PRODUK DAN MUTU PROFIL PERUSAHAAN

40 Iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode yang panjang. Menurut sistem klasifikasi iklim Schmidth–Ferguson, keadaan iklim di areal PG Jatitujuh termasuk tipe iklim C basah. Suhu udara maksimum berkisar antara 30º-38ºC pada bulan September dan suhu minimum yaitu pada bulan Januari berkiasar antara 26º-38ºC. Perbedaan suhu udara rata-rata umumnya kurang dari 1ºC terhadap rata-rata tahunan. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan berkisar antara 78-80. Perbedaan kelembaban kurang dari 5 terhadap rata-rata tahunan. Areal PG Jatitujuh termasuk ke dalam wilayah Jatiwangi. Areal ini memiliki pola curah hujan yang sangat dipengaruhi pola umum musiman atau pola monsun dari data curah hujan monsunal dengan efek lokal yang kecil. Kecepatan angin tertinggi di areal PG Jatitujuh mencapai 8,8 kmjam pada bulan Agustus–November dan terendah 2,0 kmjam pada bulan April.Keadaan permukaan tanah Jatitujuh rata landai dan bergelombang dengan ketinggian sekitar 3–50 m dpl. Jenis tanah terdiri dari mediteran 47, kambisol 22, grumosol 6, padsolik 2, alluvial 1 dan assosiasi 22.

C. PRODUK DAN MUTU

Produk yang dihasilkan di PG. Jatitujuh ini berupa gula kristal SHS. Gula ini dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu mutu gula harus dijaga dengan baik. Maka perlu dilakukan analisa terhadap gula produk tersebut. Tujuan dari analisa tersebut adalah untuk mengetahui kualitas produk gula yang didapat yaitu gula SHS atau produk gula kristal putih kualitas 1 dan untuk menganalisa tentang kelayakan gula untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara langsung. Kualitas gula ditentukan oleh P3GI Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia yang berada di Pasuruan Marpaung, 2005. Kualitas gula dapat dilihat pada Tabel 6. 41 Tabel 6. Kualitas Gula Kristal Putih Kriteria Syarat Pol Min 99.8 Daya Hantar Listrik Min 80 Faktor Cuci Min 0.70 Gula Reduksi Min 0.11 Kejernihan Min 66.5 Kejenuhan Min 14.4 Nilai Renisi Direduksi Min 59.3 Besar Butiran 0.8 – 1.1 Kualitas gula kristal putih yang baik memiliki kandungan sukrosa pol yang tinggi. Penentuan kandungan pol dimulai dari pengawasan mutu bahan baku sebelum bahan baku tersebut di proses dengan menggunakan alat polarimeter. Sedangkan kadar abu dalam gula putih dinilai dengan angka daya hantar. Daya hantar listrik sebagai kriteria kualitas gula SHS dibagi menjadi daya hantar sebelum gula dicuci pracuci dan daya hantar sesudah gula dicuci pascacuci. Perbandingan kedua angka tersebut dinamakan faktor cuci. Penetapan daya hantar listrik dilakukan dengan menggunakan alat filoskop. Untuk lebih memantapkan hasil analisa visual kuantitatif dipakai angka penilai faktor cuci. Pencucian dilakukan dengan larutan sukrosa bebas abu yang ditetapkan melalui penentuan daya hantar listrik, 1-faktor cuci menunjukkan secara kuantitatif banyaknya larutan gula yang mengelilingi contoh kristal gula. Faktor cuci yang baik sekali dihasilkan sebesar min 0.7. Perbandingan antara cahaya yang dipantulkan refleksi total oleh lapisan gula dan cahaya standar yang sama dipantulkan oleh lapisan magnesia dinamakan kejernihan. Angka kriteria kejernihan minimal sebesar 66.5 yang diukur dengan menggunakan fotometer. Sedangkan angka penilai kualitatif oleh BP3G disebut konsentrasi warna atau kejenuhan. Angka ini timbul dari berbagai pengertian warna yang optika, yang menyatakan bahwa warna spektrum sebenarnya dapat ditimbulkan oleh pencampuran cahaya putih dengan cahaya lain yang riak gelombangnya tertentu Moerdokusumo, 1993. 42

D. PENGEMBANGAN USAHA