SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN TINJAUAN PUSTAKA

13 refined white sugar. Dengan demikian, tarif impor gula pada tahun 2007 dapat dikurangi atau dihapuskan. ¾ Program Jangka Menengah ditujukan untuk pengembangan PG di Luar Jawa, dengan memanfaatkan lahan kering eks transmigrasi yang kurang kompetitif bagi pengembangan tanaman pangan. Untuk menarik investor,pemerintah perlu memberikan fasilitasperpajakan berupa pajak penghasilan, beamasuk barang modal dan bahan pembantu, pajak pertambahan nilai dan pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu. Dalam program ini investor dapat memilih produk-produk yang akan dihasilkan gula putih, raw sugar, refined white sugar, atau produk lainnya, sesuai dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di setiap daerah. ¾ Program Jangka Panjang ditujukan untuk pengalihan pemilikan PG BUMN kepada petani tebu, serta pengembangan industri berbasis tebu, seperti ethanol, alkohol untuk industri, bahan campuran bensin dan sebagainya. Dalam pengalihan pemilikan PG ini diperlukan soft loan dengan jaminan pemerintah, yang akan dibayar oleh asosiasi petani tebu.

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Menurut Umar 2001 konsep sistem penunjang keputusan pertama kali dicetuskan oleh Michael S.Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Selanjutnya sejumlah perusahaan, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi mulai melakukan penelitian dan membangun SPK. Sistem Penunjang Keputusan adalah pendekatan secara sistem dalam mengambil keputusan, yang merupakan konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan saeperti manager atau investor. SPK dimaksudkan untuk memaparkan secara terinci dari elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali operasi SPK secara menyeluruh Eriyatno, 1998. SPK merupakan perpaduan ilmu manajemen dan sistem informasi yang digunakan untuk tujuan 14 menunjang pembuatan keputusan dan bukan menghasilkan keputusan itu sendiri Keen dan Morton, 1978. Sistem penunjang keputusan dirancang untuk membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas para manager dan profesional Suryadi dan Rhamdani, 2002. SPK merupakan sistem interaktif yang digunakan oleh individu dengan pengalaman sedikit mengenai komputer dan metode analitis. Sistem penunjang keputusan juga didefinisikan sebagai sistem komputerisasi informasi yang menggunakan aturan keputusan dan model-model, basis model diakomodasikan dengan basis data dan pandangan pribadi pengambil keputusan yang menuntun kepada pemecahan masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan model optimasi ilmu manajemen Turban, 1990. Menurut Minch dan Burns 1983 karakteristik pokok yang melandasi teknik SPK adalah : a. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambilo keputusan. b. Dukungan menyeluruh dari keputusan bertahap ganda. c. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, psikologi, intelegensia buatan artificial intelegence, ilmu sistem dan manajemen. d. Mempunyai adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Dalam suatu proses pengambilan keputusan, perusahaan akan menghadapi kesulitan dengan adanya alternatif-alternatif pilihan sebagai landasan untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk mengetahui dan mengerti tentang masalah yang dihadapi, alternatif-alternatif yang ada, dan kriteria untuk mengukur atau membandingkan setiap alternatif guna mendapatkan alternatif yang terbaik. Sebuah cara penggambaran atau biasa disebut model diperlukan bagi sebuah perusahaan untuk melihat gambaran masalah tersebut secara menyeluruh Assauri, 1999. Eriyatno 1998 menjelaskan bahwa landasan utama dalam pengembangan Sistem Penunjang Keputusan SPK adalah konsepsi model. Konsepsi model ini menggambarkan hubungan abstrak antara tiga komponen utama dalam penunjang 15 keputusan, yaitu : i pengambil keputusan atau pengguna, ii model dan, iii data. Masing-masing komponen tersebut dikelola oleh sebuah sistem manajemen. Menurut Marimin 2004 Struktur SPK terdiri dari data yang tersusun dalam sistem manajemen basis data SMBD, kumpulan model yang tersusun dalam sistem manajemen basisi model SMBM, sistem pengolahan problematik, sistem manjemen dialog dan pengguna. Hubungan antar komponen disajikan pada Gambar 2. Sistem manajemen basis data melakukan tiga fungsi dasar. Fungsi pertama adalah sebagai penyimpanan data dalam basis data. Fungsi kedua adalah menerima data dari basis data. Fungsi yang ketiga adalah sebagai pengendali basis data. Sistem basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam artian mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data Marimin, 2004. Manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasi pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan SPK, seperti pembuatan model, implementasi, pengujian, validasi, eksekusi dan pemeliharaan model Eriyatno, 1998. Sistem manajemen dialog merupakan subsistem untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas utama sistem manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna. Sedangkan sistem pengolah problematik adalah subsistem yang bertugas sebagai koordinator dan pengendali dari operasi sistem secara keseluruhan. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk baku, serta menyerahkan output ke subsistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Sistem ini berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar subsistem Marimin, 2004. 16 Gambar 2. Strukur dasar sistem penunjang keputusan Turban dalam Marimin, 2004

D. METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL