95
23.57 Mei 2
93.3 25.17
Juni 3 139.95
20.73 Juli 1
46.65 23.37
Total 20 933 349.14
H. PERBANDINGAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dibandingkan hasil pengendalian persediaan untuk kedua jenis bahan pembantu antara
metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode MRP teknik LFL dan teknik EOQ.
43 Perbandingan hasil pengendalian persediaan bahan pembantu gula pasir
dan coklat bubuk selama bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006 dengan menggunakan metode perusahaan, metode MRP teknik LFL dan teknik EOQ
dapat dilihat pada Tabel 23 dan 24. Tabel 23. Perbandingan pengendalian persediaan gula pasir metode
perusahaan dan metode MRP
Metode MRP Komponen Metode
Perusahaan LFL EOQ
Total Pembelian
kg
33 950 31 559.78
31 765.80 Total Persediaan Rata-rata
kg
26 025 1 882.76
3 616.90 Frekuensi Pemesanan
13 174
66 Biaya Total Pembelian
Rp.
182 481 250 169 633 818 170 741 175
Biaya Total Penyimpanan
Rp.
724 224 106 225
200 340 Biaya Total Pemesanan
Rp.
526 500 7 047 000
2 673 000 Biaya Total Persediaan
Rp.
183 731 974 176 787 044 173 614 515
Tabel 24. Perbandingan pengendalian persediaan coklat bubuk metode perusahaan dan metode MRP
Metode MRP Komponen
Metode Perusahaan
LFL EOQ
Total Pembelian
kg
1 250
918.21 933
Total Persediaan Rata-rata
kg
2 225 129.99 349.14
Frekuensi Pemesanan 5
170 20
Biaya Total Pembelian
Rp.
18 834 375 13 835 176
14 057 978 Biaya Total Penyimpanan
Rp.
169 156 19 841
53 086 Biaya Total Pemesanan
Rp.
202 500 6 885 000
810 000 Biaya Total Persediaan
Rp.
19 206 031 20 740 017
14 921 064 Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24 dapat dilihat perbedaan dalam
komponen yang dianalisis baik dalam total pembelian, total persediaan rata- rata, frekuensi pemesanan, biaya total pembelian, biaya total penyimpanan,
biaya total pemesanan maupun biaya total persediaan dalam setiap metode. Dalam kuantitas pembelian, hasil yang didapat dari teknik LFL dan EOQ
relatif tidak berbeda jauh. Total pembelian yang dihasilkan kedua teknik ini lebih rendah dibandingkan total pembelian yang dilakukan perusahaan.
Besarnya pembelian yang dilakukan perusahaan mengakibatkan tingginya tingkat persediaan rata-rata, sehingga menghasilkan biaya pembelian dan
biaya penyimpanan yang tinggi pula.
44 Frekuensi pemesanan bahan pembantu pada teknik LFL lebih tinggi
dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ. Tingginya frekuensi pemesanan pada teknik LFL disebabkan karena ukuran pemesanan
yang dilakukan pada teknik LFL adalah sebesar kebutuhan bersihnya pada suatu periode ditambah dengan persediaan pengaman. Hal ini menyebabkan
biaya pemesanan pada teknik LFL jauh lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ.
Biaya total persediaan untuk gula pasir yang dihasilkan oleh teknik EOQ lebih rendah daripada metode perusahaaan dan teknik LFL. Biaya total
persediaan gula pasir terkecil diperoleh dengan menggunakan teknik EOQ yaitu sebesar Rp. 173 614 515 dibandingkan dengan menggunakan metode
perusahaan sebesar Rp. 183 731 974 dan teknik LFL sebesar Rp. 176 787 044. Biaya total persediaan untuk coklat bubuk yang tebesar dihasilkan oleh
teknik LFL, hal ini disebabkan frekuensi pemesanan pada teknik LFL yang jauh lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ
yang berakibat pada besarnya biaya total pemesanan. Biaya total persediaan coklat bubuk dengan teknik LFL yaitu sebesar Rp. 20 740 017 sedangkan
dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 19 206 031 dan teknik EOQ sebesar Rp. 14 921 064.
Kedua teknik pada metode MRP tersebut cenderung menghasilkan biaya total persediaan termasuk biaya total pembelian, penyimpanan dan pemesanan
yang lebih rendah dari metode yang digunakan perusahaan, kecuali pada teknik LFL untuk bahan pembantu coklat bubuk yang menghasilkan biaya
total persediaan yang lebih tinggi. Besarnya penghematan yang dihasilkan oleh masing-masing teknik dalam metode MRP dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Penghematan biaya total persediaan metode MRP terhadap metode perusahaan
Bahan Pembantu Teknik LFL Rp.
Teknik EOQ Rp.
Gula Pasir 6 944 931
10 117 459 Coklat Bubuk
-1 533 986 4 284 967
Total 5 410 945
14 402 426
45 Pada Tabel 25 dapat dilihat dari kedua teknik pada metode MRP yang
digunakan, teknik EOQ menghasilkan penghematan biaya yang paling besar yaitu sebesar Rp. 14 402 426 dari biaya persediaan metode perusahaan. Teknik
LFL menghasilkan penghematan yang lebih kecil terhadap metode perusahaan yaitu sebesar Rp. 5 410 945. Hal ini biaya total persediaan yang dihasilkan
teknik LFL untuk coklat lebih besar daripada biaya total persediaan dengan meode perusahaan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka teknik yang direkomendasikan adalah teknik sesuai dengan kebijakan perusahaan dalam
pengendalian persediaannya dan menghasilkan penghematan atas biaya persediaan. Dari kedua metode alternatif, metode MRP dengan teknik EOQ
menghasilkan penghematan yang paling besar dalam hal biaya persediaan dibandingkan dengan metode MRP teknik LFL.
Bila dikaitkan dengan kebijakan perusahaan yang mengharuskan adanya persediaan bahan pembantu di gudang untuk menjamin kelancaran
produksinya, maka metode MRP teknik EOQ sesuai untuk diterapkan. Metode MRP teknik EOQ memudahkan manajemen dalam menentukan jumlah
pesanan yaitu sebesar jumlah pemesanan ekonomis ditambah dengan persediaan pengaman. Teknik EOQ juga menyediakan persediaan yang cukup
untuk berjaga-jaga bila terdapat permasalahan kekurangan bahan. Metode MRP teknik LFL tidak dapat direkomendasikan sebagai metode
alternatif pengendalian persediaan pada perusahaan, karena selain menghasilkan penghematan yang kecil terhadap metode perusahaan, teknik ini
juga tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan. Hal ini disebabkan pada teknik ini, persediaan bahan pembantu ditekan sekecil mungkin sehingga pemesanan
hanya dilakukan sebesar kebutuhan bersih dari tiap periode ditambah dengan persediaan pengamannya. Banyaknya frekuensi pesanan dengan kuantitas
pemesanan yang kecil akan merepotkan pihak manajemen dan supplier, terutama untuk bahan pembantu coklat bubuk karena pengadaan bahan
tersebut harus diimpor.
46
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1.