RANCANGAN IMPLEMENTASI VERIFIKASI DAN PEMBAHASAN

87

E. RANCANGAN IMPLEMENTASI

Dari model pemilihan produk turunan tebu diketahui bahwa biofuelbioethanol merupakan produk turunan tebu yang memiliki potensi yang paling tinggi. Negara yang berhasil dalam pengembangan produk ini adalah Brazil. Menurut Khudori 2006, Keberhasilan Brazil dalam mengembangkan energi terbarukan setidaknya disebabkan oleh : i. Kelembagaan yang baik. Perumusan kebijakan umum industri berbasis tebu berada di bawah wewenang Badan Pengembangan Gula dan Alkohol, sebuah badan di bawah Kementerian Pertanian. Badan ini bertugas memformulasi kebijakan sektor gula dan alkohol dengan mengembangkan teknologi sosial dan perdagangan untuk menciptakan produk yang berkualitas dan kompetitif. ii. Mengoptimalkan pasar domestik. Setiap tahun dikeluarkan keputusan presiden untuk menetapkan range kadar alkohol yang dicampur dalam bensin yang dijual. Dengan cara ini, konsumsi alkohol domestik dapat ditingkatkan. Produksi gula versus alkohol ini menjadi strategi Brazil untuk keluar dari jerat pasar gula dunia yang distortif. iii. Dukungan finansial dari kebijakan pemerintah. Pemerintah menyediakan kredit berbunga rendah 11-12 persen, sementara bunga pasar 26 persen kepada pengusaha dan petani yang mengembangkan energi terbarukan. Hal ini mendorong pengusaha dan petani untuk bergerak di bidang ini. iv. Dukungan lembaga riset dan pengembangan. Di bawah The Brazilian Agriculture Research Corporation , sebuah badan di bawah Departemen Pertanian. Badan ini melakukan berbagai penelitian dan pengembangan bidang bioteknologi dengan orientasi pada terciptanya proses produksi agrobisnis yang modern, efisien, dan kompetitif. Belajar dari keberhasilan Negara Brazil ini, maka Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak kesamaan dengan Negara Brazil memiliki peluang yang sama untuk berkembang dalam bidang energi terbarukan biofuel. Dengan dukungan lembaga riset dan pengembangan yang telah ada dan juga pasar domestik yang cukup besar, peluang pengembangan produk biofuel sangat 88 mungkin dilakukan. Walaupun begitu perlu adanya perbaikan dalam bidang kelembagaan, karena seringnya koordinasi yang tidak berjalan lancar. Selain itu dalam bidang dukungan finansial perlu adanya keberanian mengambil langkah karena memang pembiayaan untuk pengembangan PDT termasuk biofuel itu cukup tinggi. Perbankan selaku lembaga keuangan perlu mengubah mindset yang cenderung mendiskriminasi usaha agro dengan cap unbankable Khudori, 2006. pemerintah selaku pengambil kebijakan perlu menjaga konsistensi untuk menegaskan tugas kelembagaan dan dukungan finansial dari lembaga keuangan atau investor. Tanpa kedua hal ini, Indonesia yang terkenal dengan potensi pertaniannya khususnya, tebu, tidak akan berkembang secara optimal. Rancangan implementasi merupakan salah satu tahapan yang memberikan gambaran atau langkah untuk mengembangkan industri produk turunan tebu yang terpilih yaitu biofuelbioethanol. Rancangan implementasi ini lebih mengarah pada pembahasan mengenai pabrik yang akan didirikan. Rancangan implementasi ini berdasarkan proposal rancangan pabrik untuk 100,000 literhari yang diajukan oleh TOMSA DESTIL,S.L Tahapan Pendirian Pabrik Biofuel Pabrik BioethanolBiofuel yang akan didirikan dapat memproduksi etanol dengan tingkat kemurnian 99.9 yang digunakan sebagai bahan campuran dengan bensin yang disebut dengan gasohol atau dapat juga memproduksi etanol dengan tingkat kemurnian 96.3 yang digunakan untuk kebutuhan pangan, kosmetik dan sektor industri lainnya. Untuk mendirikan suatu industri perlu dilakukan tahapan-tahapan agar lebih mempermudah dalam pelaksanaan pendirian industri tersebut. Tahapannya adalah sebagai berikut : a. Penentuan kapasitas produksi Kapasitas produksi untuk kondisi normal adalah 100,000 Literhari. Penentuan kapasitas ini berdasarkan bahan baku yang ada di PT Rajawali II, dimana molase yang dihasilkan setiap tahunnya sekitar 75,000 89 Tontahun lihat Tabel 21. Mesin-mesin yang digunakan dapat pula bekerja efisien pada kapasitas produksi sampai dengan 50 dari kapasitas sebenarnya. Tabel 21. Produksi molase pabrik gula PT Rajawali II. Produksi Tetes Ton PG 2002 2003 2004 2005 2006 AP 2007 Sindang Laut 7,681.8 6,874.4 7,263.6 8,124.8 9,871.2 11.841.7 Karang Suwung 5,889 4,953.5 6,135 7,006.9 7,978 9,106.3 Tersana Baru 13,372 11,590 15,871.8 18,673.2 20,122.7 19,145.1 Jatitujuh 11,973.8 20,181.7 23,513.7 25,821.7 20,777.2 26,719.6 Subang 14,448 13,896.4 14,210 16,214.1 16,613 16,876.3 Total 53,364.6 57,496 66,994.1 75,840.7 75,362.1 83,689 b. Pemilihan lokasi pabrik Lokasi pabrik berada di area PG Jatitujuh. Dengan pendirian pabrik yang tidak jauh dari pabrik gula, dimaksudkan untuk kemudahan perolehan bahan baku molase dari pabrik gula. Selain itu, pemilihan lokasi ini akan mudah diakses oleh PG-PG lain agar pengiriman molase tidak mengalami delay, karena molase yang akan digunakan berasal dari seluruh PG yang dimiliki oleh PT Rajawali II diantaranya PG Karang Suwung, PG Tersana Baru, dan PG Subang dan PG Jatitujuh sendiri. PG Jatitujuh memiliki lahan HGU Hak Guna Usaha seluas ± 11.921,56 Ha , maka dengan lahan seluas ini diharapkan limbah tidak mencemari lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, menerapkan pengolahan limbah yang memadai, limbah vinase hasil dari pengolahan etanol dapat dijadikan pupuk cair yang sangat berguna bagi areal tanaman tebu PG Jatitujuh. c. Pendirian industri Industri BioethanolBiofuel ini akan dibangun ditanah seluas ± 4300 m 2 . Pembangunan fisik pabrik diperkirakan akan selesai selama 6 bulan, selanjutnya dilakukan pemasangan instalasi penunjang, seperti listrik dan 90 pemasangan alat serta mesin produksi kemudian dilakukan percobaan produksi. Untuk layout pabrik disajikan pada Gambar 22. Gambar 22. Layout pabrik biofuelbioethanol d. Rekruitmen tenaga kerja Kebutuhan tenaga kerja minimum dianjurkan adalah 7 orang di bagian administrasi, yaitu : 1 manager pabrik, 1 engineer, 1 teknisi kimia, 1 kepala pemeliharaan, 1 teknisi pemeliharaan, 1 electrician, 1 porter, 1 akuntan dan 1 sekertaris. Untuk pekerja pabrik membutuhkan minimal 16 orang pekerja, dengan pembagian 4 orang per shift, setiap hari 4 shift, 8 jam per shiftnya. Tenaga kerja yang akan digunakan dalam model kelayakan finansial berjumlah 50 orang. Terdiri dari 19 orang tenaga kerja langsung dan 31 orang tenaga kerja tidak langsung. Kebutuhan tenaga kerja disajikan pada Tabel 22. Penambahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pabrik seperti penambahan tenaga keamanan, supir truk, pekerja pabrik, administrasi, supir, dan laboran. 91 Tabel 22. Kebutuhan tenaga kerja Keterangan Jumlah orang Tenaga Kerja tak Langsung 1 Manager 1 2 Kepala Pabrik 1 3 Akuntan 1 4 Sekretaris 1 5 teknisi kimia 1 6 Pemeliharaan 1 7 Administrasi 1 8 Teknisi listrik 1 9 Mekanik 1 10 Porter 1 11 Keamanan 8 12 Supir 1 Sub Total 19 Tenaga Kerja Langsung 13 Operator Produksi 20 14 supir truk 10 15 Laboran 1 Sub Total 31 Total 50 e. Proses produksi etanol dari molase. Molase yang dibutuhkan pabrik etanol kapasitas 100,000 Literhari sebesar ± 335 ton molase. Harga beli molase ditetapkan Rp 600kg sesuai dengan harga yang diterima PSA Palimanan. Proses pembuatan etanol dari molase terdiri dari 4 empat bagian : • Penyiapan Bibit Molase dengan kekentalan ± 80° Brix diencerkan dan disterilisasi, kemudian dimasukan ke dalam tangki sementara. Molase didinginkan dengan menggunakan heat exchangers dan diukur kadar pH untuk menentukan jumlah asam sulfat H 2 SO 4 yang perlu ditambahkan. Sementara itu, biakan disiapkan dengan melakukan pengenceran, dan dibagi menjadi 2 bagian, 1 bagian untuk tangki perkembangbiakan bibit dan 1 bagian untuk tangki fermentasi. Kepadatan dan temperatur akan diatur secara otomatis. Proses penyiapan bibit ini diilustrasikan pada Gambar 23. 92 Gambar 23. Proses penyiapan bibit • Semi kontinu Fermentasi Proses yang dipilih adalah proses fermentasi semi kontinu dimana setiap tangki bekerja secara terpisah dan aliran prosesnya terjadi dalam satu waktu. Hal ini dimaksudkan agar bagian destilasi dapat diberikan umpan bubur terfermentasi secara kontinu. Beberapa set tangki regenerasi bibit akan disuplai dengan tujuan untuk memproduksi bibit secara kontinu. Dalam rangka untuk memperbanyak bibit, wadah-wadah ini secara kontinu diberikan aliran udara dan dijaga pada temperatur 32°C hingga 34°C untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk regenerasi sel bibit. Wadah-wadah ini bekerja secara kontinu dengan tujuan agar bibit yang diperlukan oleh proses fermentasi selalu tersedia. Wadah- wadah fermentasi akan di selubungi. Tangki-tangki dilengkapi dengan sistem pendingin eksternal dengan heat exchanger, dengan tujuan untuk menjaga temperatur tetap konstan. Bagian ini juga dilengkapi dengan rangkaian pencegah dan pendistribusi gelembungbusa untuk 93 mengurangi gelembungbusa pada tangki. Selain itu bagian ini juga dilengkapi dengan peralatan persiapan larutan garam nutrien dan penginjeksinya. Berikut visualisasi proses fermentasi disajikan pada Gambar 24. Gambar 24. Proses fermentasi semi kontinu • Destilasi-rektifikasi Hasil fermentasi akan masuk ke dalam tangki pemanasan wine heater E-525. Temperatur tangki ini dinaikan untuk menurunkan steam yang dibutuhkan oleh tangki pelepas stripping column C-510. Ketika cairan dipanaskan, arusnya akan diukur dan diatur, kemudian akan memasuki tangki pelepas stripping column C-510, tangki ini dikondisikan dalam keadaan vakum. Uap yang berasal dari bagian atas C-510 diembunkan di E-515 yang kemudian akan menghilangkan gas tak terembunkan seperti CO 2 dan SO 2 . Stillage akan dikeluarkan melalui bagian bawah C-510 melewati barometric column. Alkohol akan memasuki C-520 dimana alkohol akan di murnikan hingga 80. Uap yang diproduksi di tangki ini dipadatkan oleh kondensor, E-525, 94 E-526 dan E-527. Uap yang terpadatkan dibagi menjadi 2 dua : sebagai reflux dan alkohol yang akan diolah lebih lanjut. Alkohol akan memasuki tangki pencampur B-540 dimana alkohol akan dicampur dengan air. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bahan-bahan campuran yang mudah menguap saat di uapkan di tangki C-520. Tahap selanjutnya adalah purifikasi, tangki purifikasi C-540 digunakan untuk memurnikan alkohol sehingga mencapai 96.3 . Dalam tangki ini terdapat campuran bahan yang perlu dihilangkan. Dari tangki ini alkohol akan memasuki tahap selanjutnya yaitu dehidrasi, sedangkan bagian uap akan dikondensasikan dalam E-510 dan E-511. Jika alkohol yang dibutuhkan dengan tingkat kemurnian 96.3 , alkohol akan dibawa menuju tangki Pendingin E-551 dan selanjutnya pendingin akan di alirkan menuju penyimpanan. Visualisasi proses destilasi disajikan pada Gambar 25. Gambar 25. Proses destilasi 95 • Dehidrasi molecular sieve Dehydration Uap yang berasal dari C-540 akan melewati superheater dimana alkohol akan dipanaskan menggunakan steam bertekanan tinggi. Alkohol dalam fase uap akan melewati pengayak molekular molecular sieve sehingga air akan ditahan. Alkohol yang sudah mengalami dehidrasi keluar dari bawah tangki kemudian dembunkan dan didinginkan sebelum memasuki tangki penyimpanan. Proses ini menghasilkan alkohol dengan tingkat kemurnian 99.9 . Proses dehidrasi membutuhkan 2 tangki pengayak molekular molecular sieve yang pararel bekerja secara berurutan. Ketika pengayak molekular pertama melakukan proses dehidrasi, pengayak molekular kedua melakukan proses regenerasi. Proses regenerasi adalah penghilangan air yang sebelumnya tertahan. Air dikeluarkan dari tangki menggunakan sebagian dari uap alkohol yang didehidrasi dari tangki secara paralel dengan kondisi vakum. Proses ini dikenal sebagai PSA pressure Swing Adsorption. Air yang dibawa oleh alkohol selama regenerasi dialirkan ke tangki C-540 dari proses destilasi. Visualisasi proses ini disajikan pada Gambar 26. Gambar 26. Proses dehidrasi 96

A. VII. KESIMPULAN DAN SARAN