75 Tabel 14. Rincian sumber dana
Investasi Nilai
Modal Sendiri Bangunan
Rp 6,495,000,000 Fasilitas penunjang
Rp 19,315,929,600 Produksi percobaan
Rp 2,309,227,547 Biaya pra-operasi
Rp 4,575,000,000 Bunga selama konstruksi
Rp 3,777,263,664 Kontingensi
Rp 11,532,807,119 Alat Kantor
Rp 25,800,000 Total
Rp 48,031,027,929 Persentase
0.4 Modal Pinjaman Bank
Mesin Rp 35,250,890,000
Modal kerja Rp 18,473,820,376
Peralatan Rp 25,105,140,000
Total Rp 78,829,850,376 Persentase
0.6 Grand Total
Rp 126,860,878,305 Persentase
1
2. Output Model Kelayakan Finansial
Perhitungan dalam model kelayakan finansial didasarkan pada aliran arus kas bersih. Hal ini diperoleh dari arus kas yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya. Arus kas bersih merupakan penjumlahan laba bersih dan depresiasi.
Perhitungan Net Present Value NPV untuk industri BioethanolBiofuel dengan asumsi, investasi dan biaya operasional yang telah disebutkan
sebelumnya sebesar Rp 61,307,178,659.-. Nilai tersebut menunjukan hasil bersih yang akan diterima selama masa proyek 10 tahun yang diukur dengan
nilai sekarang. Nilai NPV yang lebih besar dari nol menunjukan industri ini layak untuk didirikan.
Kriteria investasi lain adalah BC Ratio. Kriteria ini membandingkan antara manfaat yang diperoleh dari proyek terhadap biaya dari proyek. Dalam
hal ini, merupakan selisih antara nilai sekarang pendapatan dengan biaya dengan nilai sekarang. BC Ratio untuk proyek pendirian industri
BioethanolBiofuel sebesar 1.483
.
Kriteria ini menunjukan proyek layak
dijalankan karena nilainya yang lebih dari 1.
76 Internal rate of return IRR adalah arus pengembalian yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk = NPV aliran kas keluar. Suatu proyek layak untuk direalisasikan apabila nilai IRR lebih besar dari arus
pengembalian yang dinginkan, biasanya didasarkan pada tingkat suku bunga bank. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai IRR sebesar 24.7
persen. Nilai tersebut menunjukan bahwa proyek layak untuk dijalankan karena memiliki
nilai lebih besar dari asumsi suku bunga bank sebesar 15 persen. Waktu pengembalian modal Pay Back Period industri Bioethanol
Biofuel adalah 4.14 tahun atau 4 tahun 1 bulan 20 hari. Sedangkan titik impas
break event point akan tercapai pada volume penjualan 1,885,745 liter. Kelayakan finansial dibuat berdasarkan sejumlah asumsi yang
menyebabkan banyak faktor ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Perubahan asumsi akan menyebabkna perubahan kelayakan suatu
proyek, karena itu perlu dilakukan analisis sensitifitas terhadap asumsi – asumsi yang digunakan. Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Analisis sensitifitas dalam kajian ini,
dilakukan terhadap dua parameter, yaitu kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual. Tabel 15 menyajikan hasil analisis sensitifitas.
Tabel 15. Analisis sensitifitas terhadap biaya produksi, harga bahan baku dan harga jual
Kriteria Investasi Perubahan
NPV Rp PBP
IRR BC
Ratio Harga bahan baku naik 38.99
10,811,814 5.70
15 1.000
Harga jual turun 15.04 11,689,157
5.70 15
1.000 Harga bahan baku naik 10.85 dan harga
jual turun 10.85 30,688,388
5.70 15 1.000
Analisis sensitifitas menunjukan bahwa toleransi kenaikan harga bahan baku yang memberikan nilai BC Ratio sama dengan 1 adalah 38.99 persen.
Artinya, apabila terjadi kenaikan yang lebih dari angka tersebut maka proyek tidak layak dijalankan. Penurunan harga jual produk mencapai titik kritis pada
penurunan sebesar 15.04 . Penurunan yang lebih dari angka tersebut akan
77 menyebabkan kriteria investasi menunjukan proyek tidak layak. Untuk kondisi
perubahan kombinasi antara kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual mencapai titik kritis pada nilai sebesar 10.85 .
3. Tampilan Model Kelayakan Finansial