37 Bila membandingkan antara posisi satwa pada strata pohon Tabel 5
dengan nilai rata-rata tinggi pohon Tabel 6, maka pada tipe hutan primer tidak terganggu, M.o. brunnescens memilih untuk melakukan aktivitasnya pada
ketinggian rata-rata 16,9 m dari atas permukaan tanah, yang berarti berada pada dahan atas, dimana pada ketinggian ini buah-buah pakan monyet tersedia dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan dengan pada bagian dahan bawah pohon. Pohon-pohon yang berada pada kawasan hutan primer, secara umum
memiliki rata-rata ketinggian yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata ketinggian pohon pada kawasan hutan sekunder. Preferensi posisi ketinggian
untuk beraktivitas di atas pohon oleh satwa yang hidup di kawasan hutan primer, lebih tinggi dibandingkan dengan satwa yang berada pada kawasan hutan
sekunder. Pemilihan posisi ketinggian di atas pohon oleh satwa bukan dipengaruhi oleh perbedaan tipe hutan, akan tetapi lebih ditentukan oleh ketinggian pohon
tersebut dari permukaan tanah.
5.3. Perjumpaan Satwa
Angka perjumpaan satwa merupakan jumlah yang menyatakan banyaknya intensitas perjumpaan dengan satwa yang diteliti pada suatu perioda pengamatan.
Besar angka perjumpaan dalam penelitian ini adalah 48 kali, terdiri atas 42 kali perjumpaan langsung direct sightings dan 6 perjumpaan tidak langsung
undirect sightings, yang berasal dari mendengar. Berdasarkan Tabel 7, pengamatan pagi hari memberikan intensitas perjumpaan yang lebih banyak
dibandingkan dengan pengamatan siang hari. Pada semua tipe penutupan lahan, jumlah perjumpaan satwa pagi hari lebih besar dibandingkan dengan perjumpaan
siang hari. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan para peneliti sebelumnya, yakni populasi monyet pada umumnya aktif pada waktu pagi dan sore hari dan
satwa akan beristirahat ketika menjelang siang Clutton-Brock, 1977 dalam Supriatna et al., 1990.
Selisih perjumpaan antara pengamatan pagi hari dengan siang hari berkisar antara 2-5 perjumpaan. Perjumpaan dengan satwa terbanyak terjadi pada tipe
penutupan lahan hutan primer tidak terganggu, dengan rata-rata perjumpaan sebesar 6,57 ekorperjumpaan. Perjumpaan dengan satwa dalam kelompok besar
38 terjadi di areal hutan primer terganggu, yaitu di hutan sekitar Camp Balanophora,
dengan jumlah individu + 21 individuperjumpaan. Tabel 7. Nilai Total dan Rata-rata Perjumpaan Satwa Sighting rates Pada Empat
Tipe Hutan.
Total perjumpaan
Rata-rata individuperjumpaan
Lokasi Penelitian Pagi
Siang Pagi
Siang Jumlah
Rata- rata
Total Hutan Primer Tidak
Terganggu 14,0
9,0 6,6
6,0 23,0
6,3 Hutan Primer terganggu
3,0 2,0
20,6 4,0
5,0 12,3
Hutan Sekunder Tidak Terganggu
6,0 1,0
6,7 2,0
7,0 4,3
Hutan Sekunder Terganggu
5,0 2,0
10,0 3,0
7,0 7,5
Total 28,0
14,0 42,0
Keterangan: Pengamatan periode pagi pukul 07.00-09.00; periode sore hari 09.00-11.00
Apabila ditelaah lebih rinci mengenai distribusi perjumpaan satwa berdasarkan waktu perjumpaan, disimpulkan bahwa pada waktu pengamatan
07.31-08.00, memberikan hasil perjumpaan yang paling besar dibandingkan waktu aktif lainnya. Sebaran dari perjumpaan tersebut selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 11. Dari hasil uji beda dengan menggunakan uji klasifikasi dua arah, yang mencoba untuk menguji apakah terdapat perbedaan jumlah perjumpaan
satwa berdasarkan perbedaan tipe hutan, waktu pengamatan atau oleh keduanya, memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan jumlah perjumpaan akibat pengaruh
perbedaan tipe hutan, dimana F
hit
= 19,21 lebih besar daripada F
0.05: 3
sebesar 9,28 pada taraf nyata 0,05. Waktu pengamatan juga berpengaruh nyata terhadap
hasil angka perjumpaan satwa, dengan hasil F
hit
= 13,38, lebih besar dari F
0,05:1
= 10,13.
39
14 9
6.57 6
3 2
20.6
4 6
1 6.66
2 5
2 10
3 5
10 15
20 25
Pagi Siang
Pagi Siang
Total Rata-rata
Waktu Pengamatan F
r e
k u
e n
si
Hutan Primer Tidak Terganggu
Hutan Primer Terganggu
Hutan Sekunder Tidak Terganggu
Hutan Sekunder Terganggu
Gambar 10. Angka Perjumpaan M. Brunnescens
8 9
7 7
5 3
3 1
13
2 4
6 8
10 12
14
07.00- 07.30
07.31- 08.00
08.01- 08.30
08.31- 09.00
09.01- 09.30
09.31- 10.00
10.01- 10.30
10.31- 11.00
11.01
Frekuensi W
a k
tu P
en g
a m
a ta
n
Frekuensi
Gambar 11. Distribusi Waktu Perjumpaan M. brunnescens
5.4. Ukuran dan Kepadatan Populasi