65
1. Input Model Pemilihan Produk
Produk derivat tebu PDT yang dipilih, berasal dari hasil samping tebu. Daun dengan produk pupuk dan briket. Pucuk dengan produk pakan dan
pupuk. Blotong dengan produk lahan urug, pupuk mix dan briket. Molase dengan produk pakan PST, MSG, alkohol terdiri dari biofuelbioethanol,
asam asetat turunan dan CO
2
, pengolahan vinase yaitu biogas dan pupuk, CO
2,
, gula cair invert, sumasi suplemen makanan sapi. Ampas dengan produk energi sebagai bahan bakar boiler, kanvas rem, papan partikel,
kertas, media jamur, campuran aspal, furfural, karpet sapi, briket, bubuk asbestos.
Penilaian terhadap alternatif produk turunan tebu diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh keenam pakar yang telah disebutkan di atas.
Penilaian yang dilakukan Pakar adalah dengan membobot kriteria yang diajukan kemudian membobot alternatif berdasarkan kriterianya. Seperti
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pembobotan kriteria dengan pairwise comparison
No. Kriteria
Bobot Bobot
faktor konversi=22 1 Proses
pengolahan 0.14
3 2 Nilai
tambah 0.17
4 3 Peluang
pasar 0.20 4 4 Modal
0.10 2
5 Kebijakan 0.23
5
Hasil keluaran atau output dengan menggunakan metode pairwise comparison
adalah bobot untuk tiap kriteria yang digunakan dalam penilaian alternatif produk derivat tebu Tabel 7. Selanjutnya dilakukan penilaian
terhadap produk derivat tebu, dengan agregat pendapat seperti tampak pada Tabel 8 di bawah ini.
66
2. Output Model Pemilihan Produk
Berdasarkan data-data yang telah disebutkan, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode perhitungan MPE. Nilai perhitungan
dan urutan prioritas produk derivat tebu disajikan pada Tabel 9.
Penilaian Kriteria Asal
Produk Proses
Pengolahan Nilai
Tambah Peluang
Pasar Modal Kebijakan
Pupuk 4 3
3 3
3 Daun
Briket 4 3
3 3
3 Pakan 4
3 3
3 3
Pucuk Pupuk 4
3 3
3 3
Lahan urug 4
2 2
4 3
Pupuk MIX 4
3 3
3 4
Blotong Briket 4
3 3
3 3
Pakan PST 3
3 3
3 3
MSG 3 4
4 2
3 Alkohol 2
4 4
2 4
BiofuelBioethanol 2 4
4 1
4 Asam asetat
turunan 2 4
4 1
4 CO2 2
4 4
2 4
Biogas 3 4
3 2
4 Vinase
Pupuk 3 3
3 2
4 CO2 2
3 3
2 3
Gula Cair Invert 2
4 3
1 3
Molase
Sumasi 3 3
2 3
3 Energi 4
4 4
2 4
Kanvas Rem 3
3 4
2 4
Papan Partikel 3
4 4
2 4
Kertas 2 4
4 2
3 Media Jamur
4 3
3 4
3 Campuran Aspal
3 3
3 3
3 Furfural 3
4 3
2 3
Karpet Sapi 3
3 3
3 3
Briket 4 3
3 3
3 Ampas
Bubuk Asbestos 3
3 3
3 3
Tabel 8. Agregat penilaian produk derivat tebu terhadap kriteria
67 Tabel 9. Prioritas PDT menggunakan MPE
Bahan Baku
Alternatif Produk Derivat Tebu
PDT Bobot
MPE Prioritas
berdasarkan Bahan Baku
Prioritas PDT Pupuk
722 1 12
Daun Briket
677 2 17
Pakan 624 1
18 Pucuk
Pupuk 684
2 15 Lahan Urug
328 3 27
Pupuk MIX 925
1 10 Blotong
Briket 593 2
19 Pakan PST
427 10 24
MSG 685 8
14 Alkohol
1630 2
3 BiofuelBioethanol
1872 1
1 Asam Asetat
Derivatnya 1452
3 4
CO
2
1208 4 6
Biogas 1081 5
7 Vinase
Pupuk 835 6
11 CO
2
313 11 28
Gula Cair Invert 712 7
13 Molase
Sumasi suplemen makanan sapi
444 9
23 Energi
1834 1
2 Kanvas Rem
1034 3 8
Papan Partikel 1317
2 5
Kertas 1017 4
9 Media Jamur
581 6 20
Campuran Aspal 329 10
26 Furfural
465 8 22
Karpet Sapi 508 7
21 Briket
677 5 16
Ampas
Bubuk Asbestos 416 9
25
Hasil perhitungan menunjukan prioritas produk derivat tebu dibagi menjadi dua bagian :
1. Prioritas berdasarkan bahan baku dimana ada bahan baku daun, pucuk, blotong, molase dan ampas. Produk dengan nilai MPE terbesar dengan
bahan baku : ¾
daun adalah pupuk dengan nilai 722. ¾
pucuk adalah pupuk dengan nilai 684.
68 ¾
blotong adalah pupuk MIX dengan nilai 925. ¾
molase adalah biofuelbioethanol dengan nilai 1872. ¾
ampas adalah energi dengan nilai 1834. 2. Prioritas dengan membandingkan seluruh produk derivat tebu yang masuk
dalam alternatif tanpa melihat asal bahan baku, dimana lima nilai terbesarnya adalah :
¾ Biofuelbioethanol
dengan nilai 1872. ¾
Energi dengan nilai 1834. ¾
Alkohol dengan nilai 1630
.
¾ Asam asetat derivat dengan nilai 1452.
¾ Papan partikel dengan nilai 1317.
Hasil menunjukan bahwa produk dengan nilai MPE tertinggi adalah Biofuelbioethanol
dengan nilai MPE 1872. Biofuel merupakan bahan bakar nabati yang aman bagi lingkungan karena mengurangi pencemaran udara,
apalagi dengan adanya pemberlakuan Protokol Kyoto pada tanggal 16 Februari 2005 untuk mereduksi emisi gas rumah kaca ke atmosfer memberi
angin segar bagi pengembangan teknologi dan penggunaan bahan bakar energi ramah lingkungan. Negara Brazil, merupakan contoh sukses negara yang
mengembangkan bioethanolbiofuel, saat ini Brazil adalah negara yang memimpin dalam industri bioethanolBiofuel. Indonesia sebagai negara
dengan potensi yang besar untuk menghasilkan produk ini dapat mengurangi tingkat penggunaan BBM. Dengan meningkatnya harga BBM dan
peningkatan penggunaan BBM setiap tahunnya maka peluang yang baik untuk mengembangkan produk ini.
Energi merupakan produk dengan prioritas kedua dengan nilai 1834. Penggunaan energi dengan memanfaatkan hasil samping ampas untuk
kebutuhan energi dalam pengolahan tebu menjadi gula. Ampas akan dibakar untuk memanaskan boiler yang akan menghasilkan steam untuk pengolahan
tebu. Di PG Jatitujuh apabila panas yang dihasilkan dari pembakaran ampas tidak mencukupi maka digunakan pula bahan bakar IDO, ampas yang tersedia
sekitar 33 dari tiap 100 ton tebu.
69 Alkohol menempati urutan ketiga dengan nilai MPE 1630. Alkohol
merupakan produk yang berasal dari pengolahan molase, istilah alkohol ini diberikan untuk jenis alkohol yang digunakan untuk kebutuhan produk
farmasi, kosmetik dan industri kimia. Asam asetat dan turunan menempati urutan keempat dengan nilai MPE sebesar 1452. peluang pengembangan asam
asetat cukup baik, karena kebutuhan domestik yang cukup besar. Tantangannya adalah harga yang bersaing dengan produk yang sama yang
berasal dari minyak bumi. Lebih lanjut, Produk papan partikel dengan nilai MPE sebesar 1317. Papan partikel ini berasal dari pengolahan ampas
bagasse, dilihat dari peluang pasar produk ini memiliki peluang yang bagus, karena pasar domestik maupun ekspor yang masih terbuka. Namun mutu
produk menjadi salah satu tantangan besar dalam pengembangan produk ini, dengan pesaingnya adalah limbah kayu.
3. Tampilan Model Pemilihan Produk